SS :: 23

1K 64 4
                                    

• Idiot Aksara •

"RAK, bangun, udah maghrib bego."

"Ngghh..."

Putra berkacak pinggang disebelah ranjang Bintang. Ia hendak membangunkan kebo seperti Bintang, dan mengajak Bintang mencari keberadaan Revan yang belum kembali dari jam pulang sekolah. Bahkan, Revan hilang begitu saja tanpa bilang apa-apa pada Putra, nomornya juga tidak aktif. Jelas saja Putra khawatir.

"Bangun, njeng." Putra menendang pantat Bintang dengan keras.

Tubuh Bintang terguling ke samping hingga keningnya berhasil menghantam tembok.

"TAI!" pekik Bintang berangsut duduk dan mengusap-usap keningnya yang sakit.

"Lo ngapain sih, Putri?! Gak ngerti lagi enak tidur apa ya." protes Bintang.

"Udah maghrib, bego. Mandi kek, sholat apa gimana biar keliatan orang dikit. Tuh liat baju lo numpuk dikamar mandi belom dicuci. Jorok banget jadi bocah."

Bintang mendengus kecil. Lalu hendak berbaring lagi namun dengan cepat Putra menarik bantal dan guling diatas kasur dan melemparnya asal.

"Anjing, mau lo apa sih? Ribet banget."

Putra berkacak pinggang, menggeleng sekali. "Cari Revan."

Bintang menguap lebar, ia meraih bantal bintang pemberian Revan dan memeluknya. Matanya kembali terpejam ketika boneka itu menyentuh pipinya.

Putra menghela napas kasar. "Rasha ilang, Star!!"

Bintang sontak membuka mata dan menegakan punggungnya. "Hah?"

Putra menyeringai pendek. "Oh, jadi sekarang lo demen sama Rasha?"

Alis Bintang bertautan dalam. Mengerti bahwa ia dijahili, Bintang langsung memukul kepala Putra dengan boneka ditangannya. "Gue seneng bukan panik. Kalo dia ilang, so, hidup gue adem nggak ada enek-enek lagi."

"Cuih," Putra mendecih kesamping, "nggak usah munafik lo, Rak."

"Emang gue lo?" todong Bintang menuruni kasur dan meletakkan boneka bintang itu ketempat semula. "Nggak usah ribet lah, Put. Ngeselin."

Putra mengambil bantal-bantal yang ia lempar untuk kembali diletakan dikasur. "Lo tau Repan nggak?"

"Mana gua tau? Gua aja tidur dari siang."

"Dia dimana ya? Belom balik dari tadi, nomernya nggak aktip lagi."

Bintang keluar dari kamar mandi setelah sebelumnya masuk untuk mengambil keranjang pakaiannya. "Repan bukan bocah lagi, Putri. Nggak usah dipikirin ntar juga balik ke kandang."

Putra berdecak kecil. "Gue takut aja."

"Kenapa?"

"Dia kelaperan mungkin?"

Bintang menendang Putra disebelahnya sebelum membuka pintu. "Nggak usah gila, lo udah tolol, jangan gila. Malu-maluin."

"Si bangsat."

Bintang tertawa. "Kamar mandi kamar masih eror?"

Putra mengangguk sambil melangkah mendekati meja belajar. "Udah mandi dikamar mandi cowok aja yang lengkap, rame lagi nggak kesepian."

"Najis." gumam Bintang sambil membuka pintu kamar. Ia keluar sambil menenteng keranjang pakaian kotornya, beberapa kali ia menguap karena rasa kantuk masih melekat. Sebelum sampai diruang laundry, Bintang mampir didapur untuk meminum segelas air. Setelah tenggorokannya dingin, ia mempercepatkan langkah menuju ruang laundry. Bintang memang lebih suka mencuci sore atau pun sehabis maghrib, karena tidak antri.

Shooting StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang