Ini tentang Rasha dan Bintang.
Rasha Sasikarani.
Dan, Bintang Rakandika.
Rasha yang cantik, angkuh, sombong, dan keras kepala.
Juga, Bintang yang lucu, tidak sombong dan cukup menyenangkan walaupun terkadang emosinya sulit dikontrol.
Rasha adalah ga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• Salsa Ranindita (twins Bintang) •
AWAN yang berkumpul diatas langit tidak membantu menghalangi sinar matahari yang bersinar terang siang ini. Membuat Bintang harus bertahan walaupun rambutnya sudah mulai basah karena keringat.
Setelah menyadari bahwa apa yang ia lakukan kemarin adalah suatu kesalahan. Cowok itu seperti jatuh berkali-kali. Selain harus malu tentang kejadian dikantin sore kemarin, ia juga menjadi topik pembicaraan yang hangat disalah satu akun sosial media Aksara karena mendapat pukulan telak dua kali berturut-turut oleh si cantik Aksara. Belum lagi tugas matematika yang namanya dicoret dengan kejamnya oleh Rasha, tidak dapat nilai dihukum pula karena terlambat masuk sekolah.
Bintang mengusap keningnya ketika matanya terasa lelah mendongak untuk hormat pada sang merah putih.
“Sumpah, gini aja terus gue masuk tentara aja langsung ketrima.” dumalnya ketika menyadari bahwa hampir dua jam ia berdiri ditengah lapangan. Bahkan, bel berakhirnya jam istirahat hampir berbunyi beberapa menit lagi.
Bintang gelisah.
Dia tadi kesiangan, dan sialnya, kedua temannya tak ada yang membangunkan Bintang tadi. Belum sarapan dan minum setetes air pun, ia sudah diberi pelototan tajam oleh guru piket setelah sampai didepan gerbang setelah berlarian dari gedung asrama.
Akan membela diri, tapi guru piket sudah memberi gertakan yang membuat Bintang diam.
“Asrama itu ada didepan sekolah! Masih aja terlambat!”
“Bu, tadi saya kesiangan terus -”
“Makanya jangan bolos jam malem buat warnetan terus!”
Bintang masih mengumpat kesal setiap mengingat kejadian tadi pagi.
“Bin, balik aja udah siang.”
Bintang menoleh, melihat Revan dan Putra yang dengan santainya malah menonton Bintang yang mendapat hukuman.
Bintang tidak menyahut. Dengan wajah menahan dongkol, Bintang hanya melontarkan jari tengah pada kedua sahabatnya itu.
“Serius gue, Pak Deni bilang ke gue.” kata Putra.
Bintang melengos malas. Hingga ketika cowok itu menjatuhkan pandangannya kembali kedepan, cowok itu tertegun.
“Apa lagi lo?” tanya Bintang malas ketika dihadapannya adalah Rasha.
“Keputusan berapa lamanya lo dihukum ada ditangan gue.”