• Putih Dalam Hitam •
BINTANG segera mematikan laptopnya ketika ketukan dipintu terdengar. Dengan gestur malas, Bintang bangkit dari duduknya dan mengenakan sandal jepit menuju kearah pintu.
“Siapa sih?” tanya Bintang membuka pintu lalu menongolkan kepalanya keluar.
Alisnya mengernyit, bibirnya menipis seketika saat melihat Rasha yang ada didepan pintu kamarnya. Memang sih, cewek datang ke asrama cowok sudah biasa. Yang tidak biasa kan cowok datang ke asrama cewek. Tapi, tetap aja Bintang kaget kalo yang nyamperin dia itu Rasha.
“Apaan lo, snake?”
Rasha hendak mendengus kecil, namun ia urungkan. Jadi, Rasha memilih memainkan ponselnya sebelum menyodorkannya tepat diwajah Bintang. Mata Bintang sampai juling demi melihat apa yang ada dilayar ponsel yang berjarak kurang dari 5cm itu.
“Gila, apaan sih maksud lo?!” sungut Bintang menjauhkan ponsel yang dipegang Rasha agar berada dalam jarak normal.
Rasha memutar bola matanya jengah ketika Bintang menyentuh tangannya. “Gak usah pegang-pegang juga!”
“Ish, iya kali, biasa aja.” jawab Bintang malas lalu mengambil ponsel Rasha agar tangan mereka tak bersentuhan lagi.
Cowok itu pun sempat memandang Rasha garang ketika gadis itu dengan sengaja mengelap tangannya sendiri. Seolah memberitahu dengan sengaja bahwa sentuhan Bintang adalah najis.
“Apa?” tanya Rasha dengan alis menaik samar. “Cepet! Hape gue itu!”
Bintang merendam dongkolnya. Lantas beralih pada handphone ditangannya. Ia melihat sederet pesan dari Pak Deni yang mengatakan bahwa guru itu memberikan kesempatan satu kali lagi untuk Bintang, dan cowok itu akan mendapatkan nilai. Ternyata, kemarin, Rasha hanya mengadu tentang kemalasan Bintang jika bekerja kelompok. Dan, kemarin juga presentasi kelompok diundur karena Pak Deni ada urusan mendesak. Namun tentang hukuman Bintang kemarin tidak guru itu lupakan padahal Pak Deni jelas-jelas tidak masuk kelas. Jadi double kan hukuman Bintang kemarin, pantas saja Bintang rasanya mau mati dijemur hingga 2 jam.
“Jadi?” Bintang berpaling pada Rasha.
Mengetahui bahwa Bintang telah selesai membaca, gadis itu langsung menyerobot ponsel miliknya dari tangan Bintang.
“Lo gak bodoh banget kan buat tau kesimpulan kenapa Pak Deni ngirim pesan itu?”
Bintang menggeser tubuhnya kekiri, badannya kini terlihat karena sebelumnya hanya kepala saja yang menongol. Pintu kamar Bintang buka lebih lebar, agar memberi ruang untuk Bintang berdiri.
“Yaudah, kapan?” tanya Bintang bersender pada bingkai pintu.
“Janji dulu,” Rasha bersedekap, “lo janji bakal kerja kan? Gak kayak kemaren.”
Bintang menggaruk pelipisnya. “Oke sih gue gak bakal kayak kemaren.”
Rasha mengerutkan kening tak percaya.
“Sumpah dah.” Bintang menegakan tubuhnya lalu menunjukan kedua jari berbentuk V, menyatakan bahwa ia serius kali ini.
Rasha menghela napas, lalu melirik kedalam kamar Bintang untuk menemukan jam dinding.
![](https://img.wattpad.com/cover/100328277-288-k326116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star
Ficção AdolescenteIni tentang Rasha dan Bintang. Rasha Sasikarani. Dan, Bintang Rakandika. Rasha yang cantik, angkuh, sombong, dan keras kepala. Juga, Bintang yang lucu, tidak sombong dan cukup menyenangkan walaupun terkadang emosinya sulit dikontrol. Rasha adalah ga...