Audrey menutup telinga nya, dan berjalan dengan langkah sebal menghampiri pintu yang sudah ia tutup dengan rapat. Audrey berjalan ke gerbang rumah nya dan mendapati mobil hitam yang pernah ia tumpangi waktu itu.
Suara klakson berhenti saat Audrey sudah berdiri di dalam gerbang. Pintu pengemudi terbuka menampakan lelaki yang sudah membuat moodnya hancur untuk hari ini.
Ia berdiri di balik gerbang, mereka hanya dibatasi oleh gerbang yang terkunci rapat. "Gua mau ngomong," pinta Adam.
"Gab--" tolak Audrey terpotong.
"Gua tunggu di sini sampe lu mau."
"Udah deh, mending lu pulang! Ini udah mau malem." usir Audrey.
Adam malah menantang akan pernyataan Audrey. Ia malah melipat kedua tangannya dan tetap berdiri di depan gerbang. Memaksa Audrey untuk mau berbicara dengan dirinya.
"Ck, yaudah tunggu bentar!"
Audrey memasuki rumahnya untuk sekadar meminta ijin pada kakaknya.
"Gua mau pergi, bentar."
"Kemana? Ama siapa?"
"Gatau, sama Adam."
Sebenarnya David ingin melarang adiknya itu untuk pergi, tapi mimik Audrey sudah menunjukan kalau dirinya ada masalah. Jadi, sebagai Kakak yang pengertian ia mengijinkan Audrey untuk pergi.
Saat Audrey keluar dengan tas kecil dan tentunya ia sudah mengganti baju, posisi Adam sama sekali tidak berpindah
"Ke mana?" tanya Audrey galak.
"Ke kafe."
Adam menjalankan mobilnya ke kafe terdekat. Rencananya di sana ia akan menjelaskan semuanya dan meminta maaf kepada Audrey.
Adam memarkirkan mobil nya, sementara Audrey masih saja menekuk wajah cantiknya. Adam memimpin Audrey untuk memasuki kafe dan duduk di salah satu bangku.
Sebelumnya, ia memesan makanan dan minuman untuk menemani obrolan mereka.
"Maaf ya masalah yang tadi." Sekiranya hanya itu saja yang Adam lontarkan. Rasanya percuma ke kafe dan memesan makanan kalau yang diucapkan tak sampai satu menit.
Audrey diam sambil menahan rasa kesal pada Adam. Sedari tadi ia ingin dimanja, ingin membuat Adam mengemis maaf darinya. Tapi nyatanya apa? Hanya begitu saja.
Pesanan datang, Adam menyerahkan sepiring steak ke hadapan Audrey. "Gausah ngambek terus. Gua bukan tipe cowok yang romantis, yang dikit-dikit bisa ngertiin lu. Bukan juga cowo yang bisa ngasih bunga atau coklat ke cewek nya." ujar Adam dengan tangan yang menyerahkan segelas air.
Audrey masih diam. Tak menyentuh makanan yang ada di hadapannya. "Emang gua cewek lu?" ujar Audrey, membuat Adam yang sedang mengunyah daging steak nya langsung diam dan menatap Audrey sinis.
"Jadi kemaren-maren lu anggep gua apa?"
"Tukang ojek."
"Ga ada tukang ojek seganteng gua."
Audrey mulai terkekeh, ia berusaha menyembunyikan senyumnya."Cepet makan! Gua gamau lu sakit." suruh Adam dan kali ini Audrey mau, karena cacing-cacing yang ada di dalam perutnya sudah berdemo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam dan Audrey
Teen Fiction[n e w v e r s i o n] Seorang gadis yang trauma akan masalah cintanya yang dulu, dan tidak pernah berani untuk membuka hati lagi. Ia pikir, semua lelaki itu sama saja. Ujung-ujungnya akan meninggalkan. Inilah alasan mengapa ia menjadi gadis yang...