[27] - DUA PULUH TUJUH

6.3K 388 18
                                    

Raina

"Makasih, kak," ucap Raina setelah turun dari motor Alex.

"Sama-sama. Gue pulang dulu ya?"

Raina mengangguk kemudian melambaikan tangannya saat Alex melajukan motornya, "Hati-hati."

Moodnya hilang seketika. Alex sudah pergi dan tidak ada yang menghiburnya lagi.

Raina membuka pintu rumahnya dengan gontai. Dan disana, mamanya sedang asik menonton televisi. Tanpa pikir panjang, Raina langsung menghampiri mamanya dan memeluknya erat, menyembunyikan wajahnya dalam dekapan mamanya.

Mamanya mengelus punggung Raina, "Ini anak mama kenapa?"

Mendengar pertanyaan mamanya, Raina justru terisak. Itu membuat mamanya panik.

"Kamu kenapa sayang, kok nangis?"

"Rain kangen papa, ma."

Sebenarnya, yang lebih mendominasi Raina menangis adalah masalah Kafka dan.Farel. Tapi ia juga tidak bohong bahwa ia merindukan papanya.

"Cup cup," mama Raina membersihkan air mata Raina, "Besok kita ke makam papa ya?"

Raina hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali sambil terus memeluk mamanya erat.

***

Raina mengeluarkan sebuah kotak dari lemarinya. Kotak itu, yang sudah tidak pernah ia buka semenjak pesta ulang tahun sahabatnya, Shelma.

Kalian tahu kan apa isinya?

Ya. Itu adalah kalung pemberian Kafka. Kalung yang hanya ia gunakan saat pesta ulang tahun Shelma saja, setelahnya ia menyimpannya salam kotak itu.

Cukup lama Raina mengamatinya, hingga kini airmatanya turun membahasahi pipinya. Dengan cepat, Raina menghapusnya.

"Kok gue jadi cengeng sih. Cuma gitu aja lo nangis, Rain," Raina mengatai dirinya sendiri.

Sudah cukup untuk Raina jatuh cinta. Seseorang yang Raina cinta sekarang sudah mencintai orang lain. Tidak seharusnya Raina masih menyimpan perasaannya.

Dan sekarang, satu hal yang akan Raina lakukan. Raina akan melupakan Kafka sebelum perasaannya semakin berkembang. Raina masih bersyukur karena perasaannya terhadap Kafka belum terlalu lama, jadi tidak akan terlalu sulit untuk melupakan Kafla. Raina hanya tidak ingin semakin merasa sakit jika ia mencintai Kafka.

Tangan kanannya beralih mengambil sebuah kardus besar yang ada diatas lemari pakaiannya, sedangkan tangan satunya masih memegang kotak pemberian Kafka.

"Selamat tinggal, Kaf."

Raina meletakkan kotak pemberian Kafka kedalam kardus.

Itu adalah kardus tempat barang-barang Raina yang sudah tidak terpakai, namun masih ia simpan. Raina memilih untuk tidak membuang pemberian Kafka karena Raina masih menghargai pemberian seseorang kepadanya. Ya, meskipun setelahnya Raina tidak akan membukanya lagi.

"Mungkin bakal sulit, Kaf, buat gue lupain lo. Tapi gue akan coba," Raina mangangguk yakin.

Raina kembali meletakkan kardusnya diatas lemari.

Raina [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang