DEG..DEG..DEG..DEG..
Livia menarik nafasnya gugup saat menunggu Raphael memasuki kamar pengantinnya. Para pelayan menghiasi kamar ini dengan kain lebar yang menjuntai dari satu sisi tiang ranjang ke sisi lain.
Kain warna violet ungu itu bergoyang indah saat ujungnya menyentuh lantai terbawa angin.
Livia meremas jarinya erat, menangkup di dadanya sambil memejamkan mata gugup. Ini malam pertamanya, dan ia cukup banyak mendapat penjelasan dari Sophie dan Nath.
Tapi astaga, ia tak berani membayangkannya. Ia tak mau membayangkannya malah. Livia tak mendengar ketukan di pintu, karna ia sibuk menenangkan debar jantungnya.
Ia tak tahu Raphael masuk ke dalam karna matanya terpejam. Livia tak tahu kalau Raphael tengah menatapnya balik dengan mata serius saat meneliti wajah gadis itu.
Tapi hidung Livia mencium aroma lain. Ia menarik nafas rakus dan mencium aroma musk. Matanya terbuka secara tiba-tiba, menatap langsung ke mata Raphael.
Raphael kaget karna Livia membuka matanya tiba-tiba. Gadis itu menatapnya bingung. Dan kedekatan mereka membuat nafasnya sesak. Apalagi mengingat kalau ini malam pertamanya.
Tak ada yang berbicara, tak ada yang berani bergerak. Mereka saling mengedipkan matanya, sama-sama menelan ludah. Ada sesuatu yang terjadi di antara nereka, seperti pemahaman tanpa kata. Ada pancaran yang berbeda.
Mata coklat yang gugup itu bertemu dengan mata penuh kebingungan. Untuk sepersekian detik, ada sebuah jembatan yang terhubung seakan mereka saling mengenal satu sama lain sebelumnya.
Angin malam berhembus kencang secara tiba-tiba, membuat kain ungu itu bergerak liar dan secara mengejutkan bergoyang indah di depan mata mereka, menghalau pandangan itu.
Dan menghancurkan apapun, apapun yang baru saja terjadi.
Raphael tersadar lebih dulu, matanya berkedip dan alisnya bertaut dalam, ia mengendalikan diri dan menarik nafas sambil berdehem pelan saat menegakkan tubuhnya.
Apa itu tadi? tanyanya pada diri sendiri.
Tangan lelaki itu menarik turun kain dan ia beranjak menutup jendela.
Livia mendapatkan kembali kesadarannya. Menaruh tangannya tepat di detak jantungnya sewaktu matanya bergerak tak menentu. Apa yang...? Apa yang baru saja terjadi?
Ia menatap punggung Raphael dan menghembuskan nafas gugup saat lelaki itu berbalik ke arahnya. Tapi tidak menghampirinya.
Raphael tersenyum canggung. "Kau suka dekorasinya?"
Livia mengangguk malu.
"Dan ehm," Raphael melegakan lagi tenggorokannya, "Kau..sudah tahu apa yang akan terjadi setelahnya kan?"
Wajah Livia memerah dan ia menurunkan bulu matanya.
Sial! maki Raphael dalam hati.
Livia berbisik pelan, nyaris kepada dirinya sendiri. "Sophie dan Nath memberitahuku. Aku..aku harus menurutimu."
"Livia?"
"Ya?"
"Aku tak akan tidur denganmu malam ini," ucapnya mengejutkan dirinya sendiri dan kepala gadis itu terangkat.
Raphael kembali mengulang saat gadis itu tak merespon. "Begini, aku ingin kita membuat ikatan lebih dulu. Dan aku tahu kau masih takut padaku."
"Jadi...? tanya gadis itu sambil menunggu.
"Jadi kita akan tidur bersama saat kau terbiasa akan kehadiranku. Dan selama itu, kita akan menjadi teman. Aku tak akan menganut poligami."
Livia merasa kecewa, marah dan malu tapi juga senang disaat bersamaan. Raphael tak memeluknya malam ini, lelaki itu menolak tidur dengannya, tapi ia senang karna Raphael membiarkannya terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)
Historical FictionLivia Larodi, si bungsu dan wanita satu-satunya dalam keluarga, pergi ke Inggris untuk membuktikan pada kedua saudaranya bahwa ia mampu mandiri tanpa mereka. Sayangnya, di perjalanan ia kehilangan semua barangnya. Keesokan harinya, ia menemukan diri...