[09] - SEMBILAN

7K 444 1
                                    

Raina

"Ayo," ucap Kafka kepada Raina.

Raina memutar bola matanya jengah, kemudian mengikuti Kafka dari belakang. Shelma sepertinya memang sengaja membuatnya selalu bersama Kafka malam ini.

Tiga pasangan sudah siap memulai permainan, termasuk Raina dan Kafka.

"Sekarang sudah siap? Oke, kita mulai. Satu, dua, ti...ga! Mulai," Shelma berteriak.

Raina dan Kafka segera menaruh balon dan mengapitnya dengan kening mereka. Kafka sedikit membungkuk untuk menyejajarkan tingginya dengan Raina.

Sekarang, mereka hampir sampai didekat kolam. Saat mereka sudah mencapai pinggiran kolam, tiba-tiba balonnya pecah. Raina langsung tersentak kebelakang dan keseimbangannya hilang.

Byurr..

Belum sempat Kafka mencegahnya, Rain sudah terjatuh. Kafka langsung panik, sepertinya Raina yang tidak bisa berenang.

"Raiinnn," pekik Shelma, "Rain ngga bisa renang, tolongin dia," ucap Shelma kepada Kafka semakin panik.

Raina memang tidak bisa berenang.

Kafka yang melihatnya pun langsung membuka jasnya, dan menceburkan dirinya kedalam kolam.

Kafka menolong Raina dan mengangkatnya ke tepi kolam. Kafka menepuk-nepuk pipi Raina berusaha menyadarkannya.

"Rain, bangun," ucap Kafka.

Kemudian Raina terbatuk. Wajahnya pucat, tubuhnya menggigil. Kafka langsung memakaikan jasnya pada Raina.

"Rain, lo ngga apa-apa?" tanya Kafka.

Raina hanya mengangguk.

"Ya udah, lo ganti pake baju gue dulu," ucap Shelma pada Raina, "Dan lo Kafka, ganti pake punya abang gue. Kamarnya ada disana," Shelma menunjuk kamar kakaknya.

Kafka langsung menuju kamar kakak Shelma untuk mengganti bajunya, sedangkan Raina menuju kamar Shelma.

Raina masih merasa dingin, walaupun sudah mengganti bajunya dan memakai jaket yang tebal.

"Lo ngga apa-apa?" tanya Shelma.

"Gue ngga apa-apa."

"Lo mau pulang?" Raina menggeleng, "Lo harus pulang, tunggu sini. Gue suruh Kafka nganterin lo." ucap Shelma.

"Ngga usah Shel," ucap Raina.

Tapi Shelma tidak memperdulikan perkataan Raina. Shelma langsung berlari untuk memanggil Kafka.

Saat ini Raina sudah berada di mobil Kafka. Raina merasa canggung kepada Kafka, mungkin karena kejadian tadi. Tapi Raina belum berterimakasih kepada Kafka.

Tangan Kafka telulur untuk menyentuh dahi Raina, "Ngga sakit kan?"

"Ngga, cuma dingin aja."

Hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan lagi. Bahkan ketika sampai dirumah Raina pun tidak ada yang angkat bicara.

Kafka berdeham, "Udah sampe, Rain."

Ternyata Raina melamun. Pantas saja sedari tadi ia tidak bicara.

Kafka menepuk bahu Raina, "Udah sampe, lo mau turun sendiri apa mau gue gendong?" Kafka berbicara tepat disebelah telinga Raina.

Raina langsung membulatkan matanya sambil menatap Kafka.

"Eh, ng-nggak usah. Gue duluan ya, dah." Raina keluar dari mobil Kafka.

Sebelum Raina menutup pintu mobil Kafka, ia berkata "Makasih."

"Apa?" Kafka tidak mendengar.

"Makasih," jawab Raina pelan.

"Apa? Gue ngga denger?" tanya Kafka pura-pura tidak mendengar.

Raina mendengus. Kenapa setiap berbicara Kafka selalu membuatnya kesal.

"Makasih udah nolongin gue dan makasih udah anter gue," nada suara Raina meninggi.

"Puas?!" tambahnya lagi.

Raina pergi meninggalkan Kafka. Sedangkan Kafka hanya tersenyum melihat tingkah Raina.

*****

Kafka membaringkan tubuhnya di kasur. Ia memegang ponsel milik Raina. Kafka baru menyadari ponsel Raina tertinggal pada saat Kafka sudah sampai di rumahnya.

Kafka bingung. Apakah ia harus memgembalikannya sekarang, atau besok. Tetapi jika sekarang, sudah terlalu malam.

"Besok aja deh," ucap Kafka pada dirinya sendiri.

Kafka meletakkan ponsel Raina disampingnya. Tapi kemudian ia mengambilnya lagi. Ia penasaran tentang apa isi ponsel Raina.

Kafka mulai membuka ponsel Raina, ternyata tidak di password.

Kafka membuka galeri foto yang ada di ponsel Raina. Kebanyakan isinya hanya Raina bersama dengan Shelma.

Tapi ada satu foto yang membuat Kafka bertanya-tanya. Foto Raina bersama dengan seorang laki-laki. Mereka terlihat sangat bahagia. Raina dan laki-laki itu tersenyum kearah kamera. Dan, laki-laki itu Siapa dia? Apa dia pacar Raina?

"Kira-kira siapa ya?"

Kafka melihat rincian foto Raina. Foto itu diambil sekitar dua tahun yang lalu. Kafka kembali memperhatikan wajah laki-laki dalam foto itu. Wajahnya tidak mirip dengan Raina. Berarti bukan kakaknya. Kakak kelas, juga bukan. Lalu siapa?

Kafka mendengus kesal, kemudian mematikan ponsel Raina. Kafka tidak tahu siapa laki-laki yang ada dalam foto itu. Kafka tidak pernah melihatnya sebelumnya.

"Kenapa gue jadi penasaran sih. Arrgh," Kafka mengacak-acak rambutnya frustasi.

Kafka tidak tahu mengapa ia seperti ini. Padahal Kafka biasanya tidak peduli dengan foto-foto milik perempuan yang ia suka.

Tunggu dulu. Apa Kafka baru saja mengira bahwa ia menyukai Raina?

Kafka mengacak rambutnya lagi. Kafka tidak tahu kenapa ia bisa menyukai Raina yang super jutek.

*****

A.N.

Sekarang aku updatenya segini-segini aja lah..
Biar ngga terlalu panjang..
Jangan lupa vote and comment ya..

Raina [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang