Raina
Hari ini sepertinya Raina sedang terkena sial. Lihat saja, sekarang ia harus membawa buku-buku milik Bu Nina -guru seni budanya- setelah selesai mengajar. Bahkan sahabatnya tidak mau membantunya, jahat sekali. Ia kesal. Buku yang harus dibawa terlalu banyak.
Brakk...
Tubuh Raina tertabrak oleh seseorang.
"Aw," pekik Raina
"Sorry, gue ngga sengaja."
Kemudian orang itu membantu Raina mengambil buku-buku yang jatuh.
"Sorry ya, gue beneran ngga sengaja," ucapnya sambil menyodorkan buku-buku tadi.
Raina mendongakkan kepalanya, "Lo!"
Ternyata orang itu adalah Kafka.
"Lo lagi. Kalo jalan pake mata dong, jangan pake ini," ucap Kafka sambil menunjuk lututnya.
"Lah lo yang salah malah marahin gue, udah jelas tadi lo lari-lari sampe nabrak gue?"
"Ya elo nya aja yang jalannya pelan!" Kafka tidak mau kalah.
"Jelas-jelas tadi gue di sebelah kiri, eh lo malah larinya ke arah gue!"
"Lo--"
"Raina, kenapa kamu masih disini?" Ucapan Kafka terpotong oleh Bu Nina.
"Iya, bu. Ini tadi ada orang ga jelas," sindirnya sambil melirik Kafka. "Permisi bu."
Raina pergi meninggalkan Kafka dan Bu Nina. Ia malas berdebat dengan Kafka. Ia hanya ingin cepat-cepat pulang dari sekolah.
*****
"Cewek itu ngeselin sumpah, udah jutek, crewet lagi. Tadi gue juga ngga sengaja nabrak dia, dia malah langsung ngajak ribut," ucap Kafka.
Sekarang Kafka sedang berada di rumah bersama teman-temannya, Aldi dan Hendra.
"Ngga usah gitu Kaf, ntar kalo lo jadi suka dia gimana?" kata Aldi.
"Iya, ntar malah lo yang jadi ngejar-ngejar dia baru tau rasa lo." Hendra menambahkan.
"Amit-amit dah, jangan sampe gue gitu."
"Awas ntar kemakan omongan lo sendiri."
"Ngga bakal, gue benci sama dia."
"Benci? Bener-bener cinta dong."
Aldi dan Hendra tertawa, tapi tidak dengan Kafka. Dia malah cemberut.
Kemudian ponsel Kafka bergetar, ada telepon. Kafka langsung mengangkatnya.
"Hallo... Dirumah.... Okeh, dimana? Gue kesana sekarang.... Bye." Kafka memutuskan sambungan teleponnya.
"Siapa Kaf?" tanya Hendra.
"Mauren ngajak ketemu."
"Mauren siapa tuh? Udah ganti lagi? Kemaren lo sama Rina, sekarang sama Mauren. Besok sama siapa lagi. Kafka, lo tuh kapan tobatnya sih?" Aldi menatap Kafka.
"Kena karma baru tau rasa lo." tambah Hendra.
"Orang kalo udah ngga cocok ya cari yang lain lah. Masa harus sama orang itu terus." jawab Kafka dengan santainya.
"Serah lo dah, yang penting kita udah nasihatin lo. Iya ngga Ndra?"
Hendra mengangguk setuju ucapan Aldi.
"Iya iya, terimakasih bapak-bapak telah menasihati saya."
"Sial lo Kaf," ucap Aldi.
"Gue pergi dulu ya. Jaga rumah gue baik-baik, jangan sampe di bawa semut. Dah."