Part 41 : Fuck me Harder

15.8K 598 4
                                    

Warning 18++

Happy Reading.....


Bara Pov

Aku tertarik dengan kerjasama yang ditawarkan oleh Robinsten Corp. Sebuah kolam renang seluas 10 hektar terdiri dari bermacam-macam wahana air yang tentu saja ini belum ada di Indonesia. "Ben, segera hubungi Mr. Robinsten aku rasa, aku tertarik untuk bergabung..." ucap Bara sambil mengatur ulang jadwalnya. "Besok kita bisa mengadakan rapatnya." ucap Ben sambil menekan ponselnya "Oke.." jawabku lalu membawa map yang harus aku siapkan untuk rapat besok. Aku masih tenggelam dalam pekerjaanku ketika jam sudah menunjukan pukul 3 sore. Aku sudah membereskan semua data untuk besok. "Shit, jam 9 malam.." gerutuku sambil segera membereskan kantor dan meluncur ke basement dimana mobilku terparkir. Hari ini aku merasa sangat suntuk dan lelah. Aku melewati club malam dan berfikir untuk minum sedikit disana.

Aku memasuki club yang sedikit sepi.karena ini hari kerja, aku duduk di meja bar dan memesan vodka. Aku menikmati suasana club dan terpaku pada wanita di sebelahku yang tampak frustasi sambil meminum vodka. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucapnya galak membuatku geli, wanita cantik yang sedang teler memarahiku. Andai itu Diandra, mungkin aku sudah menyeretnya pulang dan memarahinya. "Lebih baik kau pulang, kau sudah terlihat kacau!!" ucapku dingin sambil menyesap minumanku yang menyengat di hidungku. "Aku memang kacau..." ringgisnya lalu menatapku dengan intens. "Hai tampan, apa pedulimu? kau sendirian? Mana istrimu?" ejeknya sambil terkekeh. Wanita gila, mana mungkin aku mengajak istriku yang sedang hamil clubing. Aku tersenyum miring, "Emhh... jangan bilang kau kesini tanpa sepengetahuan dia.." tebak dia sambil sedikit cegukan. "Lelaki memang selalu seperti itu." bisiknya sambil menengak habis minumannya. "Siapa namamu?" tanyaku penasaran." Wine... Wine..." ucapnya sambil bernyanyi di selingi tawa yang entah apa lucunya. "Kau sudah mabuk!" tukasku enggan berurusan dengan wanita mabuk. Aku segera berdiri dan hendak meninggalkannya namun wanita itu tiba-tiba memelukku dan.. Shit... Dia muntah di bajuku. "Hai, kau...!!" jeritku frustasi. Penatku bukan hilang, tapi semakin frustasi yang aku dapat. Aku menyeretnya ke toilet, menjatuhkannya di kloset agar dia melanjutkan permuntahannya disana dan aku membersihkan muntahannya di bajuku. Begitu menjijikan. Ketika aku akan melangkah keluar dari toilet dan meninggalkan gadis itu, gadis itu menangis membuatku tak tega meninggalkannya sendiri. "Kau sedang ada masalah?" tanyaku melunak. "Yes..." isaknya. Dia berdiri lalu mendorong tubuhku ke dinding. "Fuck me harder..." teriaknya seperti orang gila. Aku melepaskan pelukannya "Cukup, aku takkan menolongmu lagi, kau sinting..." ucapku ketus sambil mendorong tubuhnya dari tubuhku. "Bercintalah denganku, katakan bahwa aku tak buruk dalam bercinta.." isaknya. "Cari saja laki-laki lain nona, aku sudah menikah." ucapku dingin lalu meninggalkan gadis itu. Aku mendengar dia meraung raung di dalam toilet. Ah apa peduliku, aku mencintai Diandra dan aku tak mau membuatnya terluka karena ulah gadis gila seperti dia.

Diandra menatapku heran. "Kau minum? Dan kenapa pakaianmu? apa kau mabuk dan terjatuh di comberan?" tanya Diandra sambil melepaskan pakaianku dan merendamnya di ember. "Aku merasa suntuk dan iseng pergi ke club hanya sekedar minum." ucapku sambil menggosok badanku dengan sabun. Diandra mendekatiku dan.membantu menggosok punggungku. "Emmh.... nikmat sekali Di.." desahku ketika Diandra menggosok punggungku yang gatal."Lalu?" tanya Diandra penasaran sambil terus menggosok punggungku. "Seorang gadis pirang muntah di bajuku." ucapku. "Dia mendekatiku aku kira mau apa tahunya memuntahkan isi perutnya disini!" ucapku lagi sambil menunjukan dadaku. "Jangan pergi lagi ketempat seperti itu." ucap Diandra dingin sambil menyiram tubuhku dengan air hangat. Aku memeluknya sehingga pakaian Diandra ikut basah, namun dia tak protes. "Kau cemburu hah?" godaku sambil menciumi lehernya yang jenjang. Diandra hanya mendesah enggan berdebat denganku. Aku melepaskan pakaiannya dan menunggingkannya di pinggir bathtube. Aku memasuki kewanitaanya yang masih terasa mencengkran kejantananku. Diandra merintih nikmat menikmati ayunan tubuhku. Seketika tubuh kami menegang sama-sama mencapai klimaks "Aku mencintaimu Di..." bisikku sambil membersihkan kewanitaannya memandikannya dan menyelimuti tubuhnya dengan handuk. "Berpakaianlah.." bisikku sambil mengecup bibir Diandra namun dia masih diam tak menjawabku. Aku rasa dia marah padaku, mungkin besok dia akan mengerti bahwa aku memang tak macam-macam di club.



Aku memasuki kantorku tepat pukul 7 pagi, aku harus menyiapkan rapat hari ini sebaik mungkin. Aku menatap kotak sarapan yang tadi Diandra buat untukku, aku tersenyum lalu melahapnya sampai habis. "Bara?" tanya Ben yang terkejut melihatku ada di ruangan meeting. "Aku sedang mempersiapkannya!" tukasku dan Ben tersenyum. Tepat pukul 9.45 para kru dari Robinsten Corp. memasuki ruangan rapat.

Deg

Aku terkejut wanita di club itu ada disini. Aku membaca name tag nya Selena Wright, gadis itu sedikit menegang ketika melihatku, mungkin dia ingat sudah memuntahi bajuku dan mengajakku bercinta. Aku fokus pada CEO yang baru saja memasuki ruang rapat. Shit!! What the fuck?!! Aku menatap senyum tampan lelaki yang pernah makan siang dengan istriku. "Perkenalkan nama saya James Robinsten, tuan Bara Prakasa.." ucapnya ramah sambil menyalamiku. Aku hanya tersenyum masam, aku akan bekerja sama dengan pria yang pernah menyentuh istriku.

Rapat selesai, aku segera meninggalkan tempat rapat menuju ruanganku. "Tuan Prakasa..." panggil gadis pemuntah itu. Aku membalikan tubuhku, wajahnya cukup cantik dengan mata hijau memukau dan bibir tipisnya. "Maafkan aku.." ucapnya tulus, wajahnya merona, mungkin otaknya sedang membayangkan dia sudah memuntahiku dan mengajakku bercinta. "Never mine.." ucapku santai. "Boleh aku traktir makan siang? ini murni untuk permintaan maafku atas sikap burukku semalam." ucap Selena. Aku terkekeh. "Maaf Miss Wright, aku tidak suka di traktir wanita." ucapku dingin "Oke... Maaf!" ucapnya kecewa "Kalian sudah saling kenal?" tanya James tiba-tiba sambil menatapku tajam "Tidak Mr Robinsten..." ucap Selena sopan. "Kalian terlihat akrab.." ucap James lagi. Aku menghela nafas. "Bagaimana kabar istrimu?" tanya James ramah. "Baik.." ucapku singkat. "Emh... Mungkin sudah melahirkan, seingatku dia sedang hamil besar waktu itu.." ucap James sambil berfikir. "Yes, dia sudah melahirkan bayi kembar kami.." ucapku mulai melunak. Aku rasa James tidak sebahaya pikiranku. "Kapan-kapan ajak istrimu. Kita makan siang bersama. " ucapnya ramah sambil memberi kode pamit. "Hati-hati dijalan Mr Robinsten" ucapku. "Panggil aku James!" ucapnya "Oke, panggil aku Bara, James!" balasku lalu kami berpelukan. "Senang mengenalmu!" ucap James sambil mengurai pelukannya lalu menyeret Selena pergi.




James Pov

Aku menatap Selena yang terdiam di samping kemudi. "Kau mengenalnya huh?" tanyaku tajam "Kami semalan bertemu di club." ucap Selena singkat. "Oh.." jawabku dingin. "Aku melakukan hal konyol, aku memuntahinya!" ucap Selena sedikit tertawa. "Benarkah?" ucpaku terkejut. "Yeah.. Dia tampak masih marah ketika tadi melihatku ke ruang rapat." ucap Selena sambil menyentuh keningnya. "Oh, itu alasan kau mengajaknya makan siang?" tukasku "Yes, aku tak mau gara-gara memuntahinya bisnis kita jadi terganggu."ucap gadis itu sambil memainkan rambutnya. "Sebenarnya ada yang lebih buruk..." ucap Selena.sambil tersenyum kecut. "Apa?" tanyaku penasaran. "Di club... aku meminta dia.. eemh..." ucapnya ragu "Meminta apa?" tanyaku tambah penasaran. Selena menatapku dengan kesal. "Fuck me harder..." ucapnya lantang membuatku menginjak rem secara spontan.. "Whaat??!!" teriakku.



Bersambung...

Next part bakal ada cerita Haris, Arthur dan anak-anak Diandra.
Thanks for reading.
I love you muaah...
Don't forget to vote and comment

MY PRINCE BARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang