Part 16 : Lelah

19.6K 970 15
                                    

Holla... khusus hari ini, update dua kali yeaaaay....

Bakalan ada pendatang baru yang mengubah hidup Diandra, aku tak suka Bara yang sudah banyak nyakitin Diandra. Jadi aku beri dia jodoh yang tak terduga hahahaa....

Jangan lupa vote dan komen. Happy reading guys....

Muaaaah



Bara Pov

Aku akhirnya menjalin kasih dengan Hera dan mencoba menjalani hubungan kami, ya dia sangat cantik dan liar diranjang. Aku menyukainya saat kami berada di ranjang tapi dia tak bisa memasak dan mengurus rumah seperti Diandra yang lebih telaten. "Bara, apakah aku harus selalu memasak dan merapihkan rumah seperti ini?" protesnya. "Kalau kau tak suka, kau tak usah kerjakan. Ada maid disinikan?" tukasku. Tapi perempuan itu berfikir "Aah tapi aku ingin merawatmu, memasak makanan untukmu!" ucapnya putus asa. Aku terkekeh melihat wajahnya yang bingung dan kelelahan. "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, asalkan kau ada disisiku. Itu sudah cukup!" ucapku sambil mengecup keningnya. Hera terpaksa tersenyum karena disisi lain aku memang tak mau membebani dia. "Baiklah, aku pergi dulu ke kantor!" ucapku seraya mengecup pucuk kepalanya. "Bye.." ucap Hera sambil menatap kepergianku.

Aku berangkat ke kantor Haris, aku ingin segera mengetahui bagaimana keputusan yang dia ambil soal perusahaan Gold Corp yang sedang kami tangani. Aku memasuki lift dan berhenti di lantai yang biasanya Haris berada di ruangan tersebut, ketika aku membuka pintu ruangannya aku tertegun...

 Aku memasuki lift dan berhenti di lantai yang biasanya Haris berada di ruangan tersebut, ketika aku membuka pintu ruangannya aku tertegun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diandra sangat cantik dengan rambut pirangnya, ya dia sepertinya mencat rambut coklatnya menjadi lebih terang. Walau dia kurusan tapi tidak mengurangi kecantikannya. Aku mencium aroma khasnya lavender dan jasmine. "Haris sepertinya aku harus pergi!" ucapnya tanpa menolehku dia langsung melangkah dengan cepat menuju lift.

Aku segera mengejarnya dan menarik lengannya. "Bara, cukup!" jeritnya kepadaku. "Kenapa kau selalu menghindariku?" tanyaku memelas. "Kau pikir saja sendiri!" ucapnya ketus sambil menghempas tanganku dari lengannya. "Tidak bisakah kita bicara baik-baik?" tanyaku "Tidak!" tolaknya kejam. "Tapi kita belum selesai!" tukasku cepat. "Hubungan kita sudah berakhir sejak kau meniduri wanita itu dan aku kehilangang bayiku, begitupun perasaanku padamu semua sudah berakhir Bara!!." ucap Diandra tajam. Diandra langsung pergi meninggalkanku. Sungguh aku bingung dengan perasaanku sekarang, aku benar-benar merasa kacau.

"Kau pikir siapa dirimu huh mau kau simpan dimana Hera?" sindir Haris kepadaku. "Aku masih bingung. dengan perasaanku!" ucapku sambil mengacak rambutku dengan frustasi. "Aneh!" ucapnya sambil menggelengkan kepala dan menatap layar komputer "Aaarrggghgghh"geramku kesal. Aku segera berlari keluar meninggalkan kantor Haris.

Aku berlari tanpa tujuan, entahlah aku merasa sudah gila. Aku bingung dengan perasaanku sendiri, kepalaku serasa mau pecah dan aku menangis di depan air macur sebuah taman.

Aku menatap air mancur, tak sengaja aku melihat gadisku sedang termenung di bangku taman. Aku segera berlari menemuinya "Diandra!!" panggilku, gadis itu mendelik kesal, sudah malas melihatku. "Mau apa lagi sih?" ucapnya ketus. "Aku ingin bicara!" ucapku "Apa??" tanya dia kasar. "Maafkan aku, entahlah aku masih bingung dengan perasaanku padamu juga dia!" tukasku berusaha untuk menjelaskan. "Terus?" tanya dia malas-malasan "Jangan menjauhiku terus.." ucapku, ada rasa rindu yang menghantamku , perasaanku terhadapnya? entahlah aku bingung. matanya melotot, terlihat dia sangat kesal "Kau adalah mahluk yang paling egois dan menjijikan. aku kira kau adalah pangeran, Pangeranku Bara. Tapi nyatanya kau hanya seorang lelaki pengecut yang seenak jidat ingin memiliki 2 wanita tanpa memikirkan perasaan mereka!" ucapnya panjang lebar membuat hatiku terhentak refleks aku menamparnya "PLAKKK!!" Gadis itu melotot ke arahku sambil memegang pipinya yang merah, wajahnya mulai terlihat merah padam karena amarah. Dia langsung pergi meninggalkanku setengah berlari. Aku mengejarnya namun perempuan itu berlari keluar dari taman, tanpa melihat kanan kiri dia terus berlari. Aku melihat ada mobil SUV hitam yang cukup kencang melaju menuju arahnya "Diandra awaaas!!!!" teriakku panik suara rem berdecit dan suara benturan tubuh Diandra dengan mobil itu cukup terdengar keras, gadis itu terpental cukup jauh. Aku segera berlari menghampirinya, wajahnya penuh dengan darah. Sepertinya tergores oleh aspal jalanan. "Diandra... bangun sayang" ucapku ketakutan. Gadis itu seperti tidak bernafas "Tolong... tolooong!!!" jeritku histeris. Pria yang menabrak Diandra itu segera memanggil ambulans dan aku hanya bisa diam memeluk gadisku yang terluka parah.



Diandra koma, aku sangat terpukul. Aku menangisi dia sepanjang malam, aku tak peduli Hera menjadi resah dengan sikapku ini. Aku menyesal telah berbuat jahat kepada Diandra, kenapa aku harus mengejarnya? Andai aku tak melakukan itu mungkin dia masih sehat seperti sediakala. Haris terus menyalahkanku, pernikahannya dengan Bertha pun terpaksa di undur karena Haris sama terpukulnya denganku. Dia tak mungkin menikah disaat kondisi Diandra yang kritis. Dokter berkata wajah Diandra 70% rusak karena robek dan menggores aspal. Hidungnya patah, kepalanya terbentur cukup keras, sungguh mengerikan. Aku tak mampu membayangkan bagaimana rasa sakit yang diderita Diandra.

2 Tahun kemudian.....

Diandra masih koma dan aku masih setia menemaninya bersama Hera. Oh ya aku akhirnya memutuskan berteman dengan Hera, dia yang membantu aku merawat Diandra. Dia gadis yang baik sungguh tapi aku sadar aku tak mencintainya. Mungkin hanya obsesiku saja, aku menatap wajah Diandra yang sudah tak sempurna. Tapi aku tak peduli, bagiku dia sangat cantik seperti dulu.

"Bara makan dulu, aku yang jaga Diandra.." ucapnya. Ya hari sudah hampir sore dan dari pagi aku belum makan. Aku terlalu semangat menjaga Diandra karena hampir 10 hari aku di Bangkok untuk mengurus bisnisku disana. Aku khawatir Diandra sadar dan aku tak ada di sampingnya. Aku menceritakan banyak hal kepada Diandra selama aku di Bangkok. Aku menangis, keputus asaanku mulai mendera, bagaimana tidak? aku sangat merindukan canda tawanya, tatapannya, belaiannya, masakannya sampai erangannya yang seksi.

Aku menghela nafas lelah, dokter menyarankan aku mengajukan operasi plastik jika Diandra sudah sadar, alasannya karena jika di opersi saat dia koma, takut terjadi komplikasi yang membahayakan nyawa pasien.

Readers aku khawatir ketika dia sadar, dia melihat wajahnya yang tak secantik dulu lagi. Walau buatku sama cantiknya, tapi dia pasti tetap shock. Aku takut dia depresi dan menjauhiku lagi, aku harus menderita sampai kapan lagi??

Aku memejamkan mataku, aku menyandarkan kepalaku di tangan Diandra. Aku sudah lelah dengan isi kepalaku yang selalu berputar, membagi dengan pekerjaan dan kekasihku Diandra. Aku pun terlelap tanpa aku sadari....

Diandra Pov

Aku menatap langit-langit ruangan bernuansa krem, aku melihat selang infus yang menancap di tangan kananku dan tangan kiriku di genggam oleh seseorang. Aku menatap pria berambut cokelat sedang terlelap, sungguh tampan. Aku menatap ke arah sofa ada seorang wanita cantik tidur disana, tiba-tiba kilas balik ingatanku kembali. Perselingkuhan Bara...
Pergumulan Bara dengan jalang itu...
Rasa sakit kehilangan bayi...
Tamparan keras Bara...
Tabrakan...

Ya aku baru ingat, terakhir aku sadar adalah aku ditabrak mobil di taman. Aku memegang wajahku yang kulitnya terasa aneh tak sehalus biasanya. "Sayang, kau sadar?" ucap Bara setengah menjerit mengagetkanku. Aku bingung harus menjawab apa, yang aku ingat aku membencinya sekarang. "Kau siapa?" pertanyaan itu terlontar begitu saja. Wajahnya berubah seketika menjadi pucat. "Kau tidak mengingatku?" tanya dia ragu. Aku hanya mengangguk, Wanita di sofa itu segera keluar dari kamar dan tak lama dokter datang memeriksaku. Dokter meminta Bara keluar dari ruanganku.

Dokter memeriksaku dengan telaten dan aku harus tetap bersandiwara bahwa aku lupa ingatan. Ide gila bukan? Entahlah aku ingin mengerjai Bara, aku ingin tahu bagaimana reaksinya. Dokter menyatakan aku sudah sehat walau ingatanku hilang. Dia menanyakan namaku dan beberapa hal lainnya yang aku jawab dengan tidak atau tidak tahu. Aku melihat Bara yang sangat terpukul dengan amnesiaku, aku hanya memasang wajah datar. Nikmat rasanya membuat pria yang sudah menghianatiku ini terluka. Entahlah aku sangat membenci Bara, pria yang aku anggap adalah pangeranku ternyata penjahat terbusuk didunia.

Aku mengusap keningku, kenapa terasa bergelombang tak jelas. Aku mencoba mencari kaca tapi Bara sepertinya melihat gelagatku yang sedang panik mencari sesuatu. "Kau kenapa Diandra?" tanya lelaki itu. Aku mengacuhkannya, aku turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. "Di.." ucap Haris tiba-tiba datang dan langsung memelukku. Aku hanya memejamkan mataku, sungguh aku merindukan Haris. Apa dia sudah menikah dengan Bertha? Berapa lama aku tertidur dirumah sakit ini? Aku menatap jarinya dan ya sepertinya dia sudah menikah.

Aku turut bahagia tapi aku terpaksa menyembunyikan perasaanku ini. "Kau punya kaca?" tanyaku wajah haris langsung berubah menjadi tegang "Untuk apa?" tanya dia "Melihat wajahku, aku merasa ada yang aneh!" ucapku. "Ooh itu hanya sementara sayang.." jawabnya sedikit menenangkanku walau aku tahu sepertinya ada yang mereka sembunyikan. Setelah mereka pergi, aku mengendap ke ruang sebelah yang ternyata di toiletnya terdapat cermin ketika aku melihat wajahku, aku merasa shock. Wajahku penuh bekas jahitan. "What the fvck??" jeritku histeris "Apa yang kalian lakukan pada wajahku!!" jeritku histeris sambil menonjok cermin itu sampai pecah dan melukai tanganku.



Bersambung.....

See u next part
Thank you sudah mau membaca ceritaku muaah...

MY PRINCE BARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang