Livia terbangun pagi-pagi sekali saat ia mendengar bunyi ketukan dari balik pintunya. Dolphie yang tertidur di bawah dalam keranjang kayu besar, mengaing kesal karna diganggu.
Livia mengusap keningnya, mengucek mata dan menatap jam yang ada di meja samping kasur. Ia menyalakan lampu, berjalan ke arah pintu dan mengerutkan dahi menatap Nath yang tampak gelisah.
"Ada apa?" tanyanya.
Nath tersenyum kecut dan berbisik pelan.
"Aku minta maaf membangunkanmu tapi, aku dan Eve akan pulang.""Pulang?"
"Ya. Kami sudah membereskan koper dan memesan tiket."
Livia menggeleng sebentar sebelum memfokuskan pikirannya. Rohnya belum sepenuhnya masuk dalam tubuhnya. "Tunggu. Jadi, kau dan Eve mau pulang, tiba-tiba di jam ini?"
Livia memperjelasnya saat Nathalie mengangguk.
"Kenapa?"
Nath menggeleng lemah dan Livia memijat keningnya, "Aku akan bertanya pada Eve."
Tapi Nath menahannya, memegang tangan Livia saat matanya memelas. Wanita itu kesulitan bicara saat memilih kalimatnya. "Eve..dia..jangan temui dia dulu. Dia dalam suasana hati tak baik."
Kening Livia berkerut dalam. "Aku tak paham. Apa maksudnya?"
Nathalie mengalihkan pandangan dan Livia memutar ulang ingatannya hari ini. Natjalie dan Evelyn datang mendadak akibat pemberitahuan yang juga mendadak. Lalu mereka bertanya pada Livia alasan ia menikah dan wanita itu hanya tersenyum.
Lalu pernikahan terjadi dan Livia ingat kedua saudari ini masih baik-baik saja. Lalu malam pernikahan, Raphael membiarkan ia tidur sendirian. Mereka masak bersama dan... saat Livia kembali ke kamar ia bertemu kakakknya.
Livia menggunakan kesempatan itu untuk menjadi mak comblang kakaknya dan Evelyn tapi Antonio mengucapkan kalimat kasar dan... Livia mendengar bunyi 'duk' pelan.
Otak Livia berputar cepat dan ia memicingkan matanya. "Apa...Eve mendengar percakapanku dan Antonio tadi?"
Nath tak menampakkan ekspresi apapun dan kepalanya mengangguk pelan. Memejamkan mata penuh sesal, Livia mengumpat atas kebodohan Antonio.
Ia melewati Nath, bergegas ke lantai dua dan membuka pintu tamu. Livia menatap Eve yang terduduk menangis di kasur sementara tangannya meremas tissue.
Livia masuk, mendekat dan otaknya memilah kalimat dengan hati-hati.
"Eve? Apa yang kau dengar..itu tidak..tidak benar.""Maksudmu Antonio menyukaiku?" tanya Eve menatap ke arahnya.
Livia menelah ludah. "Yah..yah tidak juga..maksudku belum. Kakakku belum melihat kalau kau berbeda dari wanita lain yang biasa ia kencani."
"Aku gemuk dan jelek, aku tahu," ucap Eve kesal.
Livia menjambak rambutnya dan menarik nafas gugup. "Antonio mengatakan itu karna aku mendesaknya terlalu jauh. Dia belum siap mengakui kalau dia menyukaimu."
"Dan itu keluar dari mulut seorang wanita yang menikahi pria asing?" sindirnya saat wajah Livia memerah.
"Eve..."
"Kau tahu perasaanku bagaimana saat ini! Jangan halangi aku Livia. Aku mau pulang."
Livia terdiam lama sebelum ia mengangguk pasrah. "Baiklah. Tunggu sebentar aku akan mengantarmu."
"Tak perlu."
"Sangat perlu," bantah Livia keras. "Tunggu sebentar akan ku minta sopir mengantar kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)
Historical FictionLivia Larodi, si bungsu dan wanita satu-satunya dalam keluarga, pergi ke Inggris untuk membuktikan pada kedua saudaranya bahwa ia mampu mandiri tanpa mereka. Sayangnya, di perjalanan ia kehilangan semua barangnya. Keesokan harinya, ia menemukan diri...