SS :: 26

1K 56 2
                                    

• Baru Menyadari •

MATAHARI bersinar cerah ketika kepala Bintang melongo keluar jendela diruang laundry. Ia meneliti keadaan sekitar sambil menyipitkan mata hingga seruan dari bawah mengundang kepalanya untuk menunduk.

“BINTAANGG!!”

Bintang sedikit melotot ketika melihat Salsa loncat-loncat dibawah dengan tangan melambai-lambai agar Bintang cepat menyadari keberadaannya.

“TURUUNN!” seru gadis itu lagi.

“OGAH!” seru Bintang tak kalah keras.

“Turun atau gue masuk sekarang?” Salsa berkacak pinggang.

Bintang menghela napas, ia mengusap hidungnya lalu kembali menyahuti. “Males, mager.”

Salsa menurunkan kedua tangannya dikedua sisi tubuhnya. “Oke, gue masuk sekarang.”

“Eehh!” kedua bola mata Bintang melebar ketika melihat Salsa bersiap lari, bahkan sudah lari hingga lima langkah namun berhenti akibat seruan panik dari Bintang. “Iya-iya, gue turun, setan bener.”

Salsa menyengir senang, lalu melangkah mendekati kursi semen dibawah pohon yang rindang.

Bintang sendiri langsung keluar dari ruang laundry dan mempercepat langkahnya menuruni anak tangga untuk sampai dilantai dasar. Sebelum benar-benar keluar dari gedung, Bintang melirik kantin yang tak begitu ramai. Hanya beberapa anak nongkrong dan mengerjakan tugas.

Bintang melanjutkan langkah kemudian berhenti dilobi.

“Bul! Sini!”

Yang dipanggil menoleh. “Apaan? Gue boleh masuk?”

Bintang mengangguk. “Laper nggak lo?”

Mendapat pertanyaan seperti itu, Salsa bangkit berdiri. Ia berlari secepat mungkin. Saat langkah gadis ber-rok merah gelap itu hendak sampai ditempat Bintang berdiri, Bintang tiba-tiba melotot. Laki-laki itu melihat sepeda dari arah kanan tubuh Salsa melaju cepat. Dan, Salsa tidak sadar akan hal itu.

“Woy! Bul! Minggir!”

“Ha?”

Bodohnya Salsa, ia malah berhenti. Membiarkan sepeda yang mungkin remnya blong itu menumbur tubuhnya dari samping hingga Salsa jatuh.

“Kan, bego,” Bintang melangkah malas dan berdecak jengkel, “malah berhenti coba? Ngapain berhenti? Minta ditumbur?”

“Ya gue mana tau!” sembur Salsa tak terima karena disalahkan.

“Lo juga. Gak bisa naik sepedah? Ya nggak usah naik! Bikin korban aja bisanya! Mati aja lo sana bareng sepeda busuk lo itu!” semprot Bintang sewot pada pemilik sepeda yang ikut jatuh bersama sepedanya.

“Ya salah sendiri tuh cewek berhenti ditengah jalan!”

“Ya emang lo nggak ada rem? Lo nggak bisa lewat jalan lain? Depan sini lebar kali! Alesan aja lo!”

Bintang langsung menarik tangan Salsa tanpa perasaan agar berdiri. Salsa meringis. “Aw! Si bego pelan-pelan!”

“Lo yang bego!” balas Bintang masih sewot.

Sebelum langkahnya dibawa masuk kedalam gedung, Bintang menoleh sebentar untuk menatap laki-laki pemilik sepeda itu dengan tajam. Ia membuang pandangan kembali kedepan setelah puas dengan ancamannya walaupun hanya lewat mata.

Bintang membawa Salsa yang jalan tertatih-tatih menuju kantin. Matanya meneliti isi kantin hingga pandangannya jatuh pada laki-laki yang tengah menyantap satu cup pop mie dengan satu teh botol disisi kanannya, Revan.

Shooting StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang