Sebelumnya maafkan typo yang bertebaran, lagi bdmd buat ngedit. Maaf juga kalo ada kata-kata yang gak nyambung.. Hehee
Happy Reading
------------------------------------------------------
Raina
"Shelma," panggil Raina.
"Ya?" jawab Shelma sambil menempelkan ponsel ke telinganya untuk menelepon seseorang, ia juga sudah mengemasi bukunya ke dalam tas.
"Gue pulang duluan ya, Rain." lanjut Shelma.
"Lo beneran mau ninggalin gue?" Raina ikut menggendong tasnya, "jadi gue sendirian?"
Ini yang selalu membuat Raina kesal, sahabatnya memang tidak berperasaan. Bisa-bisanya Shelma meninggalkannya begitu saja. Hari ini kan seharusnya Shelma ada bersamanya.
"Elah, lo kenapa sih? Tinggal pake bus aja atau nebeng orang kenapa sih."
See! Shelma memang kejam padanya.
Raina mencebikkan bibirnya, "Iya iya."
"Ya udah, gue pulang dulu ya? Jangan nangis!" Shelma melambaikan tangannya kemudian menghilang dari pandangannya.
"Nggak!"
Di sinilah akhirnya. Sendiri lagi.
Kenapa hidup Raina malang sekali. Pulang tanpa teman, sedangkan temannya pulang bersama pacarnya.
Tapi ya sudahlah, tak usah dipikir. Lagi pula tidak ada gunanya. Raina kembali mengecek tas sekolahnya untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Dan tenyata memang benar, ia lupa menaruh buku tugasnya.
"Dimana ya?"
Raina menepuk keningnya saat mengingat dimana letak buku tugasnya itu, "Masa iya gue harus ke loker, mana sekarang udah sepi lagi."
Entah mengapa Raina jadi parno sendiri. Bayangan lorong yang sepi dan hari yang mulai petang membuat Raina takut jika ada sesuatu yang tidak ia duga.
Bagaimana jika ada makhluk halus yang mengganggunya. Ah, membayangkannya saja sudah membuat Raina merinding.
"Bodo amat lah," ucap Raina.
Dengan segenap keberanian yang ada, Raina pergi dari kelasnya. Ia berusaha menepis ketakutannya demi buku tugasnya yang besok harus dikerjakan. Ingat, demi buku tugas.
Ketika memasuki lorong sekolah bagian belakang, ketakutan Raina muncul lagi. Lagi pula seharusnya loker siswa diletakkan di bagian depan, tidak seperti ini.
"Ini kenapa mendadak sepi sih, biasanya juga ada beberapa orang kok."
Raina terus melanjutkan langkahnya hingga berhenti tepas di depan lokernya. Tak perlu menunggu lama lagi, ia segera membuka kunci lokernya dan mengambil buku yang ia cari.
Butuh beberapa detik untuk Raina menemukan buku tugasnya. Setelah Raina mengambilnya, Raina segera mengunci lokernya lagi. Demi apapun, Raina ingin segera pergi dari tempat ini. Ia sudah tidak tahan lagi dengan kesunyian tempat ini.