Part 6 : Kembali

23.3K 1K 7
                                    

Sisi gelap Bara akan keluar dibeberapa part kedepan dan siap2 dengan adegan kekerasan dan 21++

Mulai jiwa psikopatku keluar hahahaha....

Jangan marah ya klo peran utamanya aku siksa hihihi...
Bagi readers tolong lebih bijak, disini temanya 21++ ya jadi gk usah protes, kok ada adegan kaya gini gitu bla..bla..bla...

Okey happy reading jangan lupa vote n comment
Maaf klo ceritanya mengecewakan

Happy Reading....

Diandra Pov

Aku menangis dihadapannya, ada rasa sakit dan rindu menyatu jadi satu. Dan aku memilih menghujatnya sebagai pelampiasan kekesalanku pada Bara. "Aku tak mencampakkanmu!" ucapnya tenang. "Kau mencampakkanku!!" tudingku kesal. Dia mendekatiku dan berbisik "Kalau aku mencampakkanmu, aku takkan memberimu apartemen dan kartu kredit." Aku tertegun, benar juga. Kenapa tak terpikir olehku? Yang jelas aku sangat merindukannya dan merasa dibuang. Aku mengkerucutkan mulutku, tak sanggup aku membalas ucapannya.  Wajahku pasti memerah karena malu, oh shit!

Bara tersenyum, wajahnya semakin tampan saja. Aromanya, aku menghirup dalam-dalam tubuhnya dan aku memejamkan mata tanpa kontrol seperti orang gila yang sedang bergairah. Aroma maskulinnya sungguh membangkitkan gairah. Bara terkekeh melihat kelakuanku dan aku sadar.  Wajahku terasa panas. "Serindu itukah dirimu padaku?" godanya dengan mata jahil. Aku memukul wajahnya dengan bantal tanpa ampun, namun tetap tawanya terdengar bahkan semakin keras bergema di kamarku.

Dia memelukku menghentikan pukulanku yang membabi buta."Kau tak lelah huh?"bisiknya aku masih terengah-engah. Bara mengecupku lembut "Maafkan aku, aku janji ini takkan terulang lagi sayang." bisiknya lembut. Aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca "Janji?" tanyaku meminta kepastian. Bara mengangguk dan mendekapku erat smbil membaringkan tubuhku, dia memelukku dari belakang.

Aku terbangun dari tidurku, semalam kami tidur bersama. Setelah dia lelah meledekku dan lelah menahan malu, kami tertidur. Dia memelukku erat seperti tak mau melepaskanku. Begitupun aku yang rasanya tak mau lepas dari pelukannya. Aku menatap wajahnya, damai dan tetap tampan. Mau tersenyum, cemberut atau marah sekalipun wajahnya tetap tampan. Tiba tiba dia meremas payudara kananku "Bara!" jeritku. Dia tertawa melihat mataku melotot kaget. "Tidak bisa kah kau berubah untuk tidak berbuat mesum padaku??" protesku kesal. "Apa kau tak merindukan sentuhanku Diandra?" balas pria itu. "tidak!" jawabku kesal. Dia terkekeh memperlihatkan gigi rapinya yang putih. Aku menatap wajahnya dengan jengkel, kemudian teringat ketika dia menghilang, aku jadi sedih dan entahlah aku takut dia pergi lagi  meninggalkanku, seperti Haris. Kami terdiam sejenak, saling menatap dan tenggelam dalam pikiran kami masing-masing. Tak terasa aku meneteskan air mataku, aku membayangkan bagaimana kalau dia tak kembali. Aku menangis sejadi-jadinya dan Bara memelukku dengan erat. Seperti yang bisa membaca pikiranku Bara mengecup pucuk kepalaku "hei, kan aku sudah janji takkan meninggalkanmu lagi?" bisiknya lembut. Aku mengeratkan pelukanku, seperti tak mau lepas lagi.


Bara Pov

Aku bisa merasakan kesedihan Diandra atas perlakuanku padanya. Aku memang sengaja berlama-lama dalam urusanku karena aku ingin menguji dirinya juga perasaanku padanya seperti apa. Dan benar, aku memang jatuh cinta pada Diandra Dwi Aulia.

Aku mengecup bibirnya lembut dan entahlah nafsu, gairahku tak begitu berkecamuk. Hanya rasa sayang yang tulus yang aku lakukan padanya.
Diandra menatap kagum kepadaku, entahlah apa yang dia lihat dariku. Ingin rasanya aku mengatakan cinta kepadanya tapi bibirku terasa membeku, lidahku kelu.

Aku kembali memantau bisnis kotorku, untuk bisnis normalku, Nano yang mengurusnya. Aku percayakan semua kepadanya, tapi untuk bisnis kotor akulah yang memegang kendali. Karena bisnis ini sangat berbahaya dan memerlukan kemampuan handal dan taktik cerdas dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada. Bisnisku bergerak dibidang obat-obatan terlarang, karena bisnis inilah yang memiliki keuntungan triliunan dengan modal ratusan juta. Buatku resiko apapun dapat dibeli dengan uang termasuk para polisi di sekitar gudangku. Ya, yang kemarin Diandra temukan adalah obat terlarang jenis sabu. Aku memiliki berton-ton sabu di gudangku. dapat kau hitung berapa harga dari semua bisnisku ini kan?

Diandra sudah tertidur, mungkin dia lelah menungguku menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda. Aku segera menyelesaikan pekerjaanku dan  menghubungi Nano bahwa semua sudah kukirim via email. Dia hanya bertugas sebagai pembuat neraca untuk usahaku ini.

Aku memeluk tubuh Diandra yang hangat, aku kecup pundaknya yang harum. Aku akan segera menikahinya tapi aku bingung cara melamarnya seperti apa. Aah mungkin aku akan meminta bantuan Nano, walau aku ragu. Terkadang otak Nano sedikit koslet dan terganggu jika menyangkut hal yang berbau serius. Aku menghela nafas panjang dan mulai berfikir.

Benar saja Nano mentertawakan aku ketika aku mengutarakan niatku menikahi Diandra. "Kau sudah normal? Apa kau masih perjaka? Kau sudah meniduri gadis itu? Atau gadis itu hamil?" itulah pertanyaan yang terlontar dari mulut Nano. Aku hanya mengurut pelipisku yang tak sakit. "Aku serius Nano!" desakku kesal. "Oke..oke..." ucapnya sambil menatapku serius. "Kau sudah menyatakan cinta padanya?" tanya dia. Aku menggelengkan kepalaku. "Apa kau tahu dia mencintaimu?" tanya Nano lagi dan aku menggeleng kembali. Nano menghela nafas panjang. "Oke... bagaimana kalau kau memberi dia ujian?" ucap Nano memberi ide. "Apa?" tanyaku penasaran. "Akan aku katakan nanti!" ucap Nano sambil tersenyum misterius.

Aku harus menahan rasa cemburuku, Nano mengundang Haris ke acara pesta perusahaanku. Aku bersiap dengan tuxedoku dan tak lupa aku mempersiapkan Diandra dengan gaun yang senada dengan warna bajuku. Dia terlihat sangat cantik, aku menyukai matanya yang indah. Ingin rasanya aku menyetubuhinya dengan menggunakan gaun yang sekarang dia kenakan. Tapi aku tak mau rencanaku gagal, cuma gara-gara nafsuku ini.

Acara dimulai....

Diandra menatap Haris dengan tatapan rindu namun penuh tanda tanya. Sepertinya dia lupa akan keberadaanku, perasanku terasa sakit melihat dua insan itu saling menatap dan melepas rindu.


Diandra Pov

Aku di dandani oleh orang kepercayaan Bara, sungguh membuatku takjub. Aku tampak cantik dengan gaun hitamku yang mengekspos punggungku. Sungguh seksi!! Aku menatap ke sekeliling pesta, sungguh meriah. Sepertinya aku melihat seseorang yang aku kenal. "Diandra!" ucap pria itu, aku menatapnya tak percaya "Haris?" ucapku bergetar. "Kau?" ucapnya terbata, aku tersenyum. Aku perhatikan tangannya, ya jari manisnya telah tersematkan sebuah cincin yang pasti itu adalah cincin pertunangan yang harganya selangit. Aku tersenyum kecut, berarti apa yang dikatakan Bara benar. Haris memelukku  dengan erat secara tiba-tiba dan aku hanya diam terpaku. Air mataku akhirnya mengalir membasahi pipiku. "Apa kau menjemputku?" tanyaku serak menagih janjinya. Tubuh Haris menegang dan dia terdiam tak menjawabku, aku membenamkan wajahku di dada bidangnya.  "Maafkan aku!" akhirnya dia bersuara." untuk?" tanyaku bingung. "Aku janji setelah semua selesai, aku akan menjemputmu!" ucapnya meyakinkanku. "Perempuan itu?" tanyaku. Haris kembali menegang, sepertinya dia mengira aku tak tahu kalau dia  berusaha membohongiku "Itu hanya formalitas." ucapnya singkat seperti dia bisa membaca pikiranku. Au menghela nafas kasar, mungkinkah dia di jodohkan? Aku tak melihat kejujuran dimatanya.

Pandanganku bertabrakan dengan tatapan tajam Bara yang memperhatikanku dari tadi, entahlah aku jadi bingung. Bagaimana perasaanku terhadap Bara? Karena dengan kehadiran Haris aku merasa lupa akan sosok Bara. Kejam memang...

Haris akan membawaku pergi dari pesta ini, namun dia memintaku menunggu di teras rumah sebentar, sementara dia pamit kepada koleganya. "Kau mau kemana?" tanya Bara mengagetkanku, aku hanya diam membisu bingung harus berkata apa. "Kau akan pergi dengan Haris?" tanya dia tajam. Tubuhku menegang, ada rasa takut tapi aku bingung aku seperti menginginkan Haris disisiku. "Sekali kau pergi dari rumah ini, jangan harap kau bisa kembali lagi kesini!" ucap Bara datar. Hatiku merasa sakit, entahlah seketika kenangan manisku bersama Bara berkelebatan di pelupuk mataku. "Diandra..." panggil Haris, aku menatap Haris kemudian Bara secara bergantian. Aku merasa bingung. "Kau sudah paham dengan apa yang aku bicarakan tadi. Pergilah jika kau yakin itu kebahagiaanmu!" ucap Bara dengan suara yang berat. Aku menunduk, air mataku meleleh begitu saja. "Bara... Maafkan aku!!" ucapku lirih. Bara memejamkan matanya, tak sanggup untuk melihat kepergian Diandra dengan orang yang dia cintai.

Bersambung.....

MY PRINCE BARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang