Raina
Setahu Raina, hanya ada dua kemungkinan seseorang yang membencinya tiba-tiba mendekatinya lagi, bahkan sampai berbuat baik. Yang pertama, orang itu menyesal atas perbuatannya. Yang kedua, orang itu hanya berniat mempermainkan hatinya lalu meninggalkannya lagi.
Sepertinya Kafka termasuk dalam kemungkinan yang kedua itu. Masalahnya, mana mungkin Kafka mendekatinya, sedangkan di sisi lain Jihan masih pacar Kafka. Apalagi sekarang Kafka ada di sampingnya sambil memainkan ponselnya. Apa maksudnya coba?
"Ngapain lo ke sini?" Raina melirik Kafka sebelum ia melanjutkan membaca buku. "Ngapelin Jihan?"
Yang ditanya tiba-tiba menoleh, memamerkan senyumnya kepada Raina. Dan senyum itu membuat Raina sedikit terpesoma.
Catat baik-baik, hanya sedikit terpesona.
Sial. Terlalu lama bersama Kafka ternyata bisa membuatnya goyah. Seharusnya tadi ia memilih untuk pergi ke kantin bersama Shelma jika akhirnya akan seperti ini.
Mau bagaiman lagi? Dengan sangat terpaksa, Raina harus menunggu hingga bel masuk.
"Siapa juga yang nungguin Jihan?" Kafka berkilah. "Orang gue lagi nemenin lo."
Menemaninya? Sepertinya kali ini Raina salah dengar, mana mungkin Kafka mau menemaninya. Itu namanya alasan klasik untuk modus. Kafka kan pintar sekali jika berurusan dengan modus-modusan.
"Nih!" Kafka menyerahkan sebungkus roti kepada Raina.
Raina bergernyit. Seotong roti? Bukannya mengambil dan mengucapkan terima kasih, Raina justru menatap Kafka untuk beberapa detik.
"Buat apa?"
Kafka terkekeh mendengar pertanyaan Raina yang menurut Raina tidak ada lucunya sama sekalu.
"Ya buat lo lah," jemarinya kembali mengutak-atik ponsel. "Belum makan kan?"
Raina tidak mengerti apa sebenarnya mau Kafka. Tidak bisakah Kafka berhenti bermain-main dengannya? Seharusnya Kafka sudah puas dengan menyakitinya. Lalu sekarang, Kafka mencoba untuk menyakitinya.
"Kaf," Raina mengalihkan pandangannya dari Kafka, jika Kafka melihatnya, mungkin Kafka akan mengerti. "Tolong jangan deketin gue lagi."
"Tapi gue pengin deket lo," Kafka masih bersikap biasa saja terhadap Raina, atau mungkin Kafka tidak menyadari bahwa Raina serius dengan perkataannya. "Emang lo ngga mau deket sama gue apa? Kenapa?"
Raina yang tadi mengalihkan pandangannya, sekarang kembali menatap Kafka.
"Jangan sakitin gue lagi," ucapnya lirih.
Bahkan Kafka yang tadinya tersenyum terpaksa berhenti saat mendengar ucapan Raina. Itulah kesalahannya, membuat Raina sakit hati. Dan Kafka tahu persis bagaimana perasaan Raina sekarang.
"Raina..."
"Jangan sakitin lagi, Kaf." Raina menggeleng. "Gue nggak mau."
"Gue minta ma..."
Belum sempat Kafka melanjutkan ucapannya, Raina sudah pergi dari hadapannya. Entah kemana.