[34] - TIGA PULUH EMPAT

6.1K 330 8
                                    

Raina

Jihan membuang nafasnya berkali-kali saat Kafka tidak juga berbicara. Jika seperti ini ia seperti berbicara kepada patung.

"Kaf, sebenernya kita ini apa sih?" tanya Jihan.

"Kita pacaran."

"Pacaran?" Jihan tertawa, tawa yang terdengar memilukan. "Bukannya lo cuma jadiin gue pelampiasan?"

Kenapa Jihan dijadikan pelampiasan oleh Kafka? Padahal masih banyak orang lain, kenapa harus Jihan.

"Sekarang gue kasih kesempatan buat lo ngejelasin semua. Entah penjelasan yang jujur, atau penjelasan yang lo buat-buat. Terserah lo."

Kafka terdiam lagi. Yang Kafka lakukan hanya menatap Jihan dengan tatapan yang tak terbaca.

"Kalo lo emang nggak mau ngejelasin, gue pulang."

Jihan menggendong tas sekolahnya. Baru saja Jihan berdiri, Kafka sudah menahan tangannya untuk duduk kembali.

"Iya, gue suka sama Raina," ucap Kafka tiba-tiba.

Tangan Jihan yang tadi menggenggam erat pegangan tasnya, sekarang terlepas. Matanya mulai berkaca-kaca, menunjukkan bahwa hatinya benar-benar hancur.

"Gue nggak akan kasih penjelasan apapun tentang hal itu. Terserah lo mau buat kesimpulan tentang gue," tambah Kafka.

Pada kenyataannya, Kafka memang sudah tertarik pada Raina saat awal ia mengenal Raina. Kafka memang suka kepada Raina, tapi Kafka baru menyadari bahwa Kafka benar-benar menyukai Raina saat Kafka sudah berpacaran dengan Jihan.

Pertahanan Jihan runtuh, ia sudah tidak dapat menahannya. Dan sekarang air mata Jihan mulai menetes mengaliri pipinya.

Kafka menyodorkan sebuah sapu tangan kepada Jihan. "Gue minta maaf, gue nggak tau lagi apa yang harus gue lakuin sekarang."

"Apa mau lo sekarang? Gue kasih pilihan. Lo mau pertahanin hubungan kita dan lupain Raina.

"Atau lo mau putus dari gue dan kejar Raina?" tanya Jihan lagi.

"Kalo gue minta putus, apa lo rela?" bukannya menjawab, Kafka justru balik bertanya.

"Apa perlu gue jawab? Lo sendiri bahkan tau jawabannya."

Sudah Kafka duga, Jihan pasti tidak akan merelakannya. Sekarang, Kafka tidak tahu lagi apa yang akan ia lakukan.

"Gue harus gimana?" tanya Kafka. Entah bertanya kepada Jihan atau memang ia bertanya pada dirinya sendiri.

"Buat gue benci sama lo."

"Maksud lo?" tanya Kafka.

"Buat gue benci sama lo apapun caranya. Setelah itu lo boleh kejar Raina."

***

Raina mengeratkan sweater yang dipakainya. Udara pagi ini sangat dingin hingga membuat Raina ingin pulang lagi dan melilitkan tubuhnya dengan selimut. Sepertinya hari ini Raina berangkat terlalu pagi.

Raina [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang