• Tiga Idiot •
HARI demi hari terlewati sejak malam itu. Apa yang dikatakan Bintang benar-benar Bintang lakukan. Ia tidak pernah menayapa Rasha lagi, Bintang tidak mengiriminya pesan random dan mencoba menghubungi Rasha. Rasha sendiri mencoba cuek, ia menahan diri untuk tidak menanyakan kabar laki-laki itu walaupun ingin. Jika ditanya, jawabannya sudah pasti gengsi.
Rasha tidak ingin memulai lebih dulu.
“Udah puas bengongnya?”
Rasha mendongak, wajah Revan yang semakin tirus tersenyum tipis. Ia mengenakan jaket tebal, walaupun cuaca hari ini begitu terik.
“Jangan difikirin. Ini efek sakau.”
Rasha menghela napas. “Lo udah selesai? Mau gue anter kerumah?”
“Om Rahmat dirumah emang?”
Rasha mengangguk.
“Nggak ganggu belajar lo nih? Bentar lagi UN, Sha, gue nggak mau ganggu lo.”
“Lo pasti bakal boong lagi, Van. Gue yakin deh.”
Revan berdecak. “Yaudah kalo lo maunya, gitu.”
Rasha beranjak dari duduknya, melangkah sejajar dengan Revan menuju rumahnya. Kebetulan, sebelumnya mereka tidak sengaja bertemu disalah satu mini market. Hingga Revan meminta Rasha untuk menemani memotong rambut. Dan, kini keduanya sama-sama hendak menuju rumah Rasha dengan berjalan kaki secara sejajar.
“Ada yang lo sembunyiin, ya, Sha?”
Rasha mendongak setelah sebelumnya terus menatap aspal. “Apaan? UN?”
“Bintang?”
Rasha tertegun. Hal tersebut membuat Revan mengulas sebuah senyum geli.
“Lo bener-bener jatuh cinta sama idiot Aksara, Sha?”
Rasha mendengus, menyingkirkan tangan Revan yang mengacak-acak rambut pucuknya. “Diem lo.”
“Bintang orang baik,” kata Revan, “tapi emang mulut nya agak sama kayak koyo. Lamis, pedes lagi.”
Rasha hanya terkekeh pelan.
“Lo balik ke asrama lagi aja, Sha. Gue udah sampe sini nggak bakal bohong, kok.” ujar Revan saat keduanya sudah sampai di teras rumah Rasha.
Rasha menelongok kedalam sebelum menghela napas. Lagipula akhir-akhir ini ia kurang belajar. Selalu menemani Revan dirumahnya untuk melakukan rehabilitas seadanya.
“Oke deh. Gue ke asrama duluan ya. Salamin buat bokap gue.”
“Sip,” Revan memasang dua jempol didepan Rasha. Setelah tersenyum geli, Rasha membalik langkah berlalu.
“Sha,”
Rasha menoleh.
“Jangan pernah bohongin hati lo sendiri.” ucap Revan dengan senyum tipis sebelum akhirnya melangkah memasuki rumah setelah melambai sebentar.
Rasha terdiam. Tercenung sedikit lama sebelum melanjutkan langkah untuk mencari taksi. Karena lupa membawa ponsel, ia jadi tidak bisa memesan gojek.
Setelah mendapatkan taksi, Rasha segera membuka catatannya saat sudah duduk di kursi penumpang dan memberitahu alamat asramanya. Ia belajar dengan fokus sampai tidak sadar taksi sudah sampai didepan gedung asrama.
“Neng, udah sampe.”
Rasha tersentak sedikit, menoleh keluar jendela dan segera memasukan catatannya. “Ini duitnya, Pak. Makasih ya.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star
Teen FictionIni tentang Rasha dan Bintang. Rasha Sasikarani. Dan, Bintang Rakandika. Rasha yang cantik, angkuh, sombong, dan keras kepala. Juga, Bintang yang lucu, tidak sombong dan cukup menyenangkan walaupun terkadang emosinya sulit dikontrol. Rasha adalah ga...