Part 45 : Haris Part

10.6K 620 4
                                    

Happy reading...



Haris Pov

Setelah kematian Abrham aku merasa ada benarnya bisnis haramku ini harus di akhiri. Aku akan jujur kepada tunanganku Bertha dan menikahinya.

Aku pergi ke Prancis untuk menemui Bertha yang sudah aku abaikan cukup lama karena kesibukanku. Aku memasuki apartemennya, ruang tamunya menyala menandakan dia ada di apartemennya. Aku melihat ruangannya sedikit berantakan dan ada baju yang berserakan tepat di bawah sofa. Hatiku merasa berdebar kencang, aku mendengar erangan kenikmatan yang sesekali aku dengar dengan jelas. Aku membuka pintu kamar Bertha, wanitaku sedang menunggangi pria tampan bernetra hijau, mengulum payudara Bertha dengan rakus sambil sesekali wanita itu menjilati leher pria itu sambil bergoyang erotis diatasnya. "Bertha..." ucapku gemetar, tulang rahangku mengeras menahan amarah. Bertha menoleh ke arahku begitupun pria bermata hijau itu. Tubuhnya menegang menatapku dengan sorot mata bersalah. "Ha.. Haris..." gumannya. Aku menatap lekat wajah pria itu. "James Robintsen...." geramku menarik tubuhnya yang masih polos dan menghajarnya habis habisan. Kami bertarung sementara Bertha menjerit histeris. Aku tak peduli, aku memukuli pria itu sampai tak bergerak lagi. Aku meninggalkan apartemen Bertha kembali ke Bali Indonesia. Sejak itu aku tak pernah menemui Bertha lagi, semua sudah berakhir.

Aku mendengar Bara akan berinvestasi di proyeknya Robinsten Corp, kolam renang terbesar dengan berbagai macam wahana, membuka luka lamaku kembali. Aku pikir ini adalah karma dulu aku pernah menghianati Diandra, dan aku sadar akan hal itu.

Aku menutup rapat kehidupanku dan yang Diandra tahu aku sudah menikah dengan Bertha dan kami bahagia sambil membesarkan anak Hera, Albert Luther. Aku tak mau berhubungan lagi dengan wanita mana pun, aku fokus mengurus Albert. Apa lagi jika aku harus melakuan LDR... Long Destination Relationship... Dan menemukan kembali wanitaku sedang bercinta.


10 Tahun kemudian....

Aku menatap Diandra yang tampak bahagia dengan ke tujuh anaknya, ya.. aku sudah kembali ke ibukota setelah 10 tahun aku tak kembali, tapi aku masih belum siap menghadapi mereka. Aku sudah lama menghilang dan jika mereka tahu aku berada disini tanpa Bertha, aku tak mau mereka bertanya, aku belum siap. "Haris...." panggil seseorang yang sangat aku kenal, suara baritonnya. "Bara??" ucapku, dia langsung memelukku dengan erat. "Aku merindukanmu, sahabatku..." ucapnya hangat. Diandra pun menghampiriku dan memelukku. "Haris, aku merindukanmu..." ucapnya setengah menangis sambil memelukku dan mengecup pipiku lembut. "Kau masih sama cantiknya dengan dulu. Tak berubah sedikitpun.. "pujiku dan seperti biasa Diandra tersipu malu.

Aku menatap Aber yang sudah tumbuh menjadi pemuda tampan, di usia 17 tahun dia sudah memasuki jenjang kuliah karena ke jeniusannya. Sama seperti anak Hera, Albert yang kuliah di Harvard Amerika. Anabelle gadis cantik berambut pirang, dia sangat sensual, Marra, Narra dan Tarra si kembar tiga yang masih berusia 10 tahun dan si kembar tampan Haris dan Andrew yang berusia 9 tahun.. Aku bangga Diandra menyematkan namaku pada salah satu anaknya. "Aku merindukanmu Haris, makanya aku menamai dia dengan namamu.." ucap Diandra sambil mengusap kepala Haris dan anak itu hanya menatapku mungkin mengira aku.adalah ayahnya, kami menikmati makan malam dengan suasana yang hangat dan bahagia.

Anabelle menatapku "Jadi kau uncle Haris?" ucap Anabelle sambil menatapku dengan wajah cantiknya. "Emmh... ya, waktu itu kau masih bayi. Aku pernah mengurusmu.." ucapku sambil mengingat saat-saat dimana Abraham dan Diandra bahagia. "Uncle, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya gadis itu. "Apa sayang?" tanyaku sambil memintanya duduk di sampingku. "Bagaimana ayahku dulu? Emh... Aku tahu Daddy bukan ayahku. Mereka pernah bercerita, namun enggan memberitahuku secara detail.." ucapnya sambil menerawang ke taman belakang. "Ayahmu pria tampan dan juga sangat baik. Dia mencintai ibumu dengan sepenuh hati. Emh.. awal bertemunya mereka sangat menarik. Ibumu di culik oleh ayahmu.." ceritaku sambil menatap manik matanya. "Lalu?" tanya Anabelle penasaran. "Dari penculikan itu berbuah cinta, melahirkan Aber dan kau. Diandra mencintai Abraham dengan sepenuh hatinya walau usia mereka terpaut 30 tahun lebih..." ucapku sambil terkekeh. "Dia pantas menjadi kakek Diandra.." godaku membuat Anabelle tersipu malu. "ehmm... Aku rasa Diandra pantas menemukan kebahagiaannyan Uncle dulu adalah cinta pertamanya. lalu ibumu bertemu Bara dan jatuh cinta pada Daddy. Namun Daddy mu waktu itu tergoda oleh Aunty mu... " ucapku sedikit muram. "Aku ingin tahu soal Aunty Hera.." ucap Anabelle. "Dia gadis kuat berhati rapuh, Ayahmu salah mendidiknya hingga Aunty tumbuh menjadi pribadi yang egois. Hera merebut Daddy...... "Aku menceritakan secara detail semuanya sampai aku membahas Albert anaknya Hera. "Uncle, aku ingin bertemu Albert.. Dia pasti anak yang baik seperti Uncle. Aku yakin uncle bisa mendidiknya dengan baik.." puji Anabelle. Aku terkekeh. "Albert anak yang kuat, dia seperti Abraham, ayahmu!" ucapku sambil menyeruput kopiku. "Apa Uncle mengenal uncle James?" tanya gadis itu malu-malu. Aku tertegun, James? "Siapa uncle james?" tanyaku, "Dia teman bisnis Bara dari Robinsten Corp. Kolam renang yang di Sukabumi itu. " Jelas Diandra sambil menyodorkan kudapan kepadaku. Tubuhku menegang, aku merasa aneh. Ada hubungan apa antara Anabelle dan james? "Kau menyukai Uncle James?" tebakku. Wajah anabelle merona. "Emh... dia uncle favoritku dan sudah 5 tahun dia menghilang..." ucap Anabelle denga wajah sedih. "Ya, James sangat baik pada kami. Dia selalu membantu keluargaku. Dia sepertinya sangat sibuk hingga tak bisa bertemu kami. " ucap Diandra sambil menyeruput coklat hangatnya. Anabelle tersenyum "Oke uncle Haris, aku pergi, aku akan mengerjakan tugasku dulu..." ucap gadis itu sambil mencium pipiku dengan lembut. "Gadis itu sepertimu Di.. " ucapku. "Ya, emh.... Haris, kenapa kau tak menikah?" tanya Diandra membuat jantungku mencleos. "Emh..." ucapku gugup. "Aku tahu, kau dan Bertha tak pernah menikah. Juga kisahmu. " ucapnya sambil menatapku tajam "Aku trauma, aku terlalu sibuk membesarkan Albert.. " ucapku. "Kau pria tampan dan baik. Bukalah hatimu Haris... Kau pantas bahagia.." ucapnya sambil menggenggam tanganku. Diandra masih seperti dulu, cantik, pengertian dan lembut. Aku sangat menyayanginya. Sangat....



Bersambung....

MY PRINCE BARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang