07.00
"Chargeran gua mana ya?" gumam Edwin di pagi itu. Ia merogoh isi tasnya, namun tak menemukan chargeran ponselnya.
"Pinjem si Adam ajalah, dari pada ribet. Lagian pasti dia udah berangkat sekolah," pikirnya dan langsung menuju kamar Adam.
Tanpa pikir ia pun langsung membuka kamar Adam tanpa mengetuk. Ya karena ia berpikir Adam sudah berangkat. Betapa terkejutnya Edwin saat melihat adiknya masih sibuk dengan kasur.
"Adaaaaamm!" teriak Edwin sambil menarik selimut yang melilit di tubuh Adam.
"Ck!"
"Lu ga sekolah?"
"Ini masih pagi Ed! Gausah ganggu deh!" bentak Adam.
"Hah masih pagi?! Ini udah jam tujuh!"
"Hah?!" Adam kaget dan melihat jam di ponselnya. Ternyata benar, ia kesiangan.
Dengan cepat ia bangkit dari tempat tidur dan segera mandi. Selesainya semua, ia langsung menarik gas motornya sangat cepat. Namun di tengah perjalanan ia terjebak macet. Lengkaplah sudah penderitaan Adam.
Sekitar 30 menit ia terjebak macet, akhirnya ia sampai di depan sekolah yang gerbangnya sudah terkunci.
"Aelah! Sial banget sih gua!"
Ia masih berpikir bagaimana caranya untuk masuk ke dalam sekolah. Akhirnya ia turun dari motornya dan membuka helm. Dengan berani ia memanjat gerbang sekolah, sementara motornya ia tinggal depan gerbang.
Dengan susah payah akhirnya ia bisa masuk ke dalam sekolah. Segera ia berlari menuju kelasnya. Langkahnya terhenti tepat di depan pintu kelasnya yang terbuka.
Dengan perasaan takut, ia memasuki kelas. "Pa...pagi Bu." salam Adam yang kaku, karena melihat mata Bu Diana yang seperti nyaris ingin keluar.
"Datang jam segin!? Kamu pikir ini sekolah nenek moyang kamu? Datang seenaknya!" bentak Bu Diana. Semua murid memperhatikan Adam yang sedang dimarahi.
"Ma--." balas Adam dengan mata yang manatap lantai.
"Sekarang kamu lari keliling lapangan sampai jam pelajaran saya selesai!" suruh Bu Diana kejam. Dengan terpaksa Adam mengiyakan hukuman tersebut.
Ia meletakan tas terlebih dahulu dan turun ke lapangan untuk menjalankan hukuman yang diberikan. Mata Bu Diana tak henti menatap Adam dari atas.
Adam berlari dengan sangat malas, sesekali ia berhenti berlari saat Bu Diana tak melihatnya. Ia merasakan lelah yang teramat sangat, namun bel pergantian pelajaran tak kunjung berbunyi.
"Duh cape! Dasar, Diana sialan!" dengus Adam sebal.
➿➿➿
Di sisi lain, Audrey sedang belajar dengan seriusnya. Ia tak memikirkan Adam. Karena dari beberapa hari yang lalu, hubungan mereka biasa saja. Hanya chatan dan pulang bareng.
Pintu kelas terbuka perlahan, membuat seisi kelas melihat ke arah pintu. "Maaf saya mengganggu. Untuk Audrey, Thea, dan Vallerie harap ke ruang musik sekarang," ucap Bu Ellie dari balik pintu yang setengah terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam dan Audrey
Teen Fiction[n e w v e r s i o n] Seorang gadis yang trauma akan masalah cintanya yang dulu, dan tidak pernah berani untuk membuka hati lagi. Ia pikir, semua lelaki itu sama saja. Ujung-ujungnya akan meninggalkan. Inilah alasan mengapa ia menjadi gadis yang...