37. OKAY

18.1K 1.6K 162
                                    

Livia melipat tangan di depan dadanya seiring langkah kakinya yang semakin cepat menuju rumah. Ia mendengar teriakan Raphael tapi ia mengabaikannya.

"Bagaimana bisa dia pulang begitu saja dan tak mengatakan apapun selama sebulan ini?" gerutunya.

Livia menendang kerikil demi melampiaskan amarahnya dan ia kembali menggerutu, tanpa menyadari Raphael yang kini menyusulnya dengan menunggangi Brutus.

"Lihat saja! Aku tak akan mau bicara dengannya meski neraka membeku."

"Benarkah?" tanya Raphael saat memotong jalur Livia. Lelaki itu memegang tali kekang Brutus dengan indah dan matanya berkilat sombong.

Oh! Livia sangat ingin menghapus senyum milik Raphael!

Bersikap selayaknya seorang Duchess, Livia menegakkan punggungnya, menarik nafas dalam.

"Kau memotong jalurku, Sir," ucap Livia sengaja menambahkan kata 'Sir' hanya untuk memancing amarah Raphael.

Dan ia berhasil karna gigi lelaki itu bergeletuk menahan amarahnya. Suara Raphael tenang, nyaris lembut, tapi Livia tahu dibutuhkan usaha yang sangat keras bagi Raphael untuk menahan amarahnya.

"Kau bukan wanita jaman abad dulu Livia. Kau wanita modern, tak perlu menambahkan embel tak berguna," ucapnya pelan.

"Ohya? Aku meragukannya."

Mata Raphael menyipit menatapnya tak percaya. "Apa kau marah padaku? Setelah aku menyelamatkanmu?"

Livia berkacak pinggang dan menggerakkan kepala ke kiri dan kanan dengan bingung.

"Aku bicara padamu Livia," katanya dengan kesabaran yang tipis.

"Ah jadi kau ingat bahwa aku masih hidup?" sindirnya.

"Apa sebenarnya masalahmu? Kenapa kau marah?"

"Aku tidak marah," bantahnya.

"Kau marah. Dan kau memilihku sebagai tempat pembuangan amarahmu."

"Aku tidak marah," ucap Livia di setiap penekanan kalimatnya.

"Kau marah, dan lucu karna aku bahkan tak tahu mengapa! Kau hanya marah padaku, tanpa sebab!"

Livia menolak menjelaskan dan menjawab. "Kalau kau tak mau menyingkir aku akan memutar jalan lain."

"Brutus jauh lebih cepat darimu. Dia kuda pacu terbaikku." tambahnya sombong.

Livia menggeram dan menatapnya dingin. Bisakah tatapan membunuh seseorang? Disaat ini Livia sangat berharap memiliki sikap mendominasi milik Antonio atau sikap berkuasa milik Michael.

"Brutus dan kau bisa pergi ke neraka!" jerit Livia sebelum berjalan mengitari kuda itu.

Raphael menunggu sampai hitungan ke 10 saat wanita itu berlari. Ia menggerakkan kedua kakinya di paha Brutus dan kuda itu melaju cukup cepat, hanya untuk kembali mencegat Livia.

Bedanya, kali ini Raphael turun dan mencekal tangannya. Mata lelaki itu panas karna amarah sementara Livia menatap tak kalah murka. "Cukup. Aku perlu penjelasan kenapa kau marah padaku di saat aku merasa tak salah padamu."

"Hah! Kalian lelaki! Semua sama saja! Kalian tahu apa salah kalian tapi menolak mengakuinya karna harga diri!"

"Tidak! Aku mengakuinya kalau aku memang bersalah. Jadi katakan kenapa bukannya kau berterima kasih karna aku menyelamatkanmu, tapi malah memusuhiku?"

Livia berusaha melepas tangannya dari jemari Raphael tapi lelaki itu terlalu kuat. "Kau menyakiti tanganku."

"Dan kau menyakiti hatiku dengan sikapmu."

Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang