• Peduli Tak Berupa •
"AAAAH, sakit tolol!"
Revan tersentak ketika tangannya belum menyentuh leher Bintang, tapi cowok itu sudah berteriak heboh.
Sedangkan penjaga klinik asrama, yang bernama Ranti hanya terkekeh. Lalu mengusap leher Bintang yang sudah dilapisi koyo itu perlahan.
Bintang meringis kecil, namun tidak bersuara sedikitpun.
Melihat itu, Revan mendengus kecil. Lalu duduk dibibir kasur, tepat disebelah Bintang yang sebelumnya duduk memunggunginya.
"Giliran dipegang Ranti aja gak kesakitan. Lah dipegang gue, nempel aja belom udah teriak. Dasar banci lo."
"Tai lo ya, sakit anjing."
"Tapi gue belom megang, babi."
"Lah emang gue ngomong kalo lo udah pernah megang babi?"
"Gak lucu lo jayus." balas Revan jengkel.
Ranti tertawa lalu memberesi kapas-kapas yang kotor dimeja dekat kasur. "Lain kali kalo dipukul ya ditangkas toh, Bin. Malah pasrah aja."
"Masa iya gue harus ngelawan cewek, Ran?"
Ranti mencubit lengan Bintang. "Gue masih senior lo, Bin. Senior lo banget. Hormat dikit kek."
"Terus kenapa? Lo minta gue panggil Kak? Atau Mbak aja gitu?"
Ranti memutar bola matanya jengah. "Teh, panggil gue Teteh. Gue orang sunda, by the way."
"Ooh, nggeh, Teh." jawab Bintang yang malah menggunakan logat jawa.
"Sableng dasar." Ranti enggan merespon lebih, lalu membuang kapas yang ia kumpul kan dalam plastik kedalam kotak sampah.
"Kalo gue panggilnya harus 'Teh' nih?" tanya Revan melirik Ranti.
"Yaiyalah." jawab Ranti mendekati meja kerjanya. "Gue mau ganti shift nih, kalo udah selesai keluar aja, kalo mau disini yaudah sebentar lagi Heni dateng."
"Oh, mbak Heni yang gendut itu?" tanya Bintang langsung memutar tubuhnya menghadap Ranti.
Ranti mengambil ponsel dalam tas kecilnya sambil mengangguk. "Dia jaga malem 4 kali seminggu."
"Kalo gitu gue ke kamar aja dah." kata Bintang menuruni bangkar dan mengenakan sandal jepitnya.
"Lo mau disini aja, Pan?" ketika cowok itu sudah berdiri didepan Revan yang masih duduk diatas bangkar, Bintang bertanya.
Revan menaikan kedua bahunya sebelum menjawab dengan pelan. "Gue ntar."
Bintang hanya mengangguk, lantas menepuk bahu Revan sekali sebelum melangkah menuju pintu.
"Jangan lupa diganti koyonya ya." kata Ranti sebelum Bintang benar-benar keluar dari klinik.
"OKEE!"
"Tidurnya juga yang bener! Masih memar!"
Bintang tidak menyahut lagi karena ia sudah keluar dari pintu. Dengan nyeri yang menjalar dilehernya, cowok itu menyempati diri berhenti didapur untuk mengambil air. Karena tenggorokannya tiba-tiba kering.
Setelah meneguk segelas air mineral, cowok itu segera menuju asrama laki-laki. Lelah dan kesal masih melingkupi diri Bintang.
Bayangkan saja, niat baik kasih payung dan nekat hujan-hujanan eh malah dibalas dengan memar dileher. Mending ditampar, ditampong pake payung, dileher lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star
Novela JuvenilIni tentang Rasha dan Bintang. Rasha Sasikarani. Dan, Bintang Rakandika. Rasha yang cantik, angkuh, sombong, dan keras kepala. Juga, Bintang yang lucu, tidak sombong dan cukup menyenangkan walaupun terkadang emosinya sulit dikontrol. Rasha adalah ga...