• Tersesat ••
TIGA puluh menit mereka berjalan bersisian menyusuri jalanan menurun dan berharap bertemu dengan bus yang membawa mereka berdua sebelumnya.
Tetapi, tidak ada hasil.
Boro-boro petunjuk bus dan tempat camping yang bahkan mereka tidak ketahui itu. Tempat tinggal warga pun jarang, tidak ada malah. Hanya ada pohon besar berjejeran disepanjang jalan dan menutupi jalan hingga jalanan terasa lebih teduh.
Suasana sangat sejuk dan nyaman, jika mereka tidak sial. Sayangnya, mereka dalam kondisi kebingungan dan dongkol setengah mati, jadi suasana disekitar tidak ia pedulikan.
"Pulang aja." ucap Rasha yang hampir berjarak satu meter disebelah Bintang.
Bintang yang awalnya menunduk, menoleh pada Rasha. "Gila? Taksi aja nggak ada. Gimana mau balik? Padahal gue pengen banget ikut camping. Dipinggir pantai, gangguin adek kelas, foto-foto didaerah yang bagus-bagus kan malah sial."
Rasha menarik napas lalu menghembuskannya. Tangannya terulur, membuat Bintang menoleh heran.
"Disini bagus kali, gue fotoin sini."
"Sinting," gumam Bintang kembali melanjutkan langkahnya.
Rasha mengedikan bahu, ikut melangkah bersejajar dengan Bintang walaupun kedua remaja itu berjarak lumayan jauh. Setiap ada mobil lewat, mereka tidak pernah mencegatnya. Lagipula, mereka berdua tidak tahu tempat camping tahun ini dimana.
"Lo kenapa ikutin gue?"
Bintang reflek menoleh kebelakang, karna Rasha melangkah satu langkah dibelakangnya. Mungkin, karna langkah Rasha tidak selebar langkah Bintang.
"Kapan?"
"Kalo lo gak ikutin gue, lo pasti gak akan ketinggalan bus kayak gini."
"Terus, kalo gue gak ikutin lo, bisa aja lo ketinggalan sendirian."
"Terus kenapa?" sahut Rasha dengan alis menaik samar. "Gue udah terbiasa sendiri kali."
"Ditempat kayak gini?"
Rasha meneliti kesekitar. "Asik kok."
"Gila," Bintang menggeleng takjub. "Gila... Gila..."
Rasha hanya menaikan kedua bahu, lalu membelokan jalan melalui jalanan yang tidak beraspal.
"Woy, mau kemana lo?"
Rasha menoleh pada tiang kayu yang sudah kumuh. Dan bertuliskan 'pantai' namun sudah mulai pudar.
Bintang menyeringai senang, berlari kecil menghampiri Rasha. "Titip ya."
"Apa?"
"Kamera, ditas lo."
"Tas gue kecil."
"Muat kok, gue aja yang bawa sini."
Rasha membiarkan ketika Bintang mengambil slingbag dibahu kanannya. Memasukan kameranya dan menyampirkan dibahu kanan Bintang. Tas dengan warna biru muda itu begitu mencolok diantara pakaian kalem yang dipakai Bintang. Rasha risih sendiri.
"Lo kayak..."
"Manajer bawain tas artisnya." sahut Bintang ketika Rasha menggantung ucapannya. "Jangan bawel, jalan aja terus."
Rasha mengangguk tanpa merespon, gadis itu menaikan celana jeans nya ketika melihat jalanan yang mulai berlubang dan becek. Laki-laki disebelahnya ikut menaikan celananya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star
Teen FictionIni tentang Rasha dan Bintang. Rasha Sasikarani. Dan, Bintang Rakandika. Rasha yang cantik, angkuh, sombong, dan keras kepala. Juga, Bintang yang lucu, tidak sombong dan cukup menyenangkan walaupun terkadang emosinya sulit dikontrol. Rasha adalah ga...