29✔ Donat

2.2K 143 3
                                    

Audrey masih mengobrak-abrik isi lokernya, hingga isinya tumpah-tumpahan ke luar. Audrey masih mencari buku catatan yang akan ia pakai besok. Maupun tidak dipakai besok, catatan itu harus dikembalikan karena milik sekolah.

Audrey sama sekali tidak takut saat berada di lorong loker yang sepi ini. Ia terus mencari tanpa rasa takut yang menyelimuti.

Padahal ia sudah ditunggu oleh Adam di parkiran.

"Kak, nyarinya nanti aja ini udah malem." ucap itu tak Audrey hiraukan.

"Iya," tangan Audrey mulai merapihkan lagi isi lokernya, dan ia mengunci nya.

Audrey melihat ke kanan kiri untuk mencari asal suara yang tadi ia dengar.

Lah? Suara siapa tadi? Emang di sekolah ada anak kecil? Siapa?

Bulu kuduk Audrey mulai berdiri. Ia segera berlari meninggalkan lorong loker yang memang ada mitos horor nya. Untung Audrey tidak penakut. Ia berlari menuju parkiran secepat mungkin. Namun langkahnya terhenti saat melihat Adam sedang berbincang dengan seseorang.

Wanita itu bersandar di mobilnya sementara Adam berdiri tepat di depannya

Adam?

Nampaknya mereka sedang berbincang ringan. Entah perbincangan itu dimulai dari kapan. Yang jelas saat Audrey berlari ketakutan, langkahnya terhenti saat melihat Adam mengobrol dengan seseorang.

Audrey berlari menghampiri Adam, ia langsung mengajak Adam untuk segera pulang. Audrey mendapati wanita yang sedang mengobrol dengan Adam adalah Vio. Dengan lutut yang diperban.

"Hay!" sapa Audrey ramah tanpa ada masalah.

"Udah yuk, pulang!" ajak Adam yang langsung menunggangi motornya.

Audrey berusaha ramah pada Vio. Ia berusaha agar tak menjadikan Vio musuhnya. Saat berhadapan dengan Vio, Audrey merasa derajat nya lebih tinggi. Mengingat Adam pernah mengucap kalau Vio itu murah.

Vio memasuki mobilnya dan melengos pergi saat Audrey berusaha ramah pada dirinya.

"Eh! Ayo pulang!" panggil Adam. Buru-buru Audrey menaiki motor dan pulang ke rumah.

Di tengah perjalanan Adam berucap, "nanti malem dijemput lagi ya."

Audrey memajukan tubuhnya agar bisa mendengar suara Adam lebih jelas. "Ngapain?"

"Mau jalan lagi, kaya kemaren."

Audrey berpikir sesaat untuk menerima tawaran itu. Daripada mereka jalan-jalan seperti kemarin, dan membuat Audrey kesiangan di esok harinya, lebih baik mereka jalan-jalan yang lebih berguna, ke toko buku misalnya. Kebetulan buku catatan Audrey hilang.

"Ke toko buku aja, yuk! Buku catatan gue ilang. Besok harus dipake lagi." tutur Audrey.

"Oke. Ijin dulu sama Mama." ingat Adam.

Audrey mengambil ponselnya dari dalam saku, dan mengabari David kalau ia ada keperluan. "Udah."

Adam menyetir motornya ke arah toko buku yang biasa ia kunjungi, sekadar untuk membaca tanpa membeli. Memakan waktu sekitar 25 menit di jalan, akhirnya Adam sudah memberhentikan motornya di lahan parkir.

Audrey memimpin Adam untuk mengelilingi setiap rak yang ada. Bukannya mencari buku catatan yang baru, Audrey malah memberhentikan langkahnya di hadapan ratusan novel bergenre fiksi remaja.

"Dih! Novel ini udah terbit. Kok cepet banget sih. Bagus lagi ceritanya," gumam Audrey sambil memegang satu novel.

Adam menatap Audrey dengan heran, "yang ilang buku novel, apa catatan?"

Adam dan Audrey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang