Prolog 1.2

637K 34.4K 1.3K
                                    

Alexa membuka pintu perlahan, di situ sudah terdapat beberapa orang duduk di meja bundar. Alexa pun langsung duduk di kursi yang kosong.

"Kau telat," ucap Evan.

"Maaf, tadi macet di jalan," jawab Alexa. Evan hanya menatapnya sejenak.

"Kalau begitu bisa kita mulai rapatnya?" ucap Evan.

Alexa menatap Evan yang berbicara dengan serius. Ia tidak dapat melepaskan matanya dari pemimpinnya itu.

"Kemarin, FBI meminta kita dari pihak CIA untuk mencari informasi tentang sekelompok mafia dari Serbia. Informasi yang hanya kita dapat adalah, salah satu pemimpinnya sedang berada di kota yang sama dengan kita,"ucap Evan, Alexa membuka dokumen di depannya.

Ia mengerutkan dahinya, tidak ada foto, tidak ada umur, dan keterangan lainnya. Hanya sedikit informasi kejahatan yang dilakukan oleh mafia ini dan jenis kelamin pemimpinnya.

"Tidak ada foto?" tanya Alexa langsung. Evan menoleh. 

"Tidak ada, pemimpin kelompok mafia ini sangat hati-hati dan sudah cukup profesional. Ada beberapa agen berhasil menemukan keberadaannya dan menemukan informasi, tapi pada akhirnya agen tersebut berakhir dibunuh olehnya. Sudah banyak agen yang menerima misi ini tapi berakhir tragis, tapi seprofesional apa pun dia, kita bisa mendapatkan nama yang ia pakai, yaitu Dravo Black. Tapi itu bukan nama aslinya," ucap Evan dengan serius.

"Lalu kenapa Bos menerima misi ini kalau sangat membahayakan?" tanya salah satu anak buahnya.

"Karena aku tidak takut dengannya. Aku yakin aku bisa menemukan dan mendapatkan informasi tentangnya," ucap Evan dengan nada rendah. Alexa hanya menatap dokumen di depannya. Dravo Black. Alexa tidak pernah mendengar nama itu. Ia hanya bisa membayangkanlelaki tua, berbau alkohol, yang tidak memiliki hati, hobi membunuh, dan napasnya bau.

"Lalu bagaimana rencananya untuk menemukan dia?" tanya salah satu anak buahnya.

Alexa terdiam sejenak, lalu dia mendapatkan sebuah ide dan ia berkata, "Bagaimana kalau yang melakukan misi ini perempuan? Yang kita tahu di sini pemimpinnya adalah lelaki. Kalau laki-laki yang melakukannya, dia pasti akan curiga," ucap Alexa.

"Maksudmu mencoba menggodanya gitu?" tanya salah satu agen bernama Ethan.

"Maybe," jawab Alexa sambil mengangkat kedua pundaknya.

Evan menatap Alexa sekilas.

"Ide yang bagus, kalau begitu aku tugaskan Alexa dalam misi ini," ucap Evan. Alexa langsung menoleh.

"Mr. Maxwell, aku bukan satu-satunya perempuan di sini," ucap Alexa sambil melirik perempuan berambut pirang di seberangnya. Evanmenatap Chloe, lalu menyipitkan matanya.

"Aku lebih percaya kau yang bisa menangani ini," ucap Evan. 

"Maaf kalau mengecewakanmu, Mr. Maxwell, tapi aku tidak memilikikeahlian untuk menggoda pria tua berhidung belang. Mungkin Chloe yang lebih ahli dalam hal itu," sindir Alexa pada sahabatnya yangsudah mengkhianati dia untuk berpacaran dengan Evan.

Memang Evan bukan pria tua berhidung belang, ia hanya beda delapan tahun dengan Alexa. Tapi Chloe dari dulu sudah tahu kalau Alexa menyukai Evan.

"Alexa, aku memerintahkanmu melakukan misi ini, yang kamu lakukan hanya mengumpulkan informasi sebanyak mungkin danmemberikannya kepadaku," ucap Evan.

Alexa menghela napas, ia tidak bisa menolak.

***

Di sisi lain.

"Bos, FBI sudah tahu kalau Anda di kota ini," ucap anak buahnya. Lelaki tersebut hanya mengisap rokoknya yang hampir habis.

"Aku tahu," ucap lelaki itu sambil menatap keluar jendela. "Lalu apa yang kau lakukan, Bos?" tanya Henry.

"Kenapa kau begitu khawatir? Ini masalah biasa," ucap lelaki bernama Liam Hamilton itu.

"Tapi kalau Bos tertangkap se—"

"Aku tak akan tertangkap," potong Liam dengan nada rendah dan menyeramkan.

"Apa kau yakin tempat ini aman untuk kau tempati?" tanya Henry.

"Kau berisik sekali, lebih baik kau keluar dari sini atau akan kutembak sekarang juga," ucap Liam santai. Ia sambil membuang puntung rokok lalu meminum vodkanya. Wajah Henry langsung pucat.

"Maaf mengganggu," ucap Henry. Ia langsung buru-buru keluar apartemen. Liam menatap keluar jendela. Dia hanya berharap dengan diamenetap di sini. Tidak ada yang mengganggu hidupnya, sementara ini.

Tapi ia tidak tahu takdir yang sudah ditetapkan untuknya tidak seperti yang ia bayangkan.

The Perfect Strangers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang