• Deal •
PUKUL sepuluh malam, ketika Bintang tengah asik mendengarkan musik lewat headset dan tubuh tengkurap diatas ranjang, Putra tiba-tiba datang dan menarik salah satu headset ditelinga laki-laki itu.
Bintang mendengus jengkel lalu menarik headset yang dilepas Putra. "Apaan sih lo, rusuh."
"Rak, nonton yuk."
"Nonton apaan? Gak ada duit gue. Lo pasti mau minta traktir gue kan?" tebak Bintang asal dan kembali memasang headset ditelinga.
"Liat kembang api. Malem ini peresmian siswa-siswi yang masuk Asrama." kata Putra kembali menarik headset ditelinga kanan Bintang.
"Ah, rusuh lo. Males gue." Bintang mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk dan menendang tubuh Putra agar menjauh.
"Yaelah, Rak. Ayo lah, Revan udah disono."
Bintang terdiam, menimbang-nimbang. Lalu melirik jam dan ponsel bergantian. Cukup 3 detik, Bintang langsung mengangguk setuju.
"Lo maksa sih." gumam Bintang menarik kabel headset yang masih menempel ditelinga dan mematikan lagu diponsel.
Sebelum ia benar-benar keluar dari kamar, Bintang menyempatkan untuk men-charge ponselnya.
"Dimana nontonnya?" tanya Bintang ketika mereka menyusuri lorong asrama putra. "Lobi lantai dua apa atap?"
"Revan dilobi. Keatap kejauhan." jawab Putra.
Bintang mengangguk mengerti, lalu keduanya menuju lobi lantai dua yang sudah ramai dengan penonton untuk sekedar hiburan dimalam yang suntuk. Bahkan, rata-rata anak disana masih mengenakan kacamata. Bukti bahwa mereka belum selesai menyelesaikan tugasnya yaitu belajar.
"Lama amat dah, gue nunggu sampe lumutan juga." kata Revan sembari memainkan kamera Bintang untuk mengambil gambar kembang api dilangit yang pekat.
"Kok ramean dibawah?" tanya Putra ketika menelongok kebawah.
"Ya makanya lo kelamaan jadi gak nonton Dinar ditembak adek kelas."
Jawaban santai Revan sontak membuat alis Bintang saling bertaut dalam.
"Dinar?"
Revan mengangguk. "Bukannya lo udah tau kalo Dinar pindah ke asrama?"
"Lah?" Bintang menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Gila apa? Udah mau lulus pake pindah sekolah, alay."
Revan terkekeh. "Mengejar cinta lo kali."
Bintang bergidik.
"Emang diterima nggak, Pan?" tanya Putra sambil mendongak menikmati kembang api yang makin ramai.
"Diterima." jawab Revan.
Bintang melengos. Dasar jalang, batinnya.
"Rak,"
Bintang menoleh kesamping, pada Revan yang memanggilnya barusan.
"Gue baru pertama kali liat Rasha senyum selebar itu deh, cantik ya." kata Revan memperhatikan gadis yang berjarak tiga meter dari tempat mereka berdiri.
Bintang dan Putra ikut memusatkan fokus disitu.
Tanpa sadar, senyuman Bintang mengembang perlahan. Apalagi teringat kejadian sore tadi, euforia itu kembali timbul tanpa diminta.
"He'em, cantik." sahut Bintang lirih dengan senyuman penuh arti.
Kedua teman laki-laki itu menoleh dan mengernyit tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star
Novela JuvenilIni tentang Rasha dan Bintang. Rasha Sasikarani. Dan, Bintang Rakandika. Rasha yang cantik, angkuh, sombong, dan keras kepala. Juga, Bintang yang lucu, tidak sombong dan cukup menyenangkan walaupun terkadang emosinya sulit dikontrol. Rasha adalah ga...