Part 39 : Si Kembar

13K 635 6
                                    

Still Warning 21++ sampai kapanpun...

Happy reading and enjoy it..


Author Pov

3 bulan berlalu....

Diandra menatap ketiga anak kembarnya dengan takjub. Yang Marra begitu mirip denga Bara, Tarra dengan Diandra dan Narra perpaduan Diandra dan Bara. "Mom, boleh aku bermain dengan mereka?" tanya Aber diikuti anggukan Anabelle. "Baiklah, jaga mereka baik-baik!" ucap Diandra sambil mencium kening Anabelle dan aber. Mereka bersorak gembira memeluk dan menciumi adiknya satu per satu.

Bara memasuki ruang tamu. "Kau baru pulang sayang?" tanya Diandra sambil membawakan tas dan melepaskan jas dan dasi Bara dengan terampil. "Yeah... ada yang harus aku bicarakan. Ikuti aku!" ucap Bara sambil berjalan menuju kamarnya. Diandra menyimpan tasnya di atas meja dan menyimpan baju kotor Bara di dalam keranjang cucian. Bara sudah dalam keadaan topless, hanya celana boxer yang masih dikenakan membuat Diandra merindukan sentuhan Bara. "Kau mau bicara apa?" tanya Diandra mencoba menepis gairahnya. "Sudah 3 bulan dari semenjak kau melahirkan...." ucap Bara mencoba mencari kata-kata yang pantas untuk di ungkapkan."Ya?" tanya Diandra bingung. "Bisakah?" tanya Bara sambil memeluk Diandra dengan seduktif. "Aku sudah tidak nifas lagi sayang.... boleh!" ucap Diandra tersipu malu, mengerti apa yang diinginkan oleh Suaminya. Bara menyeringai lalu menatap wajah istrinya dengan lembut. "Bagaimana jika kita membuat bayi lagi?" goda Bara membuat mata Diandra terbelalak. "Ah tidak Bara..." jeritnya ketakutan, Bara tertawa geli melihat ekspresi Diandra. "Becanda... emmh.. Aku mencintaimu, jangan pernah meninggalkan aku sayang..."bisik Bara sambil menempelkan keningnya ke kening Diandra. "Bara..." desah Diandra sambil mengecup bara lembut, tubuh kurusnya merangkul tubuh suaminya membuat Bara sedih, pengorbanan Diandra kepada dirinya dan anak-anaknya sungguh luar biasa. Bara menciumnya dalam dan mulai menelanjangi Diandra, mereka mulai menyalurkan hasrat yang terpendam selama ini.




Bara Pov

Aku terkejut mendengar Hera kabur dari rehab, bagaimana bisa?
Aku tak tahu harus bagaimana, aku memiliki firasat buruk dengan berita ini. Aku segera berkemas untuk segera meluncur ke mansionku. "Kau mau kemana tampan?" ucap Hera tiba-tiba muncul di ambang pintu. "Kau? Kenapa kau melarikan diri?" tanyaku heran "Kau pikir aku akan betah di neraka yang kau ciptakan?" ucapnya sarkastik. Aku menghela nafas. "Ini demi kebaikan kamu. Aku ingin kau sembuh!" ucapku sungguh-sungguh. "Kaulah obatku sayang.." ucap Hera sambil memelukku erat. "Jangan kurang ajar, aku ayah tirimu!!" desisku kasar. "Seberapa hebat dia diranjang sampai kau mengabaikanku Bar?" pekiknya, aku menyeringai. "Bukan masalah ranjang, tapi ha-ti." ucapku menekankan kata terakhir. Hera terkekeh. "Kau tahu sekarang aku membencimu dan jalang itu. Aku akan memusnahkan kalian." jeritnya kesal menerima penolakan dariku "Aku akan menghancurkan kalian berengsek.." teriaknya tambah histeris membuatku mencoba memeluknya agar dia tenang. Hera terisak berguman entah apa, aku berusaha menenangkannya. "Jangan kotori hatimu dengan kebencian. Kita sama-sama salah jadi, cobalah untuk menata hidup yang lebih baik..." nasehatku, Hera menguraikan pelukannya lalu menatapku dengam mata sayunya. "Aku merasa hancur Bara..." isaknya, aku menatap ke dalam matanya yang penuh dengan kehampaan. Hera tiba-tiba menciumku dengan penuh nafsu. Aku mencoba melepaskannya namun dia mengunci tanganku dan terus menciumku dengan dalam. "Bara??" ucap Diandra terkejut melihatku berciuman denga Hera.

Aah... tidak lagi!!

"Apa maksud dari semua ini?" tanya Diandra tajam membuatku mematung. Hera tersenyum sinis "Kami juga pernah berciuman sewaktu di Lido. Benar sayang?" goda Hera seduktif. Aku melotot ke arah Hera. "Benarkah itu Bara?? " tanya Diandra kaget. "Itu tidak seperti yang kau bayangkan." ucapku khawatir "kau berciumankan?" tanya Diandra tajam "Iya tapi..." Diandra memotong. "Cukup Bara, kau selalu membuatku kecewa!!" teriak Diandra frustasi dan berlari meninggalkan ruangan Bara. "Apa kau menjebakku?" tanya Bara curiga. Hera terkekeh. Aku segera mengejar Diandra. "Diandra tunggu!!" teriakku namun istriku tak mau menggubrisnya, dia pergi dengan taksi yang dia tumpangi. Aku segera menuju mobilku dan mengejarnya.

Aku terus mengekorinya lalu mendahului taksi dan memalangkan mobilku. "Hei.. kau sudah gila ya??" hardik supir taksi itu kesal. Aku mengambil dompetku mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan lalu.memberikannya. Aku segera membuka pintu belakang dan menarik Diandra keluar. "Aku ingin menceritakannya. namun waktu itu kau baru keluar rumah sakit!" jelasku sambil memegang tangan Diandra, istriku terus menangis. "Aku benci kau Bara!!" isaknya. "Aku mohon percayalah kepadaku.." pintaku lembut. "Apa yang harus aku percaya??" ucap Diandra ketus. "Hera menjebakku.. Sekarang bagaimana bisa kau pergi ke kantorku, ada perlu apa?" tanyaku. "Bara, aku punya firasat buruk... anak kita!!" ucap Diandra ketakutan, ketika sadar dia sudah meninggalkan anak kami di mansion hanya di temani baby sitter. Kami segera masuk kedalam mobil dan memacu dengan kecepatan tinggi menuju mansion. Aku melihat maid, Anabelle, Aber dan ketiga anak kami sedang bermain bersama, ketika aku akan memasuki halaman Hera datang sambil menodongkan pistol ke arah Diandra. "Hera??" pekik Diandra ketakutan. "Hai mom, bagaimana rasanya bertemu dengan malaikat mautmu?" ucap Hera sambil terkekeh menyebalkan. "Apa lagi maumu Hera??" ucapku sambil menggeram menahan amarah. "Kematian kalian!" ucapnya sinting membuat bulu kudukku berdiri. "Tidak cukupkah kau membuat hidupku menderita?" tanya Diandra ketus. "Mom... Bukan sebaliknya kau yang membuatku menderita? Aku tak pernah bahagia dengan pernikahanku jadi kau pun tak boleh bahagia dengan Bara!!" ucap Hera melantur. "Lalu apa hubungannya dengan kami? Bukankah itu pilihan kalian?" tanya Bara tajam. "Ya pilihan yang sebenarnya bukan pilihan.." ucapnya sedih. Arthur muncul dari belakang Hera, menodongkan pistol ke arah Hera. "Kenapa kau menghianatiku babe?" tanya Arthur kepada Hera yang tubuhnya menegang mengetahui keberadaan Arthur. "Dari dulu aku memang mencintai Bara.." ucap Hera sambil tersenyum simpul. "Bukankah kau sudah melupakannya?" tanya arthur sedih. "Aku pikir menikahimu adalah jalan terbaik. Tapi semua itu salah!!" teriaknya kesal sambil menembak Arthur

Dor!!!

Arthur terjerembab di jalan membuat Diandra histeris ketakutan. "Kau menginginkan aku kan? Bawa aku bersamamu!" ucap Bara mencoba bernegosiasi. "Kau ingin aku membawamu?" tanya Hera senang. "Yess!" jawabku berharap bisa menjauhkan Hera dari Diandra dan anak-anakku.

Aku mengikuti Hera, ketika dia lengah, aku menarik tubuhnya dan memukul lehernya dengan tanganku hingga pingsan. Aku segera menelepon orang suruhanku untuk mengurus Hera dan Arthur.



Bersambung.....

MY PRINCE BARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang