Part 15 : Kebas

19.7K 1K 21
                                    


Happy Reading....



Bara Pov

Ada rasa bersalah dan sakit menjalar di hatiku ketika Diandra yang kesakitan lebih meminta bantuan Haris, perhatian Haris kepada Diandra begitu menyakitiku. Aku tak tahu harus bagaimana walau Hera memberiku perhatian kepada luka di wajahku akibat pukulan Haris tapi aku tak bergeming melihat Haris membawa Diandra, sampai sosok mereka menghilang di balik pintu.. aku mengerang melepaskan emosiku "Aaaaarrrgggh......."

Perasaan apakah ini? Apa mungkin aku mencintai dua wanita sekaligus? Atau hatiku telah berpaling kepada Hera? Bagaimana nasib anakku yang ada dalam kandungan Diandra? Aku terus berfikir sambil menenggak vodka, aku ingin melupakan semuanya, semuanyaa... Aku tak mau kehilangan Diandra, dia cinta pertamaku, maafkan aku jerit batinku.

Aku menengak sebotol vodka, aku menatap ke arah Nano, ya dia sekarang berada di hadapanku dengan tatapan kebencian. Aku tersenyum dan hendak memeluknya.namun tubuhku tak mampu berdiri dengan benar, aku pun terjatuh ke lantai dan semua menjadi gelap.

Haris sangat membenciku begitupun sahabatku Nano, aku hanya bisa diam karena aku memang salah, aku pantas mereka benci karena aku
laki-laki brengsek yang pernah ada dimuka bumi ini.

Diandra keguguran dan dia begitu shock sehingga harus diberi obat penenang untuk menstabilkan emosinya. Hera duduk di ujung kursi, dia sepertinya menyesal sudah menyakiti Diandra. "Aku tak tahu dia hamil!" ucap Hera penuh penyesalan. Haris hanya mendengus kesal, "Sudahlah..." ucap Bara dengan suara parau. "Aku mencintaimu Bara, aku tahu ini bukan saat yang tepat. Maksudku, aku berprilaku seperti itu padanya karena aku mencintaimu. Aku cemburu...."tukas Hera panjang lebar. "Aku tak pernah jatuh cinta pada laki-laki, hanya padamu aku begini..."ucap Hera dengan mata berkaca-kaca. "Kau menyatakan cinta padanya pada saat seperti ini, huh?" sindir Haris sakartis. "Cinta hadir tanpa kita duga dan pada orang yang tak kita ketahui kan?" ucap Hera setengah bertanya "Apa mahluk sepertimu pantas membicarakan soal cinta hah?" tanya Haris mulai emosi "Cukup!!! Ini bukan waktu yang tepat untuk bertengkar!!" ucapku frustasi. "Bisakah kau bawa jalang ini jauh-jauh Bar?" tanya Haris ketus. Aku segera menarik tangan Hera dan membawanya ke cafetaria Rumah sakit.

"Maafkan aku Bara!" isak Hera, aku merangkulnya erat. "Sudahlah ini semua salahku!" ucapku membatin. "Aku tak mau jadi orang jahat sungguh aku tak tahu kalau dia hamil..." isaknya dipelukanku. Aku bingung, ada desir aneh dihatiku. Perasaan apa ini?

Diandra Pov

Aku menatap langit kamar yang berwarna putih, ini bukan mansion kamar Haris ataupun Bara, bau obat menyengat dan selang infus menancap di punggung tanganku. Aku meringgis, sekujur tubuhku terasa sakit sekali. "Bagaimana perasaanmu?" tanya Haris, aku mencari sosok pria itu lalu tersenyum ke arahnya ketika aku sudah menemukannya berada di samping kiriku. "Tubuhku sakit semua Har..." ucapku serak. "Jangan banyak pikiran dan istirahatlah.." ucapnya lembut. Aku merasa ngilu di bagian perut bawahku, sakit melilit tak jelas. Aku teringat sakit ini pernah aku alami disaat aku hampir keguguran. "Haris..." panggilku "Ya?" jawab Haris "Bayiku?" tanyaku, dia menegang. Aku tahu pasti ada sesuatu yag terjadi dengan bayiku. Aku menangis "Bajingan dan pelacur itu.." isakku perih. "Sudahlah kau harus istirahat untuk memulihkan kondisimu!"ucapnya berusaha membuatku tenang, namun hatiku semakin terasa sakit, dia boleh berpaling dariku tapi aku tak ingin kehilangan bayiku. "Bagaimana aku bisa istirahat?? Jalang itu... mereka harus membayarnya.."Jeritku histeris, aku menangis sejadi jadinya dan mengamuk. Aku tak terima jika aku harus kehilangan bayiku. "Kau harus merelakannya, mungkin dia belum saatnya hadir disituasi kalian yang seperti ini ini bukan waktu yang tepat!" ucap Haris sambil memelukku erat. Aku meraung raung seperti anak kecil yang kehilangan ibunya. "Aku menginginkan anakku, aku tak butuh Bara untuk mempertamggung jawabkannya, dia milikku bayi ini milikku..." isaknya pedih. Dokter datang dan mereka menyuntikku, tubuhku terasa lemas dan aku tak ingat apa-apa lagi..

Aku kembali tersadar, seperti mimpi buruk. Aku menatap Haris dan Nano yang sudah kelelahan menjagaku. "Haris, Nano..." ucapku lemah. "Kau sudah sadar?" tanya Haris. "Iya..."ucapku tenang, aku harus bangkit aku tak mau menjadi beban Haris dan Nano. "kau mau bantu aku?" tanyaku kepada dua pria di hadapanku. "As you wish" ucap Haris sambil menyentuh pipiku dengan lembut. Aku tersenyum lemah sambil menatap penuh kesedihan kepada Nano dan Haris. "Bawa aku pergi jauh dari Bara..."pintaku. Haris tertegun sejenak.."Aku akan mengirimu ke suatu tempat. Aku akan carikan  tempat yang terbaik untukmu, sekarang pulihkan kesehatanmu dulu!" ucap Haris. "Kau harus melupakan Bara, kau berhak bahagia Di!" tukas Nano memberiku semangat. Aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis.

Aku sebenarnya bingung, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan setelah aku kehilangan bayiku dan sosok yang aku cintai sekaligus menjadi orang yang paling aku benci. Ada dendam dihatiku yang terus berkobar, tetapi aku mencoba mematikannya. Aku tak mau mengotori tangan dan hatiku demi pria menjijikan seperti dia. Jika aku membalasnya aku akan menjadi orang yang sama menjijikannya dengan Batubara Prakasa. Aku memiliki tekad, aku harus bisa bangkit dan melupakan semuanya.

Dokter sudah mengijinkan aku untuk pulang, aku sangat senang. Tujuan utamaku adalah apartemen Haris, aku sangat sedih karena harus selalu merepotkannya. Tapi aku juga tak bisa apa-apa, kelak aku akan membalas semua kebaikan Haris. Aku harap Haris akan bahagia dengan gadis yang dicintainya, Bertha.

"Diandra!" suara panggilan dari lelaki yang aku benci. Aku berjalan tak memperdulikannya. "Diandra!" ucapnya keras sambil menarik lenganku. Aku memejamkan mataku, aku tak sanggup untuk melihat wajahnya lagi. "Maafkan aku Diandra!" ucapnya penuh kesedihan. Perlahan aku membuka mataku. Ternyata Bara datang bersama Hera, wanita jalang itu. "Diandra..." ucap Hera lirih. "Aku tak tahu kau hamil... maafkan aku." ucapnya tulus. Aku hanya bisa menangis merasa hatiku kembali tersayat sayat. Bara memelukku tapi aku langsung menolaknya. "Tidak... aku mohon!" ucapku panik "Apa kau tidak mencintaiku lagi?"tanya Bara, aku mendengus kesal "Masih pantaskah dirimu untuk aku cintai?" tanyaku tajam. "Kau lebih cocok dengan wanita itu daripada aku!" ucapku dingin. "Bara mencintaimu,
aku hanya obsesinya saja!" tukas Hera galau membuat Bara tertegun, aku menatap manik mata Bara yang sepertinya tak rela Hera berkata seperti itu. "Jadi kau pilih aku atau dia?"tanyaku tajam sambil menatap matanya lekat-lekat. Bara diam membisu. Aku tertawa pahit "Sudahlah, aku tahu dan aku bisa merasakan. Perasaanmu kepadaku sudah berubah, sudah tak sama lagi." ucapku sambil pergi meninggalkan mereka berdua. Akhirnya pertahananku roboh, aku berjalan sambil menangis. Ya, sedari tadi aku berusaha untuk tidak menangis, aku tak mau kalau aku lemah didepan Bara. Aku segera memasuki taksi dan pergi ke alamat yang diberikan oleh Haris. Haris dan Nano tidak bisa menjemputku karena mereka sedang sibuk menangani perusahaannya.

Bara tidak mencoba mengejarku, aku tahu karena dihatinya sudah ada Hera. Aku rasa sekarang kau bebas bersama jalang itu karena sekarang kita tidak ada sangkut paut lagi, semua sudah usai sejak aku keguguran. Aku kehilangan bayiku begitupun dengan perasaanku, rasa cinta yang dulu pernah ada untuk Bara kini telah musnah.

Bersambung...

Part selanjutnya Diandra bakalan move on dan Bara broken heart hahahaha....

Thanks for reading, jangan lupa vote dan komen ya

muaaaahhh

MY PRINCE BARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang