SS :: 08

1.3K 66 1
                                    

• Jinak •

SEBENARNYA Bintang tidak jelek-jelek amat kok. Laki-laki itu juga sering disebut sebagai cowok ganteng, walaupun tidak terlalu famous. Bintang itu cuek, tidak terlalu ngebet untuk populer. Jadi, ia bersikap biasa saja. Yang penting ia mempunyai banyak teman.

Dan, Rasha menyadari hal itu. Tapi baru kali ini. Saat gadis itu keluar dari perpustakaan, telinga Rasha menangkap percakapan sekumpulan gadis yang duduk dikursi semen koridor perpustakaan. Tengah menonton Bintang dan beberapa kawan-kawannya bermain basket.

"Bintang gak pernah keluar kali ya. Putih banget."

"Sebenernya dia itu boyfriendgoals banget tau, dia sama temennya aja baik apalagi sama pacar coba? Dan lo tau nggak si dia punya kembaran cewek?"

"Serius? Boong lo ya."

"Gue serius, gue liat mereka berantem gitu didepan asrama. Karna kembaran dia yang cewek minta handphone Bintang yang masih bagus. Mana tuh Bintang sabar banget nahan emosi waktu handphone Bintang dibanting kembarannya. Gue mau ah punya abang kek gitu."

"Gila, bisa gitu ya. Mana dia itu lucu-lucu gimana gitu."

"Gak papa lah walaupun berbehel."

Rasha mendecih, lumayan keras. Membuat bola mata gadis-gadis itu terpaku padanya.

Rasha segera pergi setelah sadar bahwa ia menjadi pusat perhatian gadis-gadis itu. Cibiran serta umpatan gadis-gadis itu ungkapkan ketika Rasha sudah menjauh. Walaupun mendengar, tapi Rasha tak peduli. Dan terus melanjutkan langkahnya panjang-panjang.

"Yang katanya paling cantik? Cih, untung ada satu cowok yang gak buta, ya. Bintang emang tau mana yang busuk mana yang enggak."

Rasha menghela napas pendek. Langkah kakinya berhenti ketika berpapasan dengan Bu Rusi selaku bendahara sekolah yang baru keluar dari ruang BK.

"Rasha,"

"Maaf, bu. Tapi Rasha bayar--"

"Udah kok," kilah Ibu Rusi.

Rasha mengernyit heran. "Maksud ibu?"

"Iya udah," guru itu mengusap lengan Rasha dengan senyum lebar. "Bintang yang bayar. Kalian udah akur, ya? Wah, pasti gara-gara metode belajar bareng ya! Apa jangan-jangan kalian udah pacaran?!"

Rasha menggeleng. "Nggak kok, Bu."

"Coba aja dari dulu kalian akur. Kan guru BK gak pusing." beliau tertawa renyah, "yasudah, baik-baik ya sama Bintang. Dia itu baik, cuman reseh sedikit."

Rasha terdiam. Tidak membalas ucapan bahkan senyuman dari Ibu Rusi hingga guru itu pergi menjauh.

Kedua tangan Rasha mengepal kencang, membuat telapak tangan gadis itu memutih. Gadis itu menoleh kearah lapangan, memperhatikan dengan intens bagaimana Bintang tertawa selepas itu dengan kawan-kawannya setelah membuat harga diri Rasha kembali jatuh. Gadis itu berdecih pelan.

Bintang yang merasa diperhatikan pun tidak sengaja menoleh. Laki-laki itu membalas tatapan tajam Rasha, namun hanya sekilas. Selanjutnya, Bintang kembali bergurau dengan teman-temannya yang tengah push up karna kalah oleh timnya.

Ketika laki-laki yang seragamnya sudah mulai basah itu kembali tertawa, karna melihat salah satu temannya terjatuh diatas ubin. Sebuah sepatu mendarat dikepala hingga membuat tubuh Bintang terhuyung kedepan.

Shooting StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang