Part 5 : Kebebasan

20.8K 1.1K 3
                                    

Happy Reading....


Diandra Pov

Aku menangis sesegukan, kepalaku benjol terantuk lantai gara-gara si gay mesum akan membuka handuk yang melingkar di pinggangnya. Ada perasaan lega saat tahu kalau pencuri ciuman pertamaku pria normal, dan sekarang otakku yang tak normal. Entah karena terbentur lantai, aku jadi memikirkan mahluk kecil yang sedang berdiri di balik handuk Bara.

Wajahku seketika merona membayangkan seperti apa bentuk kejantanan seorang Batubara Prakasa yang tersembunyi di balik handuk. Bara mengobati benjolku dengan salep kecil sambil memperlihatkan tatapan bersalahnya, sekarang dia sudah memakai pakaian normal. Kaos polo putih dan celana santai hitam. Aku bernafas lega, kalau dia nekad mengobati aku dengan hanya menggunakan handuk. Entah apa yang akan terjadi.

Bara merawatku dengan telaten, aku senang sekali dia berada di dekatku. Aroma maskulinnya benar-benar memabukkan. Semenjak aku tahu Haris sudah bertunangan, perasaanku padanya seperti sirna begitu saja dan tergantikan oleh kehadiran Bara. "Aku ingin berbicara sesuatu denganmu!" ucapnya datar. Aku menatapnya intens. "Apa kau bahagia tinggal bersamaku?" tanya dia. Aku sedikit terkejut dengan pertanyaannya. "Bukankah kau yang menyekapku disini tanpa alasan?" aku balik bertanya. Bara terkekeh. "Awalnya aku takut dan menderita, tapi sekarang aku bahagia. Aku merasa memiliki keluarga kembali. Disini, ditempat ini." ucapku sambil menerawang. "Haris?" tanya dia penasaran. Aku menatap manik matanya yang berkilau. Ingin rasanya aku mengecup mata indah itu, tapi niat itu aku urungkan. "Aku belum sepenuhnya percaya dengan apa yang kau katakan padaku tentangnya. Jadi masih abu-abu!" ucapku ragu. "Apa artinya dia untukmu?" tanya dia. Aku menghela nafasku kasar. "Dia sangat berarti, dia cinta pertamaku walau terkadang aku seperti terobsesi kepadanya. Karena bagiku dia itu sempurna, perasaanku seperti fans kepada bintang favoritnya!" ucapku panjang lebar. Bara tampak memendam amarahnya, aku dapat merasakan kalau dia cemburu. Hahay.... Si gay cemburu padaku... jerit batinku.

Bara sekarang tidak mengekangku, dia memperbolehkan aku jalan-jalan di mansionnya, bahkan aku di beri kartu kredit unlimited. Ya pria tampan dan kaya itu memperbolehkan aku keluar dari mansion untuk berbelanja dengan syarat aku harus pergi dengan sopirnya. Aku bahagia dia memperlakukan aku seperti ratu di mansionnya. Tapi aku bukan orang yang suka aji mumpung, aku tak pernah keluar dari mansion walau Bara sudah mengijinkanku, aku sudah merasa nyaman di mansion ini apa lagi fasilitasnya sangat memuaskan. Jadi untuk apa aku keluar rumah?

Biasanya jam 7 malam Bara sudah pulang, tapi sekarang dia belum juga terlihat. Padahal jam sudah menunjukan pulul 9 malam. Suara motor berderu memasuki halaman rumah Bara. Aku melihat pria tampan dengan mata besarnya masuk ke dalam mansion. Aroma ini sungguh tak asing lagi "Diandra?" ucapnya. "Kau?" tanyaku "Nano!" jawabnya. "Jadi kau yang menyelamatkanku di ruang bawah tanah? Terima kasih banyak..." ucapku tulus. Aku mengenal sosok penolongku itu dari aroma parfumnya. Nano hanya tersenyum " Bara memintaku membawamu." ucapnya to the point. Aku terkejut. " Sesuatu terjadi pada Bara, emh... maksudku dia sedang menyelesaikan masalah. Takut memakan waktu lama, jadi dia menyuruhku membawamu ke tempat yang aman." ucapnya panjang lebar. Aku hanya bisa mengangguk dan menuruti perintahnya.

Bara melepaskanku tanpa alasan dan perpisahan, dia memberiku sebuah apartemen dan kartu kredit unlimited-nya. "Mulai sekarang kau bebas menjalani hidupmu kembali!" ucap Nano sambil pergi meninggalkanku. Aku seharusnya bahagia, sekarang aku bisa pergi sesuka hatiku. Aku takkan terkurung lagi di mansion dengan para penjaga yang selalu mengawasi gerak gerikku.

Tapi sekarang aku justru merasa sedih, aku merasa kehilangan, aku merasa di buang. Setiap pagi aku terbangun sendiri, tanpa ada yang menggodaku, setiap malam aku tak tahu harus menunggu siapa. Biasanya aku menunggu Bara pulang. Apa Bara membenciku sehingga dia membuangku begitu saja??


Bara Pov

Damn it!! Bisnisku di Sukabumi tidak berjalan seperti yang aku harapkan, banyak anak buahku tewas dan barang-barangku yang di rampas oleh sainganku. Aku tahu pelakunya adalah si tua bangka Grace, kepalaku sudah terasa akan pecah mengingat modal yang aku tanam di Sukabumi cukup besar.

Aku harus mengamankan Diandra terlebih dahulu, aku tak mau si tua itu mengendus kelemahanku dan menyakiti Diandra. Aku menyuruh Nano untuk mengurus Diandra, walau aku membebaskannya tapi aku menyuruh mata-mataku untuk tetap mengawasi gadis itu.

Sudah hampir 5 bulan aku di sibukkan dengan kasus di Sukabumi ini, akhirnya aku bisa bertemu dan bernegosiasi dengan tua bangka itu. Kalian tahu, si tua bangka itu adalah orang yang keras kepala. Namun setelah beradu argumen dan mengadu skill kami, akhirnya dia mempercayai kehandalanku. Intinya aku berhasil membuka cabang di Sukabumi. Aku sudah sangat merindukan Diandra, bagaimana dia sekarang setelah peninggalanku yang hampir 5 bulan ini?

Aku memasuki apartemen yang Nano tunjukan di pesan singkat, tempat dimana Diandraku berada. Aku memasukan kode dan klik! pintu terbuka. Hari sudah malam, kebetulan aku sampai ke Bandung tepat pukul 11 malam. Aku memasuki kamarnya dan aku melihat dia sedang tertidur pulas.

Wajah yang kurindukan itu terlihat semakin cantik, walau terlihat segurat kesedihan di wajahnya. Bukan itu, sudut matanya basah seperti habis menangis. Apakah dia menangisi kepergianku? Atau sudah ada orang lain di sisinya? Tapi menurut mata-mataku Diandra lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen dan keluar sesekali sambil membawa kantung belanjaan berisi makanan.

Aku semakin mencintainya ketika aku lihat tagihan kartu kreditku ada dalam batas wajar, bahkan jauh dari nominal yang sering aku keluarkan. Dia begitu hemat dan tidak memanfaatkan kartu kreditnya dengan serakah, pakaian yang ada di mansion dia bawa. Karena dia tak mau belanja, penborosan saja. Itu yang Nano tirukan dari ucapan gadisku.

Aku mengecup lehernya, aku sangat merindukan aroma tubuhnya. Gadis itu menggeliat dan mendesah pelan, aku terkekeh. Mungkin dia merasa sedang bermimpi, mimpi mesum bersamaku. Gadis itu membuka matanya secara perlahan dan kemudian menatapku, melotot dan aku segera menutup mulutnya karena dia akan berteriak. "mmmphh" jeritnya. "Ini aku sayang!" bisikku di telinganya. Diandra menatapku penuh rindu, aku melepaskan tanganku dari mulutnya. Diandra duduk dan menatapku sedih, air matanya mengalir si kedua pipinya yang mulus. "Kenapa kau kembali?"isaknya. "Maafkan aku!'' ucapku lembut. "Kenapa kau tak memberi aku kabar? Kamu meninggalkan aku seperti aku ini sampah di matamu, kau mencampakkanku!!" ucapnya pilu. Aku hanya bisa menatapnya.

Tbc

MY PRINCE BARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang