• Cemburu •
“WOI, Dilan! How are you today?”Plak.
“Anjing sakit tolol.”
“Dilan kambing lo berak.” Putra berdecak setelah menggeplak kepala Bintang yang sebelumnya menyengir bodoh pada Ferdinan yang kini melangkah kearah mereka berdua.
“Terserah gue lah. Bacot lo ikut aja.”
“Lagian tuh batak udel nya aja kayak entutnya Dilan goblok.”
“Lah, sok-sokan. Lo berani?”
“Kaga,” Putra nyengir konyol.
Bintang mendengus, menggeplak kepala Putra sebagai balasan dan kembali menghadap depan, menegakan tubuhnya ketika Ferdinan sampai dihadapannya.
“Wah, Dilan. Apa kabar kau?”
“Anjing kau, Rak. Masih sama kau, ya.”
“Kenapa? Masih cakep kan gue?”
“Hahahaa, masih tolol kau, Rak.”
“Kampret.” umpat Bintang pelan.
Ferdinan hanya tertawa. “Lagian apa sekali kau ini panggil saya Dilan.”
Bintang tertawa. “Ya lo kan habis balik dari Amerika, Nan. Lo sekarang balik mau promosi film kan? Ngaku lo. Gile. Sekarang bawaannya motor tua. Macem kakek gue aja lo.”
Ferdinan terbahak. “Anjing kau, Rak. Tak lucu kali becandaan kau.”
“Ye si bego. Nggak lucu tapi ketawa.” Putra mencibir pelan.
“Apa kau cakap pula, orang jelek. Mending kau belajar dengan benar supaya bisa satu sekolah dengan Dilan.”
Putra makin mendengus. “Sombong kali kau, Nan.”
Ferdinan hanya tersenyum evil. “Saya tunggu disana kau.”
Putra mengibaskan bahu yang disentuh Ferdinan sebelum laki-laki itu pergi. Bintang hanya tertawa dan wajah Putra semakin terlipat karena hal tersebut. Cuaca sangat panas hari ini, dan hati Putra makin panas diserang rasa iri oleh Ferdinan yang berhasil mengikuti pertukaran pelajar. Apalagi sekarang laki-laki itu sengaja kesekolah setelah libur disana. Benar-benar kampret batin Putra. Belum lagi patah hati karena Hana belum terobati. Makin ingin mokad Putra hari ini.
“Nggak usah nekuk gitu muke lo. Udah jelek makin jelek lo.”
“Diem lo kampang.”
“Dih, sensi bener macem bokong bayi.”
Putra melotot. “Ribut bener sih lo.”
Bintang hanya terkikik-kikik, wajahnya seperti idiot saat mengejek Putra dengan mata julingnya. Putra ingin sekali menyolok mata itu dengan bungkus popcorn namun sayang dengan popcorn yang masih tersisa beberapa biji. Alhasil, laki-laki itu lebih memilih pergi ketimbang makin emosi karena orang idiot dihadapannya itu. Memang, sejak hari dimana Putra menjadi jomblo, laki-laki itu menjadi sosok yang sangat sewotan. Selalu sensi dan marah-marah hingga Bintang jengah ingin membunuh Putra saat malam hari. Tapi semua itu Bintang tahan. Ia belum ingin Putra menjadi hantu medit yang menghampirinya untuk menagih satu kemasan yogurt kesukaannya.
Bintang menggeleng sekali. Mengekori Putra yang melangkah menuju kelas.
“Balikin popcorn gue dah. Nggak punya udel bener lo makan popcorn gue.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star
Teen FictionIni tentang Rasha dan Bintang. Rasha Sasikarani. Dan, Bintang Rakandika. Rasha yang cantik, angkuh, sombong, dan keras kepala. Juga, Bintang yang lucu, tidak sombong dan cukup menyenangkan walaupun terkadang emosinya sulit dikontrol. Rasha adalah ga...