Audrey terbangun karena suara bising alarm yang berada di samping tempat tidurnya. Segera Ia mandi dan berbenah diri seperti biasa. Saat ia bercermin ia baru ingat, kalau hari ini PR fisika sudah harus dikumpulkan, dan PR tersebut termasuk sulit.
"Mampus! PR fisika gue!!" pekik Audrey.
"Thea!" geramnya di pagi itu, dan memberantakan rambut yang sudah ia tata sebelumnya.
Segera ia mengambil ponsel dan segera mengirim pesan ke Thea untuk segera mengirim foto PR fisika tersebut.
Nyontek? Itu adalah salah satu jalan tercepat bagi Audrey saat ini.
Namun Thea tak kunjung membaca pesannya, jam menunjukan 30 menit lagi bel masuk akan segera dibunyikan. Ia dengan cepat turun dengan sangat berantakan. Untungnya David sudah memanaskan mobil terlebih dahulu, jadi lebih menghemat waktu.
Audrey memasuki mobil yang belum keluar dari garasi dengan terburu-buru, ia menyuruh David untuk segera menjalankan mobilnya.
"Dav cepetan!"
"Iya sabar, masih lama kan?"
"CEPETAANNN!!! KALO GAK GUA YANG BAWA!" ancam Audrey, dengan teriakan yang sangat keras, dan David hanya bisa menuruti perintah Audrey.
Di perjalanan Audrey terlihat sangat berantakan, beberapa soal ia kerjakan sebisanya. Rambut yang dikuncir asal, dasi yang menggantung di pundak, dan isi tas yang sangat berantakan. David yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala.
Tanpa berpamitan ke David, ia segera berlari sekencang mungkin. Kaki jenjangnya melangkah sangat lebar. Ia menaiki anak tangga, bukan satu per satu melainkan dua sekaligus. Ia tak perduli rok nya yang sedikit terangkat.
Tas yang hanya digantung sebelah dan tak tertutup sepenuhnya. Rambut yang tak jelas bentuknya dan buku yang ia genggam. Ia berlari sekencang mungkin sampai depan kelasnya, ia tak perduli siapapun yang mencibirnya.
Sesampai di kelas ia buru-buru duduk dan melanjutkan PR yang tadi. Tak lama Thea pun menghampirinya.
"Drey, gua minta maaf banget gua ga buka hp dari tadi," ucapan pertama Thea saat memasuki kelas.
"Mana bukunya cepetan! Pak Charles ada di jam pertama!" balas Audrey terburu-buru. Dan sejurus itupun, Thea langsung menyerahkan buku nya.
Audrey pun fokus ke satu pekerjaan, yaitu menyalin tugas. Ia tak perduli siapapun yang sedang berbicara, ia tak memperdulikan keadaan sekelilingnya.
Hingga seketika suasana kelas menjadi hening layaknya goa tak berpenghuni, ia tersadar dan melihat orang yang sedang melipat kedua tanganya di dada.
Audrey membelalakan matanya kaget, ia melepaskan pena yang tadi ia pegang erat. Mereka saling bertatapan, hingga salah satu dari mereka bicara.
"Kenapa kamu ngerjain PR di sekolah?!" bentaknya, siapa lagi kalau bukan Pak Charles si guru killer.
"Hmm... Hmm ini Pa--" berniat ingin memberi alasan namun Audrey tak diberi kesempatan.
"Sekarang jawab pertanyaan saya! Siapa yang memberikan kamu contekan?" tanya Pak Charles. Dengan bola mata yang seakan akan ingin keluar dari tempatnya.
"Hmm...Ini... Pak, duh gimana ya?" jawab Audrey terbata-bata, sambil melirik Thea bingung.
"Sekarang kamu saya hukum! Kamu berdiri di tengah lapangan sekarang!" suruhnya dan Audrey pun hanya bisa mengangguk dan berjalan keluar kelas.
Namun saat ingin keluar kelas, ucapan seseorang menghentikan langkahnya. "Saya yang ngasih contekan ke Audrey Pak!" ucap Thea dengan sangat berani, sambil menghampiri Audrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam dan Audrey
Teen Fiction[n e w v e r s i o n] Seorang gadis yang trauma akan masalah cintanya yang dulu, dan tidak pernah berani untuk membuka hati lagi. Ia pikir, semua lelaki itu sama saja. Ujung-ujungnya akan meninggalkan. Inilah alasan mengapa ia menjadi gadis yang...