[28] - DUA PULUH DELAPAN

6K 378 18
                                    

Ada yang nunggu cerita aku??
Kayaknya sih enggak..

--------------------------------------------------

Raina

Seluruh siswi kelas XI.1 dan XI.6 berteriak histeris saat Kafka kembali memasukkan bola basket kedalam ring. Terkecuali Raina. Ia malah menatap malas kedua temannya yang sedang memberi semangat kepada kelas XI.6. Bukannya mendukung kelas mereka sendiri, Shelma dan Jihan justru mendukung lawan.

Sudah dua jam pelajaran kedua kelas itu saling berebut bola. Dan dua jam pula kelas XI.6 mengikuti pelajaran olahraga dengan kelas XI.1. Itu karena kelas XI.6 kosong, dan guru yang mengajar juga sedang berhalangan hadir. Guru yang mengajar kelas XI.1 pun hanya menyampaikan materi sebentar, kemudian menyuruh kelas XI.1 dan kelas XI.6 bermain basket. Jadilah sekarang mereka bertanding.

"KAFKA SEMANGAT!" Jihan mengepalkan tangannya ke udara sambil tersenyum melihat Kafka.

Seperti tidak mau kalah, Shelma melakukan hal yang sama kepada Aldi, "ALDI SEMANGAT YA!"

Teriakan dari penonton lain juga mulai terdengar. Mulai dari Kafka yang tampan, keren, dan bla bla bla.

"KAFKA, I HEART YOU."

"AAK, KAFKA KERINGETAN. TUH LIAT TUH."

"EH ITU TUH BOLA DIAMBIL LAGI SAMA KAFKA. AAKK, KEREN."

Jihan hanya menatap malas penonton yang memuji Kafka. Mau dibilang bagaimana juga tidak akan mempengaruhi teriakan dari seluruh siswi yang sedang menonton.

"EH, ALDI JUGA LUMAYAN KEREN!"

"IYA. ITU TUH, EH KOK BISA YA LOLOS DARI TIGA BOCAH TADI?"

Dan untuk yang ini langsung mendapat pelototan dari Shelma. Yang ditatap Shelma justru tersenyum, seolah menantang Shelma.

"AAAAAAA!!!."

Semuanya kembali berteriak, Raina mendengus. Menurut Raina, semuanya berlebihan.

"Gue ke kelas ya?" tanya Raina pada kedua temannya.

Raina mendengus lagi. Karena saking sibuknya menyemangati kekasih masing-masing, Shelma dan Jihan malah mengabaikan Raina.

Tanpa meminta jawaban dari kedua temannya, Raina langsung melangkahkan kakinya untuk pergi dari lapangan basket. Masih ada satu jam pelajaran lagi sebelum istirahat.

Bukannya ke kelas, Raina justru berjalan menuju kantin. Entah apa yang ada dipikiran Raina, ia malah memesan satu porsi batagor, satu porsi siomay, dan jus alpukat.

Raina memilih ke kantin karena ia tidak nyaman menonton di lapangan basket. Panas rasanya melihat orang yang di suka sedang dipuja oleh orang lain. Tapi Raina bisa apa, bukan siapa-siapa juga.

Raina sekarang duduk di paling ujung. Itu karena ia masih ingin melihat pertandingan basket antara kelasnya dengan kelas Kafka.

Sesekali Raina memuji Kafka dalam hati karena kehebatannya dalam memainkan bola basket.

Apalagi mainin hati gue

Raina [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang