Jam sudah menunjukan jam setengah enam pagi, namun Adam tak kunjung bangkit dari tempat tidurnya. Suara alarm sudah berkali-kali berdering, namun Adam sama sekali tak menghiraukan.
Dor... Dor... Dor
Suara ketukan pintu yang sudah kelewat batas mulai terdengar seperti tembakan beruntun. Membuat si pemilik kamar mengerjapkan matanya karena terkejut. "ADAAAAMMM!!!!!! BANGUUUUNNNNNN!!!" siapa lagi yang berani menganggu tidur Adam selain Edwin.
Tak ada respon sama sekali dari dalam. Akhirnya Edwin memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Adam.
"Yaelah, nih anak! Masih tidur aja!" dengus Edwin kesal sambil duduk di tepi kasur milik Adam.
"Dam bangun! Lo ga sekolah?!"
"Berisik!"
Adam duduk di atas kasur dengan mata yang setengah terbuka. Ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan, lalu melirik jam di samping kasur.
"Sana lu pergi! Ngapain coba ke kamar gue!" usir Adam.
"Masih untung lo gua bangunin!"
"Cabut lo!"
"Eh lu besok bawa siapa aja ke rumah?" tanya Edwin sebelum pergi dari kamar Adam.
"Banyak!"
"Gua cuma dua. Ngapain sih lo bawa temen banyak-banyak? Mau ngasih makan anak orang hah?"
"Terserah gua dong! Udah lu, sanah pergi!" usir Adam, sambil mendorong Edwin untuk keluar dari kamarnya.
Lalu Adam pun menarik handuk dan segera bersiap-siap untuk menuju tempat menimba ilmu, yaitu sekolah.
➖
Setelah semua siap dan rapi, segera Adam ke bawah untuk sarapan terlebih dahulu. "Dam, kamu mau bawa bekel ga?" tanya Mamanya dari balik meja makan yang mewah itu.
"Emang ada apa?" jawab Adam lalu duduk di balik meja makan. Ia menuangkan segelas air putih ke gelas lalu meminumnya.
"Mamah bikinin roti selai mau?"
"Selai coklat ya."
Ia mengoleskan selai favorit anaknya pada dua lembar roti. Setelah siap,
"Nih, nanti di sekolah dimakan!" suruh sang Mama sambil meyerahkan bekal tersebut."Iya. Oh iya, nanti kalo Adam hawa banyak temen boleh?"
"Ya boleh dong! Malahan Mamah seneng kalau nanti hasil masakan Mamah banyak yang makan. Kan Mamah jarang banget masak buat kalian." jawab Mamanya senang dengan senyum membentang di wajahnya.
"Yaudah." Adam menggendong tasnya dan berjalan meninggalkan meja makan tanpa pamitan terlebih dahulu pada Mamanya.
"Jangan lupa bawa pacar kamu." ucapnya membuat langkah Adam berhenti sejenak. Adam hanya bisa membuat lengkungan kecil di bibirnya dan berjalan lagi.
Adam menaiki motornya lalu segera berangkat ke sekolah. Namun, ia sempatkan untuk menjemput Audrey terlebih dahulu.
➖
Adam turun dari motornya dan mendekati gerbang megah bewarna putih itu. Ia berniatan ingin menekan bel, namun David sudah keluar.
"Pasti nyari Audrey ya?" tebak David benar. Ia membuka pintu gerbang mempersilahkan Adam untuk masuk.
Adam membalas ucapan itu dengan senyum. "Audrey nya lagi makan, mau nunggu?" tutur David memberitahu.
"Yaudah, saya tunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam dan Audrey
Teen Fiction[n e w v e r s i o n] Seorang gadis yang trauma akan masalah cintanya yang dulu, dan tidak pernah berani untuk membuka hati lagi. Ia pikir, semua lelaki itu sama saja. Ujung-ujungnya akan meninggalkan. Inilah alasan mengapa ia menjadi gadis yang...