Part 37 : Terjerumus

13.4K 649 1
                                    

Happy reading, dont forget to vote and comment.. thank you...



Masih Bara Pov


Aku merasa bersalah sudah menyakiti Diandra, aku menatap wajah kesakitannya. "Dokter apa yang terjadi?" tanyaku cemas Dokter Silva hanya menatapku lalu memeriksa Diandra dengan seksama. "istri anda mengalami pendarahan, dia mengalami stres!" ucapnya. "Apa dia baik-baik saja?" tanyaku lagi. "Syukurlah mereka baik-baik saja. Hanya butuh istirahat total." ucap Dokter Silva sambil menuliskan resep vitamin. "Kau jangan terlalu menekannya, kandungannya sudah besar dan mengandung 3 bayi itu bukan hal yang enteng.." ucap Dokter Silva sambil memberikan resep yang tadi dia tulis. Aku menatap wajah cantik Diandra, dia mulai siuman mengerjapkan mata indahnya. Dia melamun sebentar kemudian menatapku sedih "Aku dimana?" ucapnya pelan. "Kau istirahatlah sayang..." ucapku lembut. Diandra menatapku terluka. "Kenapa kau membenciku?" ucapnya sedih. Aku menghela nafas. "Aku cemburu, aku tak suka pria lain menyentuhmu dan kau belum juga mencintaiku!" ucapku memelas  sambil menatap wajahnya. "Aku waktu itu lapar, aku tahu kau sibuk makanya aku makan sendiri." ucapnya dengan mata berkaca kaca. "Sstt... sudahlah, aku percaya padamu. Sekarang istirahatlah" ucapku lembut. Diandra menggeserkan tubuhnya ke samping "Peluk aku..." ucapnya manja. Aku terkekeh, aku menaiki ranjangnya dan memeluk tubuhnya dengan erat. "Apa bayi kita baik-baik saja?" tanya Diandra sambil memainkan jemariku yang mengunci tubuhnya di tubuhku. "Yess..." jawabku singkat sambil melepas kancing baju tidur Diandra perlahan tanganku menyusup ke payudaranya dan memilin putingnya. "Emmh..."desah Diandra sambil menggesekan kepalanya ke dadaku. "Enak hmm...??" tanyaku menggodanya, wajah cantiknya merona. "Stop please..." pinta Diandra namun aku enggan menghentikan tanganku, aku neremas payudaranya lembut sesekali aku mengecup lehernya. Diandra meremas kejantananku yang sudah menegang. "Arrghh..." erangku sambil memberikan kiss mark di lehernya. "Bara..  ini di rumah sakit..." bisiknya sambil mengecup bibirku lembut. "I know honey..." ucapku terkekeh sambil melepaskan payudaranya. "Istirahatlah.." ucapku lagi sambil memejamkan mataku. Dia pun tak berbicara lagi, tak lama dengkuran halusnya terdengar... Isteriku sudah tidur.. Aku mengecup tengkuknya dan memeluknya dengan nyaman.


*********

Aku menatap ke arah Hera dan Arthur. "Kalian disini?" tanya Diandra bahagia. Hera mengangguk dan langsung memeluknya. "Mom bagaimana keadaanmu?" tanya Hera lembut "Baik sayang.." ucap Diandra lemah "Mom... Kami memutuskan untuk tinggal dan menetap di Italia. Maka dari aku kesini dulu, pamit!" ucap Hera  "Tapi kami tak menyangka, mom masuk rumah sakit karena pendarahan. " ucap Arthur sambil menyalami Diandra. Diandra menatap kearahku yang sedang menatap mereka. "Aku harap kalian menjaga diri kalian baik-baik di sana dan jangan lupa memberi kami kabar.." ucapku tulus sambil memeluk Hera dan Arthur bergantian. "Aku akan merindukanmu Dad!'' ucap Hera canggung. Aku pernah jadi kekasihnya dan sekarang telah menjadi ayah tirinya. Sungguh menggelikan. 

Aku sedikit curiga melihat gelagat mereka, tapi aku pikir mereka tak mungkin masih menjalankan bisnis haram, toh warisan yang diberikan oleh Abraham cukup sampai 7 turunan bahkan takkan habis-habis. Aku melihat Hera tampak kurus dan pucat begitupun Arthur. "Apa kalian baik-baik saja?" tanyaku curiga. "Ya, emang kenapa Dad? Kami baik-baik saja, hanya kelelahan.." ucap Hera sedikit kikuk. Aku melihat tangannya yang terlihat bintik-bintik. (Gambar Ilustrasi)

"Apa ini Hera?" tanyaku langsung menarik tangan sebelah kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ini Hera?" tanyaku langsung menarik tangan sebelah kirinya. Hera tampak terkejut dan ketakutan. "Ini bukan apa-apa!!" tukasnya ketus. Aku segera menyeret Hera keluar dari ruangan Diandra. "Kau pemakai?" tanyaku tajam, aku tahu dia menggunakan putaw. Hera menggelengkan tangannya "Sejak kapan?" ucapku memaksa. "Bara, kau tak usah mencampuri urusanku!" pekiknya kesal. "Aku peduli padamu!" ucap Bara cepat. "Peduli dalam artian apa Bar?? Cinta?" sindir Hera tajam "Aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri Hera!" tukasku menepis ucapannya. "Sudahlah, kau hanya seorang ayah tiri, kau tak bisa mengaturku, aku pemakai atau bukan, itu bukan urusanmu!" teriaknya kesal

Plak!!

Aku menamparnya, aku tak tahu Diandra sudah ada di ambang pintu. "Bara hentikan!" jerit Diandra mencoba melindungi Hera. "Kenapa kau memukulnya?" tanya Diandra bingung. Aku mendengus kesal. "Hera mengkonsumsi narkoba." jelasku sambil menarik lengan Hera dan memperlihatkan bekas suntikan di tubuhnya kepada Diandra. "Hera apa yang kau lakukan pada tubuhmu?" tanya dia shock. "Diandra, kau tak usah mengaturku, aku begini juga karena kau!" ucapnya ketus membuat Diandra menatapku meminta penjelasan. "Ya Diandra ini karena kau, aku dan Arthur harus menderita menjauh dari keluarga karena hubungan kami. Andai kau tak merebut Bara dariku!" pekiknya keras sambil mendorong tubuh Diandra. "Kau gila!" ucapku keras kepada Hera sambil memeluk Diandra yang ketakutan, tubuhnya terasa menggigil. "Bara perutku sakit..."isaknya Aku memperhatikan tubuh Diandra, Ya Tuhan kakinya.....

Sepertinya pendarahan Diandra tak bisa di hentikan, dokter menyarankan untuk operasi. Diandra tampak tegang, aku menatapnya khawatir. "Bara... Aku takut..." ucapnya lirih "Kau akan baik-baik saja.." tukasku mencoba menenangkan. Aku meminta Haris untuk menangani Hera dan Arthur.

Aku cukup shock ternyata Arthur dan Hera sama-sama pecandu narkoba, apa yang harus aku ceritakan pada Diandra. Haris menyarankanku untuk merehab mereka, walau Arthur dan Hera tampak menolaknya. "Untuk sementara, kurung mereka!" pintaku pada orang suruhanku. Aku menatap Diandra yang sudah dikuasai obat bius untuk melakukan tindak operasi. Tubuhnya lemah dan resiko keselamatan bayi terancam jika kami tidak segera menindak lanjutinya dengan operasi.

Aku tertegun melihat ke 3 bayi kami yang lucu. 2 bayi perempuan dan satu laki-laki.

Mereka tampak sehat dan lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka tampak sehat dan lucu. Ada rasa bahagia karena menjadi seorang ayah dan rasa sedih merasa gagal menjadi ayah tiri. "Abraham.... maafkan aku!" desisku sesak. Aku tak tahu pengobatan apa yang pantas buat kecanduan mereka, aku merasa ngeri dan berdosa. Mungkin inilah karma karena aku dan Abraham dulu menjual narkoba dan tak menghiraukan si pemakainya. Yang ada di otak kami cuma uang dan uang. Aku memasuki ruangan Diandra dan duduk disampingnya sambil menelungkupkan wajahku "Bara..." ucap Diandra sudah mulai siuman. "Sayang..." ucapku sambil mendekatinya dan mencium keningnya. "Bayi kita..." ucapnya pelan. " Baik sayang mereka tampan, cantik dan sehat!" ucapku sambil memperlihatkan foto mereka di ponselku. "Mereka masih lemah jadi mereka masih berada di inkubator." ucapku menjelaskan. Diandra mengangguk pelan. Aku mengecup tangannya yang kurus, aku tak menyadari jika Diandra sekarang lebih kurus padahal dia makan sangat banyak sekali. " Kau kurusan?" ucapku sambil memperhatikan tubuhnya. "Iya, mungkin semua lemakku pindah ke bayi mungil kita." kekehnya sambil menatapku lemah. "Istirahatlah sayang..." pintaku sambil mencium bibirnya. Diandra hanya mengangguk pelan.


Bersambung....

MY PRINCE BARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang