Ternyata apa yang Livia katakan benar. Mereka sedang merajut saat pintu diketok. Tak lama, Robinson dan Salvatore datang membawa tumpukan kardus.
"Untuk anda Miss."
Livia mengenyit bingung. Ia tambah bingung saat salah satu kardus bergerak. Para wanita berdiri di belakang Sophie. Sementara Livia membukanya, ia terdorong ke belakang tiba-tiba saat sesuatu menubruk tubuhnya dan..menjilatnya??
Ia menatap Dolphie, anjingnya yang baru keluar dari kardus dengan semangat dan menggoyangkan ekornya. Livia terdiam lama sebelum menyeringai. "Dolphie!! Kau datang!"
Dolphie mengangguk. Ia turun dari tubuh Livia sehingga Livia dapat duduk dan memeluk lehernya. Livia mengelus lehernya. Ia mencium Dolphie berulang kali, "Aku yakin mereka pasti mengirimmu. Apa lagi ya yang mereka kirim?"
Livia membuka 10 kardus itu. Di kardus pertama, ada mini laptop, di kardus ke2 sampai ke 8, ada peralatan terlengkap untuk memeriahkan natal. Bahkan, Antonio juga menulis surat bahwa pohon itu akan ia kirim, tapi tidak bisa karena terlalu besar. Di kardus ke 9, Livia tersenyum saat ada tumpukan foto kakaknya juga keluarganya, termasuk ayah dan ibunya. Tapi Livia terdiam tak bergerak saat melihat di kardus ke 10.
Penasaran, Sophie mengambilnya. Sebuah kerudung satin putih dengan gaun terusan berwarna biru muda berada disana. Ada juga suratnya. Sophie membacanya perlahan, "Untuk Livia, maaf karena tidak bisa datang di hari natal. Michael sedang dilanda kesulitan yang tiba-tiba dan aku harus bertugas kerja lagi. Tapi kami memutuskan bahwa tahun ini, aku dan dia akan menjadi domba sedangkan kau yang menjadi pendongeng."
Sophie menatapnya bingung, "Apa yang dimaksud domba dan pendongeng?"
Livia mengambil kerudung putih itu. Ia menatap kerudung milik ibunya, "Aku pernah bilang,bahwa saat natal, ayah akan menjadi santa claus, Antonio dan Michael menjadi rusa. Aku akan didongengkan ibu. Tapi bukan hanya itu, sebelum natal berakhir, aku dan saudaraku akan menjadi domba, bersembunyi hanya dengan bantuan lilin. Sementara ibu akan menjadi pendongeng, yang akan menemukan dombanya."
"Hanya itu?"
"Di akhir pencarian, pendongeng akan berkata, "Aku, akan menjagamu, dari semua kesulitan," yang berarti, mereka percaya padaku. Mereka yakin akhirnya aku dapat menjaga diriku. Karena pendongeng akan pergi dan dombanya, senantiasa mengikuti."
Menyadari air mata majiikannya akan terjatuh, Dolphie mendekat dan menjilat lengannya. Livia tersenyum pasti, "Tidak Dolphie, aku takkan menangis. Ayo kita hubungi mereka."
Livia menyalakan mini laptopnya. Para pembantu ada di belakangnya, kecuali Robinson yang entah kemana, sementara Dolphie di sampingnya. Mereka memilih untuk duduk di lantai. Livia mengerakkan mousenya dan memencet tombol untuk menelpon kakaknya. Antonio membelikan laptop yang ada kameranya dan paling tercanggih.
Tak lama,sambungan terhubung. Di depan matanya, ia menatap Antonio dan Michael yang habis mandi dan membalut tubuh bagian bawahnya dengan handuk. Dengan polos mereka tersenyum, tak menyadari air liur para wanita muda.
Livia balas tersenyum, "Sejak kapan?"
Michael mengangkat bahunya, "Sejak kau menelpon. Aku tahu bahwa adikku yang dulunya kecil dan bergelayut manja kini sudah dewasa. Lalu bagaimana? Ada kemajuan?"
Livia tersenyum tak pasti, "Begitulah. Ohya, ada beberapa orang yang mau bertemu kalian. Mereka sangat sangat membantuku selama aku tinggal disini. Aku bahkan diajari merajut!"
Mata kedua kakaknya membelalak, Michael berdecak kagum, "Kau akan memberikan syal untuk ku dan Antonio kan?"
Livia mengangguk. Lalu ia menyingkir dan membiarkan para pembantu itu berbicara dengan mereka. Antonio tersenyum lembut, "Terima kasih karena telah menjaga adikku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time : Love Me, Your Grace (LARODI SERIES #1)
Historical FictionLivia Larodi, si bungsu dan wanita satu-satunya dalam keluarga, pergi ke Inggris untuk membuktikan pada kedua saudaranya bahwa ia mampu mandiri tanpa mereka. Sayangnya, di perjalanan ia kehilangan semua barangnya. Keesokan harinya, ia menemukan diri...