Masih ada end part 2, jadi jangan seneng dulu. Aku bagi jadi dua part itu karena banyak banget. Takutnya kalian bosen, jadi aku bagi menjadi dua part.
:)(:
SELAMAT MEMBACA
Raina
Namanya juga remaja, ya wajarlah kalo masih labil.
____________________________________________
Sebuah koin dilambungkan, kemudian Kafka menghembuskan nafas kasar. Lagi, ia melambungkan koin itu.
Kurang kerjaan memang.
Kini beralih, Kafka memutar koin itu di atas meja. Hingga koin itu berhenti berputar, Kafka memutarnya lagi.
Pikiran Kafka entah kemana. Ternyata Raina berefek besar padanya sampai membuatnya tak karuan begini. Lihat, koin yang tak bersalah ini pun menjadi bahan pelampiasan Kafka.
Jujur saja, Kafka juga menginginkan Raina tetapi ia takut mendapat pernyataan jika Raina tidak menginginkannya. Ditambah dengan Raina yang telah Kafka sakiti, ia tidak yakin bahwa Raina juga mau memaafkannya.
Apa yang harus Kafka lakukan sekarang?
Kafka mengerang frustasi, buku yang ada di depannya ia jatuhkan hingga menarik perhatian beberapa murid yang masih ada di kelas. Dan Kafka tidak peduli, ia hanya membenamkan wajahnya di lekukan tangannya.
"Kaf," panggil seseorang. "Lo kayak orang kesurupan tau ngga? Untung udah pada pulang, jadi cuma dikit yang liat lo kayak gini."
Itu Dino. Sial, kenapa temannya ini ada disini? Padahal Kafka tadi sudah melihat Dino keluar, ternyata sudah balik lagi.
"Kalo sayang ya perjuangin," ucap Dino tiba-tiba. "Bukan dibiarin, ntar kena tikung loh."
Kafka ingin berjuang, namun bingung. Bukan. Ia hanya butuh keyakinan diri untuk berjuang mendapatkan Raina.
"Sebelum hatinya berpindah, mending lo perjuangin, Kaf."
Lagi. Dino mengeluarkan petuah-petuah yang jika dibiarkan akan semakin menjadi. Namun ucapan Dino juga cukup kena hatinya.
Dino semakin gencar mengucapkan petuahnya.
"Kaf, gue yakin." Jihan menepuk pundak Kafka. Meyakinkan temannya yang masih labil ini, "Lo pasti bisa. Minta maaf aja
dulu."Hei, sejak kapan Jihan ada disini?
Ya. Itu sudah cukup membuat Kafka memiliki keyakinan untuk memperjuangkan Raina. Sebelum Dino mengoceh panjang lebar, dtambah dengan adanya Jihan, Kafka meninggalkan temannya itu.
"Eh, Kaf. Lo ngga tau diri banget ya." Dino menunjuk Kafka yang berlalu, "orang lagi kasih nasihat malah ditinggalin."
Kafka tidak memedulikan ocehan Dino lagi karena ia ingin segera bertemu dengan Raina. Setidaknya untuk meminta maaf dulu, baru setelah itu Kafka memikirkan bagaimana cara agar mereka bisa bersama.
Tak apa jika Raina belum bisa memaafkannya, Kafka mengerti. Tetapi ia kan mencoba meminta maaf lagi dan lagi jika Raina belum bisa memaafkannya.
Ketika Kafka sampai di pintu kelas Raina, ia mencari keberadaan Raina.
Tetapi tidak ada Raina disana. Kelas ini sudah sepi, ia hanya melihat Shelma yang sedang memegang ponsel dan Aldi yang sedang menunggu Shelma. Kafka menghampiri mereka.
"Dimana Raina?" tanya Kafka.
Shelma memperhatikan Kafka yang baru saja datang tetapi fokusnya kembali pada benda pipih di depannya.