Raina
Raina berbinar-binar menatap makanan yang ada di depannya. Shelma yang membawa makanan kesukaannya.
"Makasih, Shel." ucap Raina sambil memakan makanannya.
Shelma yang melihat Raina, menggelengkan kepalanya, "Segitu sukanya ya sama nasi goreng?"
"Iya lah. Apalagi kalo nyokap lo yang masak."
"Jadi, nasi goreng nyokap lo ngga enak?"
"Ya enak lah. Nasi goreng nyokap gue yang pertama, nyokap lo yang kedua."
Raina memang menyukai nasi goreng. Entah apa yang membuatnya menyukai makanan itu. Yang jelas itu makanan favoritnya.
"Lo udah ngga sakit, kan?"
Raina menggeleng, "Udah ngga. Besok juga udah bole pulang."
"Gimana sama Farel?" tanya Shelma hati-hati.
Raina menghembuskan nafasnya pelan, "Dia bilang, dia benci sama gue."
Shelma mengepalkan tangannya. Ingin sekali ia membuang Farel jauh-jauh dari Raina.
"Lo ngga usah ketemu sama Farel lagi!" Shelma mencoba memperingati Raina untuk menjauhi Farel. Ia tidak ingin kejadian kemarin terjadi lagi.
Raut wajah Raina berubah menyendu, "Tapi dia kakak gue, Shel. Sekarang dia dirawat, pasti ngga ada yang nemenin dia."
Farel memang dirawat lebih lama dari Raina. Mama Raina sudah tidak mau lagi menemui Farel. Saat ini Farel pasti sendirian. Dan Raina tidak akan membiarkan Farel sendirian.
"Rain, tolong dengerin gue. Jauhin Farel. Dia cinta sama lo aja dia hampir bunuh lo, apalagi kalo dia benci sama lo."
Benar juga kata Shelma. Namun kali ini Raina tidak akan mendengarkan Shelma. Entah mengapa, perasaan takutnya kepada Farel hilang begitu saja. Mungkin karena Raina ingin menyadarkan Farel, bahwa Raina adalah adiknya. Dan Farel tidak boleh mencintai ataupun membenci adiknya sendiri.
"Gue mau ke Farel," Raina turun dari ranjangnya, "Jangan cegah gue."
Shelma yang melihatnya hanya menghela nafasnya. Raina memang keras kepala. Akhirnya Shelma hanya mengikuti Raina dari belakang.
Raina membuka pintu kamar rawat Farel. Ia melihat Farel yang sedang memandang ke arah jendela. Kemudian ia melihat meja disebelahnya. Farel tidak menyentuh makanannya sama sekali.
Raina mengambil makanan yang ada di meja, kemudian duduk di samping Farel.
"Rel, makan dulu," ucap Raina.
Farel yang merasa terganggu menatap tajam Raina, "Ngapain lo disini?" tanyanya sinis.
"Makan dulu," Raina menyendok makanan yang ada di piring dan mencoba menyuapi Farel. Namun Farel justru menepisnya hingga piring yang Raina pegang ikut terjatuh. Dan pecah.
"Pergi!"
Shelma yang sejak tadi hanya memperhatikan mereka. Kini menarik tangan Raina untuk menjaga jarak dengan Farel.
"Lo itu, cowok ngga tau terima kasih. Masih mending Rain peduli sama lo!" ucap Shelma pada Farel.
"Rain, lo butuh istirahat. Ngga baik ada di tempat orang ngga tau diri kayak dia!" Shelma dan Raina kembali ke kamar rawat Raina.
*****
Keesokan harinya..
Raina sedang mengemasi barang-barangnya. Hari ini ia diperbolehkan untuk pulang.
"Rain, kemarin yang nolongin kamu waktu kecelakaan itu namanya siapa?" tanya Mama Raina.
"Kafka, ma."
Mama Raina menganggukan kepalanya beberapa kali, "Anak baik."
Raina menaikkan sebelah alisnya. Kafka? Baik? Orang yang paling menyebalkan itu. Namun jika dipikir lagi, akhir-akhir ini Kafka memang baik kepadanya. Raina memasukkan barang-barangnya acak. Kenapa sekarang ia jadi memikirkan Kafka?
"Loh loh, kok malah di acak-acakin sih," Mama Raina mengambil tas Raina dan merapikannya.
Raina memamerkan deretan gigi putihnya, "Biar Rain aja ma. Si-"
"Selamat sore!" ucap salah seorang yang memasuki kamar Raina, diikuti dengan dua orang dibelakangnya.
Raina langsung mengalihkan pandangannya dari Mananya. Ada Kafka, Aldi, dan Hendra ternyata.
"Kalian ngapain?" tanya Raina polos.
"Lah elo ngapain beres-beres? Kita mau jengukin lo," ucap Hendra.
"Gue mau pulang," Raina memasukkan benda terakhirnya ke dalam tas.
"Yah, kita telat dong," ucap Aldi dengan ekspresi kecewanya yang dibuat-buat sedemikian rupa. Itu membuat Raina terkekeh geli saat melihatnya.
Kafka menoyor kepala Aldi, "Jelas lah kita telat. Gue tadi mau ngomong ke lo berdua kalo Rain udah boleh pulang hari ini. Eh, malah lo berdua udah ngacir duluan kesini."
"Ya, kita kan ngga tau. Iya ngga, Hen?" Hendra mengangguk.
"Ekhm, Mama merasa diabaikan," Raina tersenyum mendengar Mamanya yang sejak tadi diam, sekarang bersuara. Mungkin sudah terkalu lana terabaikan.
"Eh, tante cantik. Selamat sore, tante," Hendra mencium punggung tangan Mama Raina. Begitu pula dengan Kafka dan Aldi melakukan hal yang sama seperti Hendra.
"Rain, ini yang namanya Kafka, kan? Yang nolongin kamu?" tanya Mama Raina sambil memegang pundak Kafka.
Raina mengangguk, "Iya, ma. Masa mama lupa?"
"Makasih yah, udah nolongin Rain. Kamu memang anak yang baik," Mama Raina menatap kagum ke arah Kafka.
"Hehe, iya tante. Raina kan temen Kafka."
Hendra menoel-noel lengan Kafka, "Cie yang dipuji camer, cie," bisik Hendra di telinga Kafka. Tentu saja Mama Raina tidak mendengarnya.
Kafka menginjak kaki Hendra dengan sekuat tenaga. Namun wajah Kafka tetap menghadap Mama Raina dengan senyuman manisnya. Sedangkan Hendra, ia sedang meringis kesakitan sambil mengumpat dengan suara yang sepelan mungkin agar Mama Raina tidak mendengarnya.
"Loh, kamu kenapa Hendra? Kaki kamu kenapa?" tanya Mama Raina yang melihat tingkah Hendra.
"Hehe. Ngga apa-apa, tante. Tadi kayaknya ada setan yang nginjek kaki Henda."
Mama Raina hanya menggelengkan kepalanya.
"Tante, Shelma udah ba-," Shelma menghentikan langkahnya saat membuka pintu kamar Raina. Kenapa ada Aldi dan teman-temannya? Sebenarnya Shelma tidak ingin bertemu dengan Aldi. Namun, ia berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Tante, Shelma udah bayar administrasinya. Ini obatnya," Shelma memberikan sekantong obat kepada Mama Raina, "Shelma mau ke toilet dulu yah."
Shelma tersenyum dan langsung keluar dari kamar rawat Raina.
Raina merasa ada yang aneh dengan sikap Shelma. Raina kemudian menatap Aldi yang juga sedang menatap kepergian Shelma. Pasti ada yang tidak beres dengan hubungan mereka.
"Lo lagi marahan sama Shelma?" tanya Raina kepada Aldi.
Aldi hanya menghela nafasnya. Kemudian ia keluar ruangan untuk mencari Shelma.
*****
A.N.
Nih, aku kasih lagi.. Kasian ini part di simpen terus.. Ntar lama-lama jadi jamur..
Oh, iya nanti bakal ada tokoh baru..Vomment..