SS :: 18

1.2K 60 2
                                    

• Debar Lebih Hebat •

KIRA-kira pukul sembilan pagi saat Rasha keluar dari kamar asrama dan menuju dapur. Ditangannya ia membawa satu cup pop mie rasa ayam bawang, dan ditangan satunya ia membawa satu botol air mineral. Dengan tubuh dilapisi kaos abu-abu lengan pendek dan trening sekolah, ia berjalan santai dan langsung menyiapkan rebusan air diatas kompor.

Sambil menunggu, Rasha memainkan garpu ditangannya dan memperhatikan air yang perlahan mendidih. Membuatnya tidak sadar bahwa ada orang lain yang memasuki dapur dan membuka lemari pendingin disebelahnya.

"Pagi-pagi makan mie, huaah, mati mampus lu."

Rasha menoleh ketika mendengar seseorang berbicara sekaligus menguap. Ia tidak merespon, hanya menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari laki-laki yang kini meneguk air dingin dari kulkas.

"Lo dicariin Revan tadi pagi, mau diajak jemput Bintang tapi gak ada. Jadi dia jemput sendiri. Gak punya hati lo." katanya lagi.

Rasha tercenung, lalu diam sebentar. "Dia udah balik?"

"Siapa?"

"Bintang."

Putra menutup pintu kulkas dan bersender setelahnya. "Ya udahlah."

"Lah lo?"

"Apa?" tanya Putra bego.

"Gak ikut jemput?"

Dengan santai, Putra menggeleng. "Gue ketiduran semalem begadang."

Rasha melengos malas. "Gak usah ngomong orang gak punya hati kalo situ sendiri gak punya otak."

Tanpa melihat respon Putra yang terbelalak, Rasha langsung menuangkan air yang mendidih kedalam cup pop mie dan membawa pop mie dan air minumnya pergi.

Rasha meninggalkan Putra yang masih terkejut tanpa berkata apa-apa, dan ia bergegas memasuki kamarnya. Rasha juga sempat menendang pintu karena sedikit kesal dengan perkataan Putra.

Dalam hati merutuk, Putra tak ada bedanya dengan Bintang.

Mulut tak bisa dijaga.

Rasha menghembuskan napas kasar lalu meletakan bawaannya diatas meja belajar. Ia menghidupkan ponsel yang ia charge dalam kondisi mati. Dan sambil menunggu benda persegi panjang itu hidup, Rasha memakai hoodie biru dongkernya untuk melapisi kaos oblongnya. Rasha juga mengikat rambutnya menjadi satu dan kembali menghampiri ponselnya yang bergetar beberapa kali.

Chat yang pertama kali ia buka adalah milik Bintang. Tidak tahu alasannya, hanya tiba-tiba jarinya menyentuh kolom obrolannya dengan Bintang yang 4 pesan belum ia baca lantaran sejak semalam ponselnya mati.

Bintang : Sha,

Bintang : gue balik jam 7

Bintang : lo kesini sama Revan ya

Bintang : Oi siti, lo kemana gua mau balik ini

Bintang : dasar lo kejam, gue korban lo juga lo masih gak ada tanggung jawabnya sama sekali. Woi siti, gue bilangin ya, kalo lo mau jadi orang normal dikit, lo harus peduli dikit sama orang yang udah bantu lo. Tapi bodo amat gue lupa kalo lo itu batu

Rasha meringis kecil.

Dengan cepat, ia mencabut kabel charger nya dan mengantungi ponselnya dalam saku celana. Rasha sudah berlari menuju pintu, namun kembali menuju meja belajarnya untuk mengambil pop mie dan botol airnya.

Shooting StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang