38✔ Epilog

3.4K 148 19
                                    

Setelah kejadian itu Adam langsung pulang dengan keadaan kaca mobil yang pecah. Rasa bersalah sudah pasti ada dalam dirinya. Bahkan ia sampai menitihkan air mata saat mengingat kejadian tadi.

Saat sampai di rumah, ia langsung masuk ke dalam kamar.

"Eh mobil lu kenapa?" tanya Edwin panik saat mendapati satu kaca jendela mobil Adam pecah.

Adam sama sekali tidak merespon pertanyaan kakaknya itu, ia langsung berjalan ke kamar, namun saat di tangga ia mendapati Mama nya yang sedang ingin turun.

Melihat wajah anaknya yang biru-biru, ia langsung sigap untuk memegang dan bertanya apa penyebabnya.

"Gausah sentuh Adam!" ketus Adam, saat itu juga Mamanya langsung menjauhkan tangannya.

Adam melanjutkan jalannya untuk memasuki kamar, saat di kamar ia membuka jas nya dan melemparkannya ke sembarang arah.

Wajah nya lebam dan sudah pasti sakit. Namun itu pantas ia dapatkan.

TING

Ponselnya berdenting, menandakan pesan masuk.

jamesbryant
temuin gue di kafe, sekarang!

Sesudah membaca pesan dari James, ia hanya berdecak kesal. Mau tak mau ia mengambil jaket denim coklat dan memakai celana pendek putih.

Untuk kali ini, ia memakai motor sport nya, mengingat kondisi mobil yang tidak memungkinkan untuk dibawa.

Sesampainya di kafe, Adam langsung mengedarkan pandangannya untuk mencari James. Hingga ia mendapati lelaki yang masih memakai jas sedang duduk di bangku kayu paling pojok.

"Ada apa?" tanya Adam sarkas dan langsung duduk di sampingnya.

"Udah puas?"

"Gausah ikut campur! Ini urusan gue sama Audrey!" balas Adam kaku.

"Udah? Segitu aja berjuangnya?" sindir James. "Lu ga akan pernah dapet cewek kayak Audrey di luaran sana. Seharusnya lu beruntung bisa miliki dia," lanjut James.

"Udah telat. Gue mau lupain dia aja kalo gue bisa."

"Kemarin lu berjuang mati-matian, sekarang lu mau lupain dia? Sebercanda itukah cinta bagi lu?" cetus James sambil terus menatap Adam yang sedari tadi menunduk.

Adam menundukan kepalanya, ia sudah lelah menghadapi hari berat seperti ini.

"Audrey itu tulus sama lu, dan sekarang lu mengabaikan dia. Jadi, jangan sia-siain orang kaya dia, kalo lu cinta ya tunjukin, jangan buat dia kelelahan dan akhirnya harus nyerah." oceh James panjang lebar.

Mendengar perkataan James, wajah Adam terangkat, hatinya merasa tersentuh dan lagi-lagi ia merasa bersalah. "Audrey ga akan nerima sampahan kaya gue, untuk kedua kalinya." ujar Adam.

"Setidaknya lu bertanggung jawab sama kesalahan lu."

Mereka terus berbincang hingga larut malam, dan mereka diharuskan pulang, mengingat besok mereka harus bersekolah.

➿➿➿

Keesokan harinya...

Seperti biasa, Adam bangun tepat waktu dan ia bergegas untuk ke sekolah secepatnya. Ia tidak memperdulikan luka lebam yang memenuhi wajah tampannya.

Saat sudah di sekolah, ia mendapati Audrey sedang berjalan sendirian. Ia menatap mata Audrey yang sembap mungkin karena habis menangis.

Di dalam hati Adam ia sangat ingin meminta maaf dan menjelaskan semuanya, namun sepertinya semua itu telat, Audrey pasti sudah tidak mau mendengarkan sepatah katapun yang terlontar dari mulut Adam.

Hari demi hari, bulan demi bulan telah terlewati. Di antara Adam dan Audrey sudah tidak ada lagi percakapan hangat, bahkan untuk saling tatap saja seperti hal haram untuk dilakukan.

Hingga saat di mana mereka semua harus meninggalkan masa-masa SMA dan melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Setelah kejadian itu, Adam sudah sedikit berubah. Ia terlihat tidak menggandeng perempuan lain setelah Audrey, mungkin untuk kali ini Adam ingin merasakan kesendirian.

Saat acara kelulusan di sekolah diadakan, mereka semua dipertemukan, termasuk Adam dan Audrey. Saat itu mereka saling berpapasan di koridor sekolah. Di pikiran mereka masing-masing, terus teringat kejadian yang mempertemukan mereka dan kejadian yang memisahkan mereka.

Adam mengingat kejadian saat ia tak sengaja melempar bola basket dan terkena Audrey, dari saat itu mereka mulai dekat. Sementara, Audrey mengingat kejadian beberapa bulan lalu yang membuatnya enggan untuk membuka hati lagi.

Mereka memberhentikan langkahnya, kedua punggung mereka saling tatap-menatap, hingga ribuan kata mulai berkecamuk di dalam hati mereka.

Andai lu tau, melepaskan suatu hubungan, bukan berarti melepaskan perasaan gua juga. batin Adam berbisik.

Ternyata kamu hanya berjuang sesaat, lalu pergi saat perasaanku mulai kau dapat. Kamu memang pernah membuatku jatuh pada cinta, lalu mengajarkan bahwa ada seseorang yang tak seharusnya diajak bersama. batin Audrey terenyuh saat pikirannya kembali mengingat kejadian kemarin, hingga rasa itu mengundang air mata untuk keluar.

Dengan cepat Audrey menangkis setitik air mata itu dengan punggung tangannya. Saat itu juga Adam menoleh ke arah Audrey, namun sayang seketika itu juga Audrey pergi menjauh meninggalkannya dengan tangan yang sibuk menahan air mata.

Ternyata jarak terjauh ialah ketika dua orang saling bertemu, tapi tak bertegur sapa. bisik batin Adam saat ia melihat Audrey telah berjalan pergi menjauh darinya.

Percayalah, lu ga bakal kuat ngerasain sakitnya. batin Audrey berkata saat ia berlari pergi meninggalkan Adam di koridor.

Semua urusan sekolah sudah selesai, kini saatnya untuk Adam dan Audrey mulai menjalankan hari-hari barunya di sebuah universitas.

Jadwal kuliah dan tumpukan tugas membuat mereka sibuk. Bahkan kini persahabatan mereka terabaikan. Jika bisa diingat, terakhir mereka bertemu pada saat kelulusan SMA dan sampai sekarang mereka belum bertemu walaupun hanya satu jam.

Bisa dibayangkan betapa lamanya mereka tidak bertemu. Namun berkat tumpukan tugas yang membelenggu, Audrey semakin mudah untuk melupakan Adam dan fokus pada kuliahnya. Begitu juga dengan Adam yang sudah melupakan sosok Audrey di hidupnya.

TAMAT

Adam dan Audrey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang