MUNGKIN sudah 2 tahun berlalu sejak hari itu. Hari dimana Bintang datang, ketika semua sudah terlambat. Hari dimana Rasha memilih untuk berhenti, dan Bintang datang dengan seribu harapan. Meskipun pupus ditengah jalan, ketika Rasha memilih melanjutkan langkah tanpa menatap Bintang yang berada disebelah pilar dengan wajah tak rela menatap kepergian Rasha dengan Jona, senior dokter dirumah sakit tempatnya bekerja. Rasha pun sempat memohon dalam hati.Please call me.
Please make me stop going leave you.
Tapi, Bintang diam seribu bahasa menatap Rasha berlalu dengan Jona. Keluar dari rumah sakit untuk makan malam.
Satu bulan setelah hari itu, Jona mengungkapkan perasaan pada Rasha. Rasha menerimanya karena berfikir, mungkin ini saat nya ia memilih jalan yang berbeda setelah selama 5 tahun ia berada dijalan yang terombang-ambing.
Tanpa kepastian bahkan dalam jalan yang kosong tanpa satu teman.
Meratapi kesepian padahal ada orang yang jelas memilih sembunyi hingga membuat Rasha hampa sendiri.
Saat itu, Rasha melanjutkan hidupnya seperti biasa. Yang berbeda hanya, seseorang yang ia sebut ketika malam hari berubah nama. He's not star, but Jona. The light in her life. Maybe?
Rasha memang tidak pernah menyadari jika selama ini Jona selalu dibelakangnya. Menunggu Rasha menyadari keberadaannya dan menerima dengan suka rela saat Jona berusaha membuatnya bahagia. Dan, tanpa menunggu.
Hari demi hari berlalu. Bintang mungkin menyesali kebodohannya sampai akhirnya kembali datang saat Jona sudah ada disebelah Rasha. Menemani Rasha dan berusaha agar Rasha terus menatap laki-laki yang menjadi senior selama Rasha bekerja. Bintang memang tidak dapat berbuat banyak, hanya berharap jika suatu saat, Rasha akan kembali ke jalannya, kerumahnya, yaitu dirinya, Bintang.
Sampai Bintang akhirnya pasrah saat Rasha hanya menganggapnya seorang teman. Daripada ia sama sekali tidak dekat? Akhirnya keduanya berteman. Lengkap dengan Putra dan Salsa. Keempatnya menjadi teman yang klop. Selalu bersama dan meluangkan waktu untuk berkumpul.
Hari berubah menjadi bulan dan satu tahun terlewati tanpa ada beban lagi bagi Bintang, namun tetap ia selipkan harapan dilubuk hatinya terdalam. Selalu ia sebutkan nama Rasha disetiap doanya, dan ia selalu mencoba menunjukan perasaannya dikeadaan-keadaan tertentu.
Bintang meneruskan kuliah di jurusan Seni untuk memperdalam bakat lukis dan photography nya. Dikampus, Bintang berusaha berpaling dan melupakan Rasha. Tapi berapa kali pun ia berusaha berkencan dengan gadis lain, hati tidak dapat berbohong. Selalu ada Rasha disana.
Akhirnya, Bintang menyerah. Membiarkan nama gadis itu terukir secara permanen dan tidak berusaha menghapusnya. Bintang menikmati hal itu, selagi Rasha selalu ada didekatnya. Bintang akan berusaha bersikap seolah tidak ada yang terjadi.
Malam itu, gerimis menghasilkan suara khas saat berjatuhan menghantam tanah. Bintang berteduh dengan Rasha disebuah toko yang sudah tutup karena jam menunjukan pukul 11 malam saat itu, atau malah lebih?
Entah lah, alasan Bintang mau menjemput gadis itu malam-malam begini juga karena jadwal operasi gadis itu yang padat hingga baru selesai tengah malam. Niatnya, Rasha akan menginap lagi dirumah sakit. Tapi Bintang ngotot menjemput lantaran tidak tega Rasha sudah tidur dirumah sakit 5 hari belakangan.
"Izinin badan lo buat rasain kasur rumah, Sha. Jangan matras rumah sakit yang kayak batu itu. Lo juga harus sehat biar pasien-pasien lo sehat." ucap Bintang malam itu.
Rasha yang malam itu hanya mengenakan kemeja tipis pun merangkul tubuhnya sendiri agar tidak terasa begitu dingin. "Iya, Bin. Tau kok gue."
Bintang menghela napas. Yang membuat Bintang makin serakah buat pengen milikin Rasha sepenuhnya adalah gadis itu tidak pernah mengubah nama panggilannya saat semua orang memanggilnya Raka, Rasha tetap memanggil Bintang. Sama seperti saat mereka bersama dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star
Teen FictionIni tentang Rasha dan Bintang. Rasha Sasikarani. Dan, Bintang Rakandika. Rasha yang cantik, angkuh, sombong, dan keras kepala. Juga, Bintang yang lucu, tidak sombong dan cukup menyenangkan walaupun terkadang emosinya sulit dikontrol. Rasha adalah ga...