Mungkin kalian akan berfikir bahwa sesampainya mereka dipantai yang di inginkan Bintang, mereka akan segera membuka botol kapsul waktu tersebut. Namun, kenyataan nya, saat mereka bertiga sampai dengan mobil Jeep yang bahkan tidak perlu lantaran jalan menuju pantai tersebut sudah sangat lebih baik dari sebelumnya, pemandangan yang mereka dapat sungguh berbeda dari lima tahun silam.Yap, keadaan telah berubah.
Bintang saja yang bodoh berharap pantai sebagus itu akan terus-terusan menjadi pantai kosong. Tidak berpenghuni dan mengerikan meskipun indah.
Karena sebenarnya pantai itu telah berubah menjadi pantai pariwisata. Banyak anak kecil, ibu-ibu bahkan Kakek nenek yang tengah menikmati air pantai disore hari. Menikmati sunset dengan canda tawa dan hal tersebut berhasil membuat dahi
Putra berkerut dalam.“What the hell this, Rak?” tanya Putra yang menatap ban bebek-bebek yang berada dimana-mana. “Serius kita bakal buka ini botol disini dan senang-senang disini?”
Bintang menggaruk belakang kepalanya. “Gue kira kan masih sama kayak dulu.”
Putra menghela napas pendek, menatap nanar sekitar yang sangat ramai seperti pantai di Ancol. “Emang mubazir kayaknya lo tuh dibawa keluar negeri otaknya masih aja cetek. Ya lo bayangin aja 5 tahun tuh nggak kayak 5 hari, Rakaaaa.”
Bintang melipat bibirnya kedalam sebelum menyengir kikuk. Ia menatap Rasha yang hanya membalas dengan dua bahu terangkat. Ikut heran dengan perubahan yang terjadi di pantai ini.
“Kalo tau gini kan mending buka diasrama aja anjir.” Putra kembali mengomel, ia melangkah menuju mobil dan mengambil beberapa kacamata dari tasnya.
“Lah, udah bete kenapa lo totalitas bener sampe bawa kacamata?” tanya Bintang heran tatkala Putra menyodorkan kacamata pada Bintang dan Rasha.
“Udah sampe sini, banci. Masa ya kita harus balik? Mubazir lah bensin lo. Nggak sayang amat.”
Bintang mencibir jengah.
“Yaudah. Kalo malem pasti sepi kok. Kita tunggu aja sampe malem. Lagian, malem juga disini suasananya bagus.” kata Rasha, membuntuti Putra untuk duduk diatas kap mobil.
“Loh, Sha, kok lo tau sih suasananya bagus? Lo pernah kesini juga?” tanya Putra tanpa curiga.
Rasha menyengir kaku. “Ya... menurut gue sih semua pantai kalo malem suasananya bagus.”
Putra mengangguk-anggukan kepala. “Iya sih.”
Bintang yang awalnya hanya berdiri didekat mereka, memutuskan untuk ikut naik. Menikmati sunset dengan keheningan meskipun beberapa kali matanya melirik kesamping, pada Rasha yang berada tepat disebelah Putra.
“Jadi niat lo ajak gue sama Repan kesini?”
Bintang mengangguk. “Ini dulu pantainya bagus bener anjir.”
Bintang mulai mengeluarkan kameranya, mengambil objek sunset dari tempatnya duduk.
“Potoin gue sama Rasha dong, Rak,”
Mendengar permintaan Putra, Bintang terhenyak sesaat. Menatap Putra aneh.
“Apa lo? Poto doang elah.”
Bintang menghela napas, turun dari kap dan mulai mengambil gambar untuk Putra dan Rasha.
“Rak, polaroidnya mana dah?” tanya Putra.
Bintang menunjuk mobil dengan dagunya. “Gak usah lo keluarin dah ntar malah rusak. Gue sayang-sayang itu, kalo udah dipegang lo kan pasti langsung ada yang aneh.”
![](https://img.wattpad.com/cover/100328277-288-k326116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star
Teen FictionIni tentang Rasha dan Bintang. Rasha Sasikarani. Dan, Bintang Rakandika. Rasha yang cantik, angkuh, sombong, dan keras kepala. Juga, Bintang yang lucu, tidak sombong dan cukup menyenangkan walaupun terkadang emosinya sulit dikontrol. Rasha adalah ga...