Part 14 : Perselingkuhan

19.8K 1K 4
                                    

Happy Reading....



Diandra Pov

"Hera...aah..."desah Bara ketika kami sama-sama merasakan pelepasan. Tubuhku menegang, apa aku tak salah dengar?? Aku menatap Bara yang acuh kemudian menggulingkan tubuhnya ke sampingku dan tertidur lelap. Apa aku tak salah dengar, Hera? jerit batinku. Aku memejamkan mataku mencoba mencerna atau berharap aku mengantuk, tapi hatiku hanya terasa semakin sakit. Aku bangkit dari tempat tidur dan segera memunguti bajuku dan pergi ke kamar mandi. Aku mengguyur tubuhku dengan air dingin di bawah shower. Aku menangis sejadi-jadinya.

Aku menghanduki tubuhku asal dan memakai baju tidurku, aku menatap jijik ke arah Bara yang masih tertidur pulas, aku teringat kembali ketika tadi melihat leher dan dadanya penuh dengan kiss mark, yaa dari siapa kalau bukan oleh wanita jalang itu. Sudah sejauh itukah hubungan mereka??  Aku berjalan keluar kamar menuju taman belakang, mungkin aku bisa menenangkan diri disana.

Aku berjalan menuruni tangga secara perlahan dan menyusuri lorong. Aku sampai di belakang mansion Haris, aku duduk di sofa sambil memandang pekatnya malam keluar jendela. Air mataku mulai menetes, aku terisak kembali teringat bayang-bayang Bara melakukan pelepasan sambil memanggil nama wanita lain dan aku mengingat kejadian sewaktu di club dan juga di mansion. Mereka begitu intim dan Bara mengabaikanku. Apa arti percintaan yang tadi kami lakukan? Apakah hanya pelampiasan saja? jerit batinku. Tiba-tiba sebuah tangan besar yang hangat mengusap pundakku. Aku menatap kearahnya. "Kau belum tidur dan.. heii... kenapa kau menangis?" tanya Haris bingung. Aku berusaha tersenyum sambil menghapus air mataku yang tentu saja takkan bisa menghapus gurat kesedihan di wajahku walaupun aku tertawa sekalipun. Haris menyentuh wajahku namun aku menolak. "Aku baik-baik saja" ucapku "Seperti ini?"tanya Haris sambil tersenyum kecut. "Haris, apa Bara mencintaiku?" tanyaku penuh keraguan. "Kenapa kau bahas ini lagi?" tanya Haris heran "Percayalah pada Bara, dia mencintaimu" ucap Haris meyakinkanku. "Bolehkah aku meminta sesuatu padamu?" tanyaku "Apa?"tanya Haris "Aku tak bisa mengatakan sekarang, tapi suatu saat aku meminta. Kau mau membantuku?" tanyaku meminta kepastian. Haris tersenyum "Aku pasti membantumu dan apapun itu aku akan kabulkan!" ucap Haris membuat hatiku sedikit tenang. "Bara sepertinya jatuh cinta lagi...."ucapku. bergetar "Dia bercinta denganku tadi dan pada akhir... dia menyebutkan nama seorang gadis..." ucapku lirih sambil menatap Haris "Aku tak tahu harus berkata apa Di..." ucap Haris dan aku hanya bisa menangis tak berdaya. Apa yang sebenarnya terjadi? jerit batinku "Aku mohon jangan beritahu Bara, aku ingin menyelidikinya dulu. Apa yang sebenarnya terjadi..." ucapku sambil menghapus air mataku yang terus mengalir dikedua pipiku sambil berdiri. "Maafkan aku yang tak bisa menjagamu, yang tak bisa menghargai cintamu dulu..."ucap Haris, aku terkekeh "Aku hanya terobsesi padamu dan kau, mungkin kau mengira mencintaiku dan ternyata tidak.. Haris sudahlah, andai sesuatu terjadi padaku. Aku akan berjuang sendiri, aku tak mau merepotkanmu" ucapku sambil pergi meninggalkan Haris.

Aku berjalan menuju kamarku, aku khawatir Bara sudah bangun dan ya tempat tidur kami kosong aku mencarinya ke kamar mandi juga kosong. Aku sempat tertegun sejenak, bingung mencari Bara kemana, apa dia mendengar pembicaraanku dengan haris? Aku segera mencari Bara, menuju dapur mungkin dia haus. Namun tak ada, aku segera menemui Haris yang masih duduk di sofa belakang mansion. "Kau melihat Bara?" tanyaku dengan nafas tegesa, Haris mengerutkan keningnya. Aku mendengar suara erangan, jeritan kecil dari kamar Hera. Kami pun mendekat ke arah sumber suara. Aku beranikan diri membuka pintu kamar Hera dan...

cklek...

Deg..

Jantungku serasa berhenti berdetak, aku melihat Bara mencumbu Hera dengan penuh gairah. "Ba.. Bara..." ucapku kaget. Mereka tampak terkejut, Haris langsung menggeram dan menerjang Bara. Mereka saling memukul dan tentu saja Haris yang menang karena Bara di posisi yang tidak siap. Hera hanya menjerit histeris ketakutan dan aku hanya diam terpaku melihat  mereka berkelahi. Aku tak perlu susah payah menyelidiki, Tuhan begitu sayang kepadaku hingga kenyataan pahit ini langsung menamparku.

Aku menatap Hera dengan penuh kebencian, aku menghampirinya dan menjambak rambutnya "Kau jalang!!" hinaku kesal, Hera tak terima dia mendorongku dan menerkamku menjambak rambutku, ternyata perempuan iblis itu lebih kuat dariku, dia menindih perutku dan menamparku seperti kesetanan. Aku menjerit histeris karena aku merasa perutku sakit. Dia terus memukuli wajahku dengan membabi buta sambil menduduki perutku. Harusnya aku yang marah, kenapa dia yang membabi buta seperti ini??  "Haariiiiissss...."Jeritku, Haris segera menghentikan aksinya dan mendorong tubuh Hera yang masih polos menjauhiku. Aku terus menjerit dengan wajahku yang penuh lebam dan cakar akibat ulah Hera. Rambutku acak-acakan tak karuan dan aku kesulitan bangun, perutku sakit. "Diandra..." ucap Haris panik melihat keadaanku. "Sakiiitttt.... Aakh..." ringgisku. Nano muncul dari balik pintu mendengar keributan dan menatap keadaan di kamar Hera yang berantakan "Nano, panggilkan ambulans.."Jerit Haris panik. Aku menatap Haris yang begitu melindungiku, tapi aku hanya terluka di wajah, aku yakin wajahku hancur karena jalang itu, tapi kenapa Haris begitu panik? Aku mencoba bangkit namun Haris melarangku "Diamlah Di!!" teriaknya padaku panik. Aku menatap ke arah Bara yang wajahnya babak belur, ya dia sedang diperiksa luka diwajahnya oleh jalang itu. Ada perasaan sakit, namun aku tak berdaya. Kembali aku menatap Haris yang mencoba tenang namun tetap dimatanya ada rasa panik. Dia segera menggendongku dan membawaku keluar dari kamar Hera, "Urusan kita belum selesai Bara!!" ucap Haris sebelum membawaku pergi. Aku hanya menangis, ya Tuhan kenapa bukan Bara yang melindungiku dan memberiku perhatian seperti ini. Kenapa dia malah melukaiku, menhianatiku. Aku sedang mengandung anaknya, tidak bisa puaskah dia dengan satu wanita?

Mataku mula terasa berat, aku merasa sekujur tubuhku  teramat sakit. "Bertahanlah Di!!" pinta Haris setengah menangis."Sakiit... Apa aku akan mati?" erangku kemudian aku tak mengingat apa-apa lagi.



Bersambung....

Part yang sangat sulit ditulis, soalnya cerita mulai gaje hihihi...

Budayakan vote n comen buat penyemangat dan kemajuan author hahaha

Boleh kok kasih saran ceritanya mau di gimanain...

see u next part muaaah

MY PRINCE BARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang