Gadis itu duduk di halte bus sambil menatap langit.
"Kapan hujannya reda?", batinnya sambil melihat jam di ponselnya.
Sudah setengah jam setelah pelajaran sekolah usai, tapi hujan tidak juga reda.
Ia mendengus kesal, ia bahkan tidak membawa payung. Biasanya ia bersama sahabatnya, tapi hari ini sahabatnya tidak masuk sekolah.
Bagaimana ia bisa pulang jika hujan terus-menerus? Apa ia harus menerobos hujan?
Tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampiri gadis itu sambil membawa sebuah payung ditangannya.
"Ayo pulang", ucap laki-laki itu.
Gadis itu mengangkat wajahnya. Kemudian ia mendengus lagi. Ia tidak ingin melihat laki-laki ini.
"Nggak, mending gue balik sendiri," ucap gadis itu ketus.
"Paling ngga terima payung ini. Gue ngga pengin lo sakit," ucapnya sambil memberikan payung.
"Gue ngga butuh."
Ia berdiri dan hendak berlari, tapi laki-laki itu menahan tangan gadis itu. Laki-laki itu menatap iris hitam milik gadis itu.
"Kenapa sikap lo jutek lagi sih sama gue. Kenapa?"
Gadis itu tidak berani balas menatap mata laki-laki itu, ia memandang ke arah lain.
"Gue ngga nyuruh lo kesini. Dan lo ngga perlu deket-deket gue, gue ngga butuh lo," ucap gadis itu.
Laki-laki itu bahkan tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Terutama tentang apa yang membuat gadis itu selalu menjaga jarak dengan seorang laki-laki.
Kemudian ia berlari menembus hujan, meninggalkan laki-laki itu yang masih terpaku di tempatnya.
*****
A.N.
First story..
Maaf kalo gaje..
Jangan lupa vote and comment ya..😊
28 Januari 2017