Raina
Raina sedang sarapan di meja makan. Matanya sedikit membengkak, ia juga terlihat lesu.
"Kamu kenapa Rain?" tanya Mama Raina.
"Ngga apa ma. Semalem Rain ngga bisa tidur."
Mama Raina mengelus lembut kepala anaknya. Ia tahu kenapa Raina begitu, pasti dia menangis. Tapi ia tidak akan menanyakan hal itu.
"Ya udah. Rain berangkat dulu ya ma, assalamu'alaikum," Raina mencium tangan Mamanya. Kemudian pergi ke sekolah.
Ia berangkat sekolah lebih awal dari biasanya. Sekarang ia sedang berada di halte bus. Ia mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Dingin. Masih terlihat embun pagi.
Sudah sekitar sepuluh menit ia menunggu bus disini. Mungkin karena masih terlalu pagi, jadi sedikit lama. Tapi kemudian bus datang, Raina langsung berdiri dan menaiki bus tersebut.
Sejak Raina duduk didalam bus, ia tidak memperhatikan sekitarnya. Ia terlalu asik membalas chat dari Shelma. Seseorang menyenggol lengannya. Raina langsung beralih menatap orang disampingnya. Wajahnya langsung berubah menjadi jutek.
"Ngapain lo disini?" tanya Raina sinis saat melihat Kafka.
"Ya suka-suka gue lah. Ini kan bus sekolah."
Raina mendengus. Kenapa ia harus bertemu dengan Kafka pagi-pagi begini? Kenapa dia naik bus, biasanya juga naik mobil.
"Kok lo pagi banget sih berangkatnya? Emang ngga ngantuk apa?" tanya Kafka.
Situ juga berangkatnya pagi. Kenapa tanya gue? geramnya dalam hati.
Kafka terus menanyai Raina, tapi ia mengacuhkannya. Bahkan ketika sampai gerbang sekolah pun Kafka juga terus mengikutinya.
"Kok lo jutek sih?" tanya Kafka.
Langkah Raina terhenti sejenak, kemudian ia berbalik menghadap Kafka. Menatap mata Kafka tajam.
"Suka-suka gue," jawab Raina ketus.
Raina langsung mempercepat langkahnya agar Kafka tidak lagi mengikutinya. Tapi tetap saja, Kafka bisa menyamai langkahnya.
"Oke. Gue bakal bikin lo ngga jutek lagi," ucap Kafka.
Raina mendengus kesal. Sebenarnya apa maunya?
Saat sampai didepan kelas, Kafka menarik tangan Raina. Ia berusaha melepaskan tangan Kafka, tapi tidak bisa.
"Lepasin ngga?" Raina masih berusaha melepaskan tangannya.
Kafka memberikan sebuah kotak kecil ke tangan Raina. Raina menatap Kafka bingung.
"Buat lo," ucap Kafka singkat kemudian pergi meninggalkan Raina.
Raina menatap kotak pemberian Kafka. Ia melihat Kafka berbalik dan tersenyum ke arahnya kemudian kembali berjalan.
Kenapa dia senyum-senyum? gumannya dalam hati.
Raina menghilangkan pemikirannya tentang Kafka. Ia menuju tempat sampah hendak membuang kotak pemberian Kafka. Tapi kemudian, ia berubah pikiran dan mengambil kotaknya lagi.
Raina melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Ternyata Shelma sudah ada di dalam kelas.
"Tumbenan lo udah nyampe? Udah lama?" Raina duduk disamping Shelma.
"Elah, gue juga baru dateng. Lo nya aja yang asik romantis-romantisan sama Kafka sampe ngga ngeliat gue."
Raina meringis dalam hati. Ternyata Shelma melihatnya saat bersama Kafka.