• Celah •
NAMA Fadli tertera dilayar ponsel yang tengah di charge itu membuat siempunya ponsel cepat-cepat menghampiri padahal ia masih mengenakan celana jeans nya dengan kesusahan. Bahkan, ketika sampai didepan ponsel yang layarnya berkedip-kedip itu, resleting celana Bintang belum dinaikan dan kolor Patrick warna pink masih terlihat jelas.
Bintang tidak peduli. Dengan kondisinya juga dengan Putra yang sudah geleng-geleng sambil melontarkan berjenis-jenis kejelekan yang masih tertahan dikepala.
"Dimana lo? Gimana?" serbu Bintang setelah mengusap tombol hijau dan menempelkan ponselnya dipipi.
"Yash! Berhasil anjir. Hebat banget emang tuh hacker. Gue aja kewalahan. Tapi udah beres kok. Inget, janji lo, awas lo ingkar gue gantung didepan warnet."
"Beneran beres kan? Tenang aja, kapan gua ingkar dah."
"Udah, nggak percayaan amat lo ama gua. Udah gua hapus dari sore tapi hape gua baru idup jadi gua baru kabarin. Pokoknya inget, janji lo dimulai hari ini."
Setelah menjawab dan mengobrol basa-basi tak penting dengan Fadli. Bintang mematikan panggilan dan tersenyum puas. Ia membuka blog sekolah lewat ponselnya dan menghela napas lega saat blog sudah normal dan foto-foto milik Rasha sudah menghilang.
Bintang kembali meletakan ponselnya dan membenahkan letak celananya.
Bintang melangkah mendekati lemari. Mengambil kaus putihnya dan membenahkan letak celana.
"Mau kemane lo, Rak? Sekali-kali waras dikit kek. Belajar apa gimana gitu biar mirip anak sekolah." kata Putra lengkap dengan sindiran walaupun laki-laki itu tak menoleh pada laki-laki dibelakang tubuhnya.
Bintang yang sudah membereskan letak celananya menjadi lebih rapih pun menyahut dengan enteng. "Mau anter Salsa balik."
"Lah? Tumben mau lo, Rak. Udah akur?" Putra menoleh, hingga memutar tubuhnya sedikit, memperhatikan Bintang yang tengah mengenakan kaos.
"Kagak lah, gila," sahut Bintang, "kasian dia kaki pincang masa iya gue tega."
"Tega kenapa? Biasanya juga lo biasa-biasa aje Salsa kenapa. Wah, bagus dong, tandanya lo bedua udah akur."
"Tega gua dimarah bonyok maksud gua." sahut Bintang menoleh tanpa ekspresi pada Putra yang tersenyum lebar, walaupun sejurus kemudian senyumnya menghilang dalam sekejap.
"Dih, makanya kalo orang ngomong dengerin. Belom selesai udah disahutin. Idiot lo, Put." sambung Bintang memutar tubuh hingga berhadapan dengan cermin.
Putra mendengus kecil, lalu kembali ke posisi semula untuk meneruskan belajarnya.
"Revan dimana, Put? Udah malem belom balik."
"Tau dah, ngilang mulu kayak anak kucing." sahut Putra. "Emang kenape?"
"Tadi dia bilang mau ikut nganter Salsa padahal, malah ngilang."
"Tumbenan amat mau dia, alah, pasti ini ada aroma makan-makan nggak ngajak ini."
Bintang menoleh, lalu melangkah menuju meja dimana ponselnya di charge. "Baru makan tadi sore buat apa makan lagi? Kenyang lah bego."

KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star
Teen FictionIni tentang Rasha dan Bintang. Rasha Sasikarani. Dan, Bintang Rakandika. Rasha yang cantik, angkuh, sombong, dan keras kepala. Juga, Bintang yang lucu, tidak sombong dan cukup menyenangkan walaupun terkadang emosinya sulit dikontrol. Rasha adalah ga...