21✔ Mine!

3K 206 30
                                    

Saat di taman, Audrey hanya melihat lampu taman yang menghiasi malam ini. Ia melihat sekeliling taman, namun aku tak mendapati Thea.

Audrey duduk di salah satu bangku sembari menunggu Thea datang. Tak lama terdengar suara mesin mobil dan derap kaki yang menghampiri dirinya.

Audrey menoleh dan mendapati sumber suara tersebut. "Hey, lama ya?" tanya Thea yang sudah duduk di samping Audrey.

"Engga, kok."

"Gua mau minta maaf sama masalah kemarin. Dan gua juga bakal ceritain semuanya ke lu. Sekali lagi gua minta maaf udah ngejauhin lu kaya gini." ujar Thea dengan mimik wajah bersalah nya.

Audrey hanya tersenyum lebar, "sebelum lu minta maaf, udah gua maafin, kok." jeda Audrey sambil menyentuh tangan Thea agar tak usah khawatir. "Sekarang ayo cerita!"

"Gua cemburu waktu itu karena, lu beruntung bisa bikin Adam penasaran akan sikap lu. Sementara lu? Bersikap biasa aja, disaat Adam kayak gitu."

"Terus, gua harus bersikap gimana? Kan emang dari sananya gua udah males deket sama cowok." tanya Audrey yang ada benarnya juga.

"Percaya Drey, Adam itu bukan tipikal cowok yang peduli. Apalagi sama orang baru kayak lu. Kalo dia kayak gitu, berarti lu spesial."

Audrey menghadapkan tubuhnya ke arah Thea, "gua yakin, bukan karena ini doang lu ngejauhin gua. Pasti ada alasan lain kan?"

Thea mengangguk. "Adam itu sahabat gua dari taman kanak-kanak. Setiap Adam sama Edwin kesusahan, pasti mereka minta bantuan ke keluarga gua. Waktu terus berjalan, Adam jadi lelaki idaman semua wanita, termasuk gua sahabatnya sendiri. Selama bertahun-tahun persahabatan gua, Adam, dan James baik-baik aja." jelas Thea dengan jeda.

"Tapi, pas gua ngasih tau ke Adam kalau gua ada rasa sama dia, dia malah ngejauhin gua. Waktu itu persahabatan kita tetap baik selama ada James. Bisa dibilang kita menutupi ini semua dari James. Dan saat itu James pindah ke Amerika karena tugas Ayahnya. Sementara gua sama Adam tetap dingin. Udah ga ada James lagi yang biasanya ngajak main bareng."

Audrey tersentuh akan pengakuan dari Thea. Selama dua tahun bersahabat dengan Thea, ia belum pernah membuka rahasia besarnya ini. Dengan kemasan rapi ia menutupi rasa sakitnya tanpa membiarkan orang terdekatnya tau. "Kenapa lu gak pernah cerita? Seenggaknya kalau lu cerita, gua bisa jauhin Adam."

"Gua cuma pengen dia bahagia karena pilihannya. Dia memang pernah pacaran sebelumnya, tapi itu karena paksaan, Vio contohnya. Dan hubungan mereka ga lama kan? Karena Adam gak pernah mau dikekang, apalagi masalah hati."

"Kalo emang pilihan Adam itu gua, gua janji bakal jaga dia. Karena kalau gua nyakitin dia, sama aja gua nyakitin sahabat gua sendiri." balas Audrey dengan senyum.

"Kalo boleh, bisa ceritain tentang Adam ga?" pinta Audrey.

Thea mengambil posisi duduk yang enak, dan mulai bercerita. "Dulu, waktu masih taman kanak-kanak, gua, Adam, dan James itu udah saling kenal. Bahkan orangtua kami pun agak dekat karena masalah pekerjaan waktu itu. Seiring berjalannya waktu, keluarga Adam udah gak harmonis lagi." Thea menyapu air mata miliknya, karena tak tahan akan kisah lamanya itu.

Setiap pulang sekolah, Adam dijemput sama Edwin, kakaknya. Setiap hari pasti orangtua mereka bertengkar. Kadang, Adam dan Edwin yang jadi korban kekerasan Ayahnya. Saat itu Adam belum ngerti apa-apa. Kadang Adam cuma nangis kalo dipukul sama Ayahnya. Sementara Edwin, yang udah ngerti saat itu, cuma bisa nyelametin adiknya dari kekerasan."

Edwin bawa Adam ke rumah gua, salah satu rumah terdekat yang bisa mereka kunjungi. Jarak dari rumah mereka ke rumah gua jauh banget.  Tapi mereka berdua jalan kaki cuma karena menghindar dari kekerasan ayahnya. Saat itu kondisi Adam kasian banget, sampe-sampe orangtua gua yang berani turun tangan. Biar Adam dan Edwin tinggal di rumah gua dulu selama orangtua nya masih bermasalah."

Adam dan Audrey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang