31. 2nd MOVE..

20.3K 1.6K 30
                                    

Livia buru-buru mengunci pintu kamarnya dan ia menahan pintu dengan punggungnya sendiri sewaktu ia tersenyum lebar. Ia tak menyangka kalau ia bisa senekat itu.

Ia tak dapat menyembunyikan senyumnya. Livia buru-buru berlari ke arah ranjangnya, meraup netbooknya. Ia tak tahu apa yang harus dikenakan untuk besok atau bagaimana ia harus bersikap.

Saat seperti ini ia harus bertanya pada ahlinya. Tak mungkin ia menanyakannya ke Antonio atau Michael. Mereka malah akan menyesatkannya. Atau mungkin malah langsung datang dan menganggu.

Eve? Apalagi. Gadis itu memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat rendah dan belum pernah berpacaran. Tak akan membantu. Jadi ia harus menelpon Nath.

Terasa tak etis memang karna Nath adalah sekretaris kakaknya dan mereka berdua tak berteman ataupun cukup erat. Mereka hanya saling mengenal sambil lalu.

Tapi tak ada pilihan lain yang ia punya. Jadi Livia mengirimkan pesan ke Nath, meminta wanita itu ber-Skype dengannya.

Livia menatap wajah Nath yang tengah merias dirinya saat Livia menelponnya. Wanita itu meringis sesal seketika.

"Apa aku menganggumu? Kau ada kencan?" tanyanya tak enak.

Nath mengibaskan sebelah tangannya ke udara saat memutar bola matanya. "Kakakmu memintaku menemaninya ke pesta. Tapi aku malas pergi. Ada apa?"

"Pesta apa? Pesta perusahaan?"

"Kurasa. Michael tak memberitahuku pesta apa dan tak ada jadwalnya."

Itu aneh, pikir Livia. Mich jarang membawa sekretarisnya ke pesta. Well, tak pernah sebenarnya. Yang selalu ia bawa adalah kekasihnya.

Mengabaikan pikiran buruknya, Livia tersenyum kecil. "Begini, besok aku dan Raphael akan keluar. Tapi aku tak tahu baju apa yang harus dipakai."

"Pakai saja baju biasa," jawab Nath datar.

"Ini..kencan pertama kami."

Nath mengerutkan dahinya bingung lalu mengangguk-angguk saat teringat bahwa pernikahan Livia dan Raphael terlalu terburu-buru. Dan tentu saja mereka tak melewati tahap pengenalan yang sewajarnya.

"Kau punya bayangan baju apa yang mau kau kenakan?"

Livia menggeleng, tampak hopeless.

"Dress. Pakai saja dress. White dress. Pria selalu suka wanita memakai dress, apalagi di kencan pertama."

Mata Livia tampak tertarik dan ia buru-buru mencatat informasi itu dalam otaknya. Ia memajukan wajahnya. "Lalu?"

"Berdandanlah yang cantik. Makeup mu jangan terlalu tebal. Pakai lipstik pink, jangan pucat. Lalu kau bisa mengcurly rambutmu."

"Aku akan minta Sophie melakukannya untukku. Apalagi?"

"Hindari makanan yang membuat gigimu kotor. Trust me Livia. Pria akan ilfeel saat menatap gigi wanita yang ada daunnya."

"Baiklah. Aku akan minum air putih saja. Tapi, bagaimana kalau...," suara Livia nyaris berbisik, "Bagaimana kalau Raphael menciumku di depan orang?"

Nath berdehem dan melegakan tenggorokannya. "Apa dia pernah menciummu di depan umum sebelumnya?"

"Tidak, belum." jawaban Livia berupa bisikan.

"Maka akan ada kemungkinan ia menciummu di depan umum."

Saat Livia sibuk menatap Nath dan memagut-magutkan kepala, Raphael tengah menguping sambil menyandarkan punggungnya di pintu kamar istrinya.

Istrinya.

Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang