Part 42 : Bite You

13.6K 612 5
                                    

Masih 21++

be wise and happy reading...



Author Pov

James mengusap rambutnya. "Semurahan itukah dirimu Selena?"desisku Selena menatap James dengn kesal. "Kau yang menolakku, karena aku perawan lantas kau menganggapku buruk dalam bercinta?? Aku bisa membuktikan walau aku masih perawan, aku bisa memuaskanmu Mr. Robinsten" ucap Selena ketus. "Aku tidak bercinta dengan sekretarisku walau kau masih perawan." tukas James sambil melajukan kembali mobilnya. "Jangan pernah kau menyimpan perasaan untukku Miss Wright.." ucap James lagi memberinya peringatan. "Lalu ciuman itu?" tanya Selena perih. "Just kisses... Tidak lebih. Kau suka aku suka kita sama-sama suka. Itu sudah cukup. Kau tahu siapa aku!" teriak James kesal. "Ya, kau bajingan!" isak Selena. "Aku berhenti disini!" perintah selena dan james menghentikan mobilnya. "Thanks!" ucap Selena sambil pergi meninggalkan James.

James memang player dan dia tak pernah menyimpan perasaan pada wanita mana pun. Baginya cinta hanyalah nafsu sesaat yang melemahkan hati dan merusak pikiran. James pernah memiliki kekasih yang menghianatinya, sejak itu James tak pernah menjalin hubungan serius dengan wanita manapun.

James memasuki club dan memesan wine favoritnya. "James?" sapa Arthur. "Hai... bagaimana kabarmu? Aku dengar kau tertembak?" tanya James sambil memeluk bahu Arthur sekilas. "Lebih tepatnya di tembak mantan istri.." ucapnya jengkel, James terkekeh. "Bersabarlah, masih banyak wanita cantik disini.." goda James sambil menunjuk beberapa gadis seksi dan liar di lantai dansa. "Bahuku masih sakit, tak sanggup aku bercinta dengan mereka!" candanya sambil meringgis pura-pura menahan sakit. "Hey dude, kejantananmu yang berperang bukan bahu!" goda James sambil menyeruput wine-nya. Arthur hanya terkekeh sambil menatap gadis bermata hijau. "Aku ingin dia.." desahnya menunjuk ke arah Selena yang sedang frustasi mencari meja kosong. "Dia sekretarisku.." ucap James segera bangkit dan menghampiri Selena. "Kau?" tatap Selena tak suka. James langsung melumat bibir seksinya.


James Pov

Aku menatap Selena yang di soroti lanpu disko, wajah frustasinya tampak terlihat cantik dan natural. Aku segera menghampirinya, matanya melotot melihatku dan aku segera menciumnya dengan penuh gairah. Tak peduli dia sekretarisku, perawan atau mencintaiku. Malam ini aku butuh pelepasan dan aku ingin Selena. Aku menyeret Selena ke ruang VIP yang biasa aku sewa, "Lepaskan aku James.." teriaknya kesal. "Bukankah ini yang kau inginkan?" tanyaku sambil menangkup wajahnya yang tampak menegang. "Aku tak berminat. Kau sudah menyakitiku James!" isaknya. Aku mengecup bibirnya lembut mencoba menghentikan tangisannya. "James...mmh..." rintihnya. Aku meremas payudaranya sambil melepaskan kancing kemejanya satu per satu. Selena tampak bergairah ketika aku melumat puting merah kecoklatannya secara rakus. Aku rasa aku pria terbodoh menolak tubuh Selena yang indah dan munafik jika aku tak menginginkan keperawanannya. Aku membaringkan tubuh Selena di atas ranjang dan menindihnya. Aku melepaskan celanaku dan siap-siap membenamkan kejantananku yang sudah berdiri sempurna. Aku memasukan kejantananku dengan sekali hentakan membuat Selena menjerit kesakitan. "Ini kan yang kau mau Selena?" desahku sambil memompanya dengan membabi buta. Selena hanya pasrah dan sesekali meringgis kesakitan. " eemmhh..... i fuck you harder.." desahku sambil mencabut kejantananku dan mengeluarkan cairanku di perut Selena. Aku segera memakai pakaianku dan meninggalkan Selena yang kelelahan.

Ya, aku sangat berengsek, bajingan yang haus seks. Terkadang aku bercinta dengan wanita untuk melampiaskan sakit hatiku, seperti sekarang aku mencampakkan Selena setelah merenggut keperawanannya. Ada kepuasan tersendiri jika setelah bercinta aku langsung meninggalkannya begitu saja. Seperti Jasmine Wins... Dialah yang telah mencampakkanku dan membuatku terluka seperti ini. Aku meneguk wine-ku. "Sudah selesai?" goda Arthur. "Yes... Dia masih ada di kamar. Kau mau mencobanya?" tatapku sambil memberikan kunci duplikasinya. Arthur terkekeh. " Oke..." ucapnya sambil pergi menuju kamar Selena. Aku membayar minunanku lalu pergi keluar dari club. Aku ingin segera membersihkan tubuhku dan beristirahat.


********

Keesokan harinya.....

Aku menatap Selena yang sedang menatap marah kepadaku di ruanganku. "Pagi pagi sekali kau sudah ingin menemuiku?, miss me so bad??" tanyaku penasaran. "Aku pikir semalam aku tidak begitu mabuk, tapi kenapa bisa Arthur yang meniduriku??" tanya Selena tajam. Aku terkekeh "Kenapa juga kau mau bercinta dengannya?"tanyaku geli. "Aku pikir itu kau!" teriaknya kesal. "Jadi, lebih enak mana? yang pertama atau yang kedua?" godaku membuat wajah Selena merona. "I hate you!!" desisnya sambil keluar dari ruanganku. Aku tertawa membayangkan Selena mengira bercinta denganku untuk kedua kalinya. Aku tak mungkin bercinta untuk kedua kalinya dengan gadis yang sama.

Ponselku berbunyi, Bara memintaku menemuinya di kantor, ada masalah penting yang harus dibahas. Aku segera melajukan mobilku ke gedung Prakasa Corp.

Bara menatap isi map yang kemarin aku bawa. "Aku harus ke Italia, aku mempercayakan proyek ini kepadamu. Aku akan kembali 2 minggu lagi.." ucapnya sambil menatapku lelah. "Ada masalah?" tanyaku "Yes.." ucapnya singkat. "Oke, kau tak usah khawatir, biar aku yang urus. Selesaikanlah masalahmu." ucapku sambil tersenyum simpul.



Bara Pov

Aku sangat frustasi, Diandra tak mau mengajakku bicara. Kami seperti biasa bercinta, makan dan mengurus anak kami. "Di... Kau belum juga memaafkanku?" tanya Bara, istriku hanya diam. "Di.." panggilku. "Aku lelah Bara.." desahnya lalu membalikan tubuhnya dan tidur. Aku mendengus kesal, aku keluar dari kamar dan tidur di sofa.

Aku segera pergi ke kantorku, semenjak proyek kerjasama dengan James aku menjadi super sibuk. Aku merasa semakin jauh dengan Diandra di tambah pekerjaanku. Tapi aku berharap Diandra mengerti, seseorang mengetuk pintuku . "Masuk!" ucapku "Miss Wright ingin bertemu!" ucap Ben. "Suruh dia kemari." ucapku lalu gadis berambut pirang itu menyembul dari balik pintu. "Aku pikir James yang akan kemari memberikan berkas itu!" ucapku sambil mempersilahkan Selena duduk. "Oh boss berengsekku itu memang selalu seenaknya.." tukasnya geram membuatku terkekeh melihat dia menggerutu lucu. "Tidak lucu Tuan Prakasa.." ucapnya tersipu malu karena kebodohannya mengungkapkan emosinya di hadapanku. "Panggil aku Bara.. " ucapku sambil meneliti berkasnya. "Kau cukup cekatan dalam menyusun berkas ini!" pujiku "Itu salah satu pujian yang diberikan oleh James kepadaku. Aku memang handal dalam urusan itu." tukas Selena sambil terkekeh. "Kau gadis aneh, kadang frustasi sedetik kemudian sombong.." candaku membuat Selena tertawa.

Klik

Pintu ruanganku terbuka, Diandra menyembul dari balik pintu. Aku tersenyum bahagia melihat kedatangan Diandra. "Hai sayang... Selena perkenalkan ini istriku!" ucapku ramah sambil memamerkan Diandraku yang tampak cantik dengan gaun berwarna cokelat. "Selena Wright!" ucap Selena ramah. "Jadi ini yang membuatmu menolakku?" canda Selena membuatku sedikit menegang. "Menolak dalam hal apa?" tanya Diandra sambil duduk di sampingku. "Ini gadis yang memuntahi pakaianku. Dia adalah sekretaris kolegaku dari Robinsten Corp." ucapku panjang lebar. "Ooh.." jawab Diandra dingin. "Istriku sempat cemburu denganmu gadis pemuntah.." candaku. "Maaf... Waktu itu aku memang sedang frustasi, aku bukan hanya memuntahi suamimu tapi mengajaknya bercinta. Tapi dia menolakku!" ucap Selena sambil terkekeh. "Suamimu hebat, aku salut padanya..." ucap Selena menatapku kagum, Diandra hanya tersenyum. "Dia tak memberitahuku bahwa kau mengajaknya bercinta dan kau sekretaris koleganya.." ucap Diandra santai sambil menatapku tajam. "Kau mendiamkanku Di.. Bagaimana aku bisa berbicara denganmu.." belaku. Diandra terkekeh. "Aku pecemburu Selena, jadi kau harus berhati-hati." canda Diandra setengah memperingati. "Tenanglah, waktu itu aku mabuk. Lagian aku sudah memiliki kekasih. Jadi kau tak usah cemas .." ucap Selena sesantai mungkin. "Oke, Bara aku harus pergi, James pasti menungguku!" ucap Selena sambil pamit. Aku hanya bisa mengangguk dan melihat dia sampai menghilang di balik pintu. Diandra menatapku dengan tatapan kesal. "Kenapa kau selalu menutupi sesuatu dariku?" tanya Diandra tajam membuat tubuhku menegang melihat tatapannya yang dingin.


Bersambung....

Jangan lupa vote and comment ya
luv you .

MY PRINCE BARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang