Di part ini aku mix bahasa inggris ya? Tapi gak banyak kok^^ nanti part berikutnya baru Indonesia
____________________________________________
Livia melepaskan topi yang menutupi rambut coklatnya. Ia juga memakai syal pink milik ibunya. Ibunya suka sekali merajut, sayang, Livia tidak bisa memberikan ibunya syal. Ia tidak tahu cara merajut. Menghabiskan waktu, ia menunggu tiba sambil memesan makanan. Pramugari itu tersenyum manis, "Ada yang bisa saya bantu?"
Livia mengangguk, "Bisa minta makanan?"
"Tentu saja. Anda ingin memesan apa? Kami menyediakan kentang goreng dan ikan."
Livia terdiam sebentar sebelum tersenyum, "Kentang goreng dengan coca cola dan es yah?"
Pramugari itu mengangguk dan pergi.
Livia beruntung karena ia ditempatkan di kelas VIP. Hanya ada ia dan seorang kakek yang duduk di belakang. Saat tadi ia masuk, kakek itu tampak membaca bukunya. Livia sedikit penasaran dengan kakek itu. Tapi ia tak berani menyapa. Mendesah bingung, ia berdiri, mengambil tasnya dengan maksud mengeluarkan MP3 Playernya. Tapi sesuatu melintas dalam pikirannya.
Sesuatu yang ia lupakan. Apa ya? Livia mencoba berpikir. Baju hangat? Sudah. Buku? Sudah. Peta? Sudah. Sepatu bot? HP? Baju? Rok? Gaun? Jeans? Boneka bantal awan? Juga jelas sudah. Lalu apa yang belum? Lama berpikir, Livia tak menemukan jawabannya. Akhirnya ia mengabaikan pikirannya.
Saat mendengar musik, pramugari membawakannya makanan. Livia mengangguk, "Terima kasih."
Pramugari itu tersenyum dan pergi. Livia menyantap makanannya. Kurang dari 5 menit, makanan ludes di mulutnya. Ia berdiri dan menuju toilet, hendak membasuh mulutnya saat buku lelaki tua itu terjatuh tepat di kakinya. Ia berjongok, mengulurkan buku itu pada si lelaki tua yang tampak kaget.
Mungkin dia tak berharap aku mengambilnya, pikirnya muram. Ia berjalan ke toilet tanpa menyadari lelaki itu membuka buku yang terjatuh dan mengeluarkan selembar foto. Penelope! Dia Penelope!
Saat gadis itu keluar, ia membetulkan letak duduknya dan menatap lebih teliti Penelope. Lama kemudian ia menggeleng. Bukan, itu bukan Penelope. Rambut Penelope merah, bukan coklat. Matanya biru, bukan hitam. Dan Penelope sedikit lebih tinggi. Lagipula kalau iya, harusnya Penelope juga terkejut melihatnya, tapi ini tidak. Mungkin, hanya gadis yang sangat mirip. Atau mungkin.. Penelope hilang ingatan?
Yah, itu mungkin saja kan? Ia berdiri dan mendekati gadis itu. "Ehm.."
Gadis itu menengok, menatapnya bingung. "Ya?"
Lelaki tua itu tersenyum sopan. "I just want to say thank you."
Gadis itu menggeleng pelan, "Its ok Sir."
"Can we talk a moment? I'm bored here."
Gadis itu tersenyum sopan, "Sure. Why not?"
Setelah ia duduk, si gadis mengulurkan tangannya, 'Let me itroduce my self. I'm Livia Larodi. 25 years old."
Lelaki itu mengernyit bingung. Larodi? Kenapa sama seperti nama Antonio? Tapi ia menjabat tangannya, "You can call me Robinson. I'm 50 years old. Anyway, you're going for vacation?"
Livia menggeleng perlahan, "Honestly not. I.. what that mean? Ehm.. I try to free and I choose England to doing that."
Robinson mengernyit bingung, "Free? Are you a..?"
Livia terkekeh, "No. But, I never go before without my brother's. This is the first time."
Robinson mencatat dalam hati. Livia Larodi, mempunyai kakak lebih dari1, dan ini pertama kalinya ia pergi ke Inggris.
"Are you Indonesian?"
Livia menggeleng bingung, "Perhaps not, perhaps yes. My father from Indonesia and my mother from Australia."
Ah, darah campuran. Berarti ia bukan Penelope. Robinson kemudian berbicara lebih banyak hingga tak sadar bahwa pesawatsudah siap menda
Robinson tersenyum, "Time to landing. Hope i can see you again Livia."
Livia mengangguk, "I hope so."
Robinson kembali ke tempat duduk dan memasang sabuk pengamannya. Livia Larodi, gadis polos yang menarik. Seandainya dia gadis dalam ramalan, pasti Robinson akan menceritakan tentang Penelope.
Saat tiba di bandara, Livia langsung membuka tasnya, berniat mencari uang untuk membayar taksi. Tapi ada 1 masalah. Ia tidak membawa uang yang disiapkan! Gawat! Pantas saja ia merasa ada yang tertinggal! Bagaimana ini? Ia berniat meminta tolong pada Robinson, tapi lelaki tua itu sudah lebih dulu keluar.
Livia mencari lelaki itu dibandara. Langit kota sudah gelap, yang berarti malam tiba
Saat melihat sosok lelaki itu dari belakang, Livia berseru, "Mr. Robinson!"
Lelaki itu menoleh tepat saat mulut Livia dibekap. Livia meronta-ronta panik. Apa? Ada apa ini?
"Hmph! hmph!" serunya tertahan di balik sapu tangan beraroma tajam.
Ia menatap putus asa saat lelaki tua itu mencari ke sekeliling. Hal terakhir yang Livia lihat adalah koper dan tasnya tertinggal.
Robinson mencari asal suara itu , tapi ia tak menemukannya. Ia hendak masuk ke taksi saat matanya menangkap koper dan tas Livia. Karena bandara sepi, ia lebih mudah melihatnya. Robinson mengira ia salah lihat jadi ia mendekat. Tapi tas itu memang milik Livia. Hanya, dimana wanita itu? Ia berbicara pada salah satu petugas keamanan bandara. "Apa kau melihat pemilik koper dan tas ini? Dia menghilang begitu saja."
Petugas itu menatapnya datar, "Mungkin dia tersesat. Apa kau sudah coba mencarinya?"
Robinson menggeleng, "Dia tidak tersesat. Aku jelas mendengar teriakannya, tapi kemudian dia menghilang."
Petugas itu mengangguk perlahan, "Baiklah. Kita lihat kamera keamanan."
Bersama mereka menuju ruang keamanan. Petugas itu membuka pintu dan berbicara pada petugas wanita lain, "Aku mau melihat rekaman malam ini."
Robinson mengangguk, "Mungkin 5 atau 10 menit lalu."
Wanita itu mengangguk. Ia mengerakkan mousenya, mengklik daftar rekaman dan menampilkannnya. Terlihat beberapa orang keluar, termasuk Robinson. Lalu ada sosok Livia disana. Robinson berseru, "Stop! Putar lebih lambat."
Petugas itu melakukan apa yang diperintahkan. Mereka melihat Livia tiba-tiba ditarik ke samping dan menghilang. "Perbesar layar."
Layar diperbesar.
"Pusatkan pada wajah si lelaki."
Mereka terkejut melihat incaran para polisi,Dominic, yang dicari di 20 negara membekap Livia. Robinson keluar dan menelpon seseorang. Sementara petugas wanita mencari tahu keberadaan Livia dan petugaslain menghubungi bantuan
___________________________________________________________________
Suka cerita ini?
Tunjukkan apresiasi dan dukungan kalian ke authornya dengan cara ⬇️⬇️⬇️
Ikuti akun FoxyRibbit
Ketik komentar
Vote cerita ini
Follow akun IGnya di Livia_92 dan FoxyRibbit
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)
Historical FictionLivia Larodi, si bungsu dan wanita satu-satunya dalam keluarga, pergi ke Inggris untuk membuktikan pada kedua saudaranya bahwa ia mampu mandiri tanpa mereka. Sayangnya, di perjalanan ia kehilangan semua barangnya. Keesokan harinya, ia menemukan diri...