12✔ Ayah Adam

3.5K 381 131
                                    

"Ayah?" ujar Adam heran.

Dengan cepat Adam masuk ke dalam rumahnya untuk melihat siapa si pemilik mobil tersebut.

Dengan perasaan penasaran, Adam masuk ke dalam rumah. Dan benar saja, Ayahnya sedang berkunjung ke rumah.

"Kamu dari mana sayang?" tanya Mamanya menyambut.

"Jalan." jawab Adam sangat singkat. Tanpa menghiraukan keluarganya yang sedang mengobrol di ruang keluarga, Adam langsung ke kamar.

Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara sang Ayah yang sedikit membentak.

"KAMU DARI MANA?!" bentak nya dari ruang keluarga yang berada di samping tangga.

"Harus tau? Engga kan?" balas Adam yang hanya memutar tubuh nya sekilas.

"Turun kamu!"

Adam mengiyakan perintah Ayahnya, dan menuruni anak tangga dengan sangat malas. "Kenapa?" kini Adam berani menantang.

"Kenapa kamu pakai mobil?! Ayah ngasih kamu mobil untuk dipakai nanti, kalau kamu sudah berumur tujuh belas tahun!"

"Capek naik motor terus."

"Kamu tau kan itu mobil mahal? Nanti kalau ada apa-apa sama mobil itu gimana?! Sementara kamu belum cukup umur buat naik mobil."

"Adam tau itu mobil mahal! Terus, Ayah lebih peduli sama mobil mahal itu, daripada sama anaknya sendiri?" balas Adam tak kalah membentak.

"Kalo Ayah gak sayang sama kamu, Ayah ga akan ngasih mobil itu ke kamu!"

"Adam gaperlu kasih sayang dari orang bejat kaya Ayah!" Adam dengan beraninya mengeluarkan kata-kata kotor itu di depan Ayah nya. Adam sama sekali tidak takut akan kekejaman sang Ayah.

Adam hanya berbicara sesuai fakta. Dan memang benar, bahwa Ayahnya memang bejat.

Sementara Edwin dan Mamanya hanya bisa menyaksikan perdebatan itu. Tidak ada yang berani melerai jika sudah bersangkut paut dengan Adam dan Ayahnya. Yang sama-sama memiliki watak keras.

Karena tak ingin terlarut dalam pertengkaran, Adam pun kembali melanjutkan langkahnya ke kamar.

Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tak ada rasa menyesal sedikitpun yang muncul dari dalam hatinya.

Adam memang seperti ini, ia benci dengan keputusan orang tuanya. Kenapa mereka harus berpisah di saat Adam belum mengerti, dan di saat Adam membutuhkan kasih sayang orang tuanya.

Ceklek

Adam melirik tajam pada pintu yang tiba-tiba terbuka. Dari balik pintu terlihat Edwin masuk dengan ragu-ragu.

"Lu di--"

"Punya atitude kan? Harus gua ajarin dulu kalo mau masuk kamar orang?" Belum sempat Edwin menyelesaikan kalimat nya, Adam sudah merespon nya dengan dingin.

"Hmmm... Lo dipanggil bokap. Penting katanya."

Adam beranjak pergi dari kasur nya dan menuruti apa yang diperintahkan. Adam menuruni anak tangga dengan cepat ia ingin urusan nya cepat selesai dengan Ayahnya ini.

Adam dan Audrey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang